Arok Dedes, novel tetralogi  yang sebanyak 553 halaman itu tuntas dalam 3 hari. Tiga hari?! Ya tiga hari. Sudah lama saya tak rajin begini. Tapi memang harus cepat selesai sebab sejak mengambilnya dari rak buku Valdi, karya Promoedya Ananta Toer ini terus menghantui. Bikin gak konsentrasi kerja dan tidur. Karena tidak pernah meloncat kebagian akhir dari sebuah buku, penasaran sangat pada kisah akhirnya. Bagaimana Ken Arok yang berkasta sudra akhirnya menggantikan Tunggul Ametung jadi Akuwuh (camat) Tumapel cikal bakal kerajaan Singosari itu.
Penghianatan, Makam dan Kutukan Mpu Gandring
Novel Arok Dedes ini mengingatkan semua yang saya kenang tentang Ken Arok. Tentang penghianatan. Penghianatannya terhadap Tunggul Ametung, mantan bos. Penghianatannya terhadap Mpu Gandring, seorang ahli senjata yang mempesenjatainya.
Baca juga  Desert Flower Kisah Perjalanan Seorang Model Berkulit Hitam
Ceritanya, sebelum membunuh Tunggul Ametung Singosari, Mpu Gandring tewas lebih dulu oleh senjata bikinan sendiri. Sang ahli pembuat keris ini konon makamnya terdapat di Sumber Biru Malang. Sampai saat ini Sumber Biru dan Sumber Nagan jadi tempat sakral. Dipercaya mempunyai aura magis terkait keris pusaka Mpu Gandring. Bahkan petilasan Mpu Gandring ini hingga kini masih dipercaya menyimpan banyak pusaka-pusaka peninggalan Mpu Gandring.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Ken Arok dikutuk oleh Gandring. Keris itu akan terus meminta darah sampai turunan Ken Arok yang ke-7.
Namun dalam novel Arok Dedes ini Pak Pram tidak menceritakan perihal kutukan keris Mpu Gandring. Seluruh dongengan dan mistika yang menyertai jatuhnya Tumapel, dicabut dan disiangi. Begitu kata pengantarnya.
Arok Dedes Tentang Tunggul Ametung yang Dikendalikan Nafsu
Cerita dibuka di Tumapel yang suram. Rakyat sengsara karena diperbudak dan diperas oleh pemerintahan Ametung. Pada abad 13 Tumapel semacam kota kecamatan, berada di bawah perlindungan kerajaan Kediri yang lewat raja Kretajaya kembali menghidupkan sistem perbudakan.
Baca juga  Menyortir Bahan Bacaan
Padahal 2 abad sebelumnya moyangnya Kretajaya, Erlangga mencanangkan Triwangsa, semacam magna charta jawa, bahwa kedudukan manusia dimuka bumi itu sederajat.
Awal Persekongkolan Kudeta Terhadap Tunggul Ametung
Penindasan, ketidak adilan dan perampasan hak yang jadi landasan pemerintahan Kediri membuat kaum brahmana berang. Tapi segitu lama pula warga cendikia itu hanya diam dan kalaupun mengutuk cuma dari belakang. Sampai suatu ketika mereka menggantung harap pada seorang pemuda bermata tajam, berotak cerdas, bertubuh atletis dan memiliki kemampuan mengendalikan orang. Orang itu di panggil Arok.
Baca juga  Al Capone Does My Shirts
Dipimpin oleh pendeta Dang Hyang Lohgawe yang juga guru, Arok yang tak diketahui siapa orang tua kandungnya itu mulai terlibat dalam menyusun berbagai rencana untuk menggulingkan Tunggul Ametung.
Persekongkokolannya dengan kaum brahmana mengantarkan pemuda ini sampai masuk ke Istana Tumapel dan jadi prajurit bagi Ametung.
Di Istana Tumapel ini lah ia pertama kali bertemu Dedes. Berkilat matanya melihat paha Dedes yang tersingkap.
Gak tahu gimana ceritanya, suatu hari pulang berburu bersama Ametung, Arok melihat Dedes dari jauh. Kainnya tersingkap yang memperlihatkan auratnya. Arok terpesona pada cahaya kuning gading keluar dari vagina Sang Pramesywari.
Baca juga  Resolusi 2019 Membaca Lebih Banyak Buku
Arok yang terus terkenang pada Dedes meminta nasihat pada Lohgawe. Nah saat itu Lohgawa mengatakan pada Arok, itu sebagai tanda bahwa perempuan akan menurunkan raja-raja di Jawa.
Sip! Arok pun bertekat mendapatkan Dedes. Tapi tentu saja harus menyingkirkan suaminya terlebih dahulu dan juga mengambil kekuasaannya
Arok Dedes Mpu Gandring dalam Kekalahan Tunggul Ametung
Sementara di sudut lain, Mpu Gandring juga menghimpun kekuatan militer untuk menjungkirkan sang Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Kalau ada yang tertarik bagaimana Mpu Gandring yang punya pabrik senjata itu bermain strategi, intrik dan fitnah, coba deh baca novel Arok Dedes ini.
Peran Ken Dedes Dalam memenangkan Arok
Dedes yang diculik dari padepokan ayahnya, Mpu Parwa, dan dikawini paksa oleh Tunggul Ametung, rupanya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Arok. Apa lagi Arok bisa sansekerta dan pandai merapal kitab-kitab.
Arok berkasta sudra. Pertama bertemu Dedes ia sudah menikah dengan Umang , saudara pungutnya. Dan Arok adalah sudra yang naik jadi ksatria dan berilmu seperti kaum Bramana. Fakta itu membuat Dedes kian cinta yang membuat dia tak ragu ikut bersekongkol dalam rencana menggulingkan Tunggul Ametung, suaminya sendiri.
Seperti dalam sejarah, akhirnya Arok berhasil membunuh Ametung dalam kamar tidur Ken Dedes. Dan yang diadili atas pembunuhan itu adalah Kebo Hijo, satria ambisius namun berotak dodol.
Baca juga  Tembak Burung itu dengan Buku
Kebo Hijo ini pion yang dipasang Mpu Gandring saat membentuk kekuatan militer menuju singgasana Tumapel. Namun Arok berhasil mengobrak-abrik pertahanan mereka. Kekalahan militer bentukan Gandring membuat kemenangan Arok begitu telak atas semua intrik yang terjadi selama rencana kudeta.
Seperti nasihat Lohgawe: ” Jatuhkan Tunggul Ametung seakan tidak karena tanganmu. Tangan orang lain harus melakukannya. Dan orang itu harus dihukum di depan umum berdasarkan bukti yang tak terbantahkan. Kau mengambil jarak secukupnya dari peristiwa itu.”
Om Pram memang piawai dalam memainkan emosi. Tercenung lama memikirkan kisah novel yang dia selesaikan selama dalam tahanan di Pulau Buru ini.
Apa yang kalian ingat tentang Ken Arok dan Ken Dedes temans?
–Evi