Saya punya satu pola perilaku atau kebiasaan (habit) yang kadang menjengkelkan bagi suami. Pagi-pagi setelah anak-anak berangkat sekolah (diantar bapaknya), otomatis menuju perpustakaan yang juga berfungsi sebagai ruang kerja. Keheningan sesaat itu, setelah bangun subuh-subuh, rasanya gimana gitu kalau tak dihabiskan di muka komputer dan bersilancar di dunia maya. Bertemu dan berkumpul dengan teman-teman baik yang cuma secara virtual maupun berinteraksi di darat. Itu semacam pemenuhan kebutuhan yang tak bisa ditawar. Kecuali ada yang sakit, sesuatu mengancam asap dapur, harus berangkat pagi-pagi atau pikiran amat terganggu baru deh putus pola perilakunya. Tapi cuma sejenak.
Pola perilaku lain saya tak bisa tidur tanpa membawa buku atau bahan bacaan ke tempat tidur. Tanpa barang cetakan itu pikiran akan melantur, bisa terbang ke langit ke tujuh. Berpindah dari satu peristiwa ke peristiwa sambil memandangi slide mental yang bermunculan disana-sini. Nah fungsi buku memenjarakan keliaran tersebut. Dengan fokus pada pokok bahasan yang ada di dalamnya. Untungnya jonjot otak saya cukup sederhana, tambah berat materi bacaannya tambah cepat tertidur.
Memang begitulah hewan berbudaya secara umum. Sepanjang hidup mengembangkan berbagai macam kebiasaan yang membentuk pola perilaku . Formasi pola ini diberi nilai baik atau buruk oleh masyarakat. Kebisaan belajar seumur hidup, misalnya, dapat nilai excelence. Sementara kecanduan yang masuk pula jenis habit seperti menggunakan alkohol dan obat-obat terlarang dikategorikan sebagai buruk.
Temans pasti sering membaca idiom ini : Old habits die hard, new habits die easy.Itu karena pola kebiasaan membuat cetakan dalam susunan syaraf kita. Kebisaan yang sudah mendarah daging, yang sudah dilakukan bertahun-tahun tidak mudah disingkirkan. Begitu pula dalam mengadobsi kebiasaan baru, kita butuh waktu lama untuk mengulang sampai akhirnya tercetak dalam jejak syaraf. Jadi itulah mengapa merubah kebisaan lama dan mengadobsi kebiasaan baru bukan perkara mudah.
Walau kebiasaan membaca sebelum tidur termasuk habit bagus, tapi saya pernah mencoba bereksperimen dengan tidur tanpa buku. Bukan apa-apa sih hanya mengantisipasi siapa tahu jika suatu iba-tiba seluruh buku musnah dari muka bumi. Masa saya tidak tidur? Tapi karena hasilnya cuma guling-gulingan sampai larut yang membuat saya bad mood keesokan harinya, latihan tersebut dihentikan.
Masih banyak habit saya yang lain. Ada yang bagus dan sayangnya yang jelek juga tak terkira. Pada akhirnya yang baik dan buruk itu saling mempengaruhi, membuatnya jadi seimbang. Itu penyebab gerakan transformasi saya sedikit tertatih. Setidaknya hasilnya tak secepat yang saya inginkan seperti cita-cita jurnal ini. Seperti keinginan menulis sebuah buku yang sudah terbayang bagannya seperti apa. Hanya karena menulis buku memerlukan beberapa perubahan dari habit saat ini, buku itu tak kunjung terwujud.
Bagaimana dengan dirimu temans? Mudah atau sulitkah bagimu merubah sebuah kebisaan? Mengapa?