Saya selalu punya stock pertanyaan aneh. Seperti suatu hari si sulung bertanya, “ Ma, apa sih artinya ARGUMENTUM AD POPULUM?”
Terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan serpihan informasi yang mungkin pernah tersimpan dalam benak. Sepertinya konsep itu tidak pernah mampir ke gudang memory maka saya sarankan dia agar diskusi dengan Paman Google.
Untuk menemani dan sambil ngisi jurnal transformasi dan motivasi ini, saya pun akhirnya ikut konsultasi. Nah jawaban Wiki seperti ini :
An argumentum ad populum ( Latin: “appeal to the people”), in logic, is a fallacious argument that concludes a proposition to be true because many or all people believe it; it alleges that “If many believe so, it is so.” In ethics this argument is stated, “If many find it acceptable, it is acceptable.”
Oh jadi begitu ceritanya!
Setelah mencari contoh di internet saya mulai melihat gambaran buramnya.
Kurang lebih situasinya seperti ketika kita menemukan bahwa semua orang mengatakan apel Washington berwarna merah. Tapi apel Whasington tidak selalu berwarna merah, setidaknya apel Washington berwarna hijau kala muda. Begitu pula ketikasebagian besar orang Indonesia percaya bahwa kenaikan BBM akan membuat Rakyat Indonesia sengsara. Tapi tidak semua rakyat Indonesia sengsara karena kenaikan BBM. Beberapa diantaranya malah kaya tiba-tiba. Contohnya para penimbun minyak sebelum tarif baru berlaku.
Begitu lah, sebagian besar orang percaya terhadap sesuatu. Entah itu yang dikatakan otoritas Negara atau yang terbentuk atas kesepakatan bersama. Pokoknya ketika sebagian besar orang menerima dan mengatakan benar lantas kita pun percaya itu sebagai kebenaran.
Jadi itu yang disebut Argumentun Ad Populum. Setidaknya itu yang saya tangkap setelah membaca beberapa artikel.
Siapa yang berani menentang kebenaran umum?
Sekarang kita mengetahui bahwa kebenaran umum tidak selalu benar. Kadang terdapat keteledoran di didalamnya. Tapi yang penting adalah siapa yang berani mengatakan bahwa kepercayaan yang diyakini benar oleh sebagian besar orang ternyata tidak benar? Seperti yang dilakukan Galileo Galilei yang mengatakan bahwa bumi mengitari matahari sebagai pusat tata surya. Bukan sebaliknya seperti yang diyakini oleh orang ketika itu?
Hm, siapa yang berani ya? Kalau saya jelas pencari selamat, lihat-lihat masalahnya dulu. Kalau dirimu temans?
Salam,
— Evi