Terbersit rasa iri melihat ibu dan bapak blogger Indonesia pamer foto-foto anak mereka berpakaian adat dalam kontes ekpresi Kartini Cilik di blognya Mbak Nchie . Karena masa Kartinian di rumah saya sudah lewat, tiap tanggal 21 April sekarang cuma tinggal kenangan. Ingat (sambil ngusap air mata) sewaktu anak-anak masih di SD, tiap awal April saya selalu sibuk. Kontak salon atau perias pengantin untuk cari baju adat. Soalnya jadi kebiasaan di Serpong ini kalau mencarinya menjelang hari H gak bakal dapat. Jadi terpaksa jauh hari ngetap baju yang akan di kenakan Valdi atau Adit dan langsung bayar sewanya biar gak diberikan pada orang lain.
Tapi dipikir-pikir lagi masa harus bersedih ya? Bukannya itu tujuan dari semua orang tua, membesarkan anak-anaknya dengan segala daya? Lah saya kan punya foto-foto mereka? Cepat-cepat deh bongkar file foto di komputer. Alhamdulillah jadi tahu ternyata dulu saya cuma sibuk cari baju dan lupa membekukan kenangan dalam foto. Dan yang ada pun cuma foto ala kadarnya. Duh dulu saya ngapain saja ya?
Foto di atas ketika Valdi kelas 3 SD. Senang banget dia mengenakan beskap pengantin Jawa. Kedodoran sedikit. Maklum baju lelaki dewasa. Malah kerisnya di pegang seperti megang pestol, gak mau di taruh di pinggang. Belakangan sebuah pikiran iblis melesat ke dalam kepala saya, lah gimana kalau nanti dia bercanda dengan teman-teman terus mengayun-ayunkan keris tanpa dosa? Sekalipun tumpul itu keris betulan. Jadi cepat keris tersebut diambil kembali dan diberikan cuma buat di foto.
Pagi-pagi dia masih bergembira dengan blangkon, beskap dan kain panjang. Namun waktu di jemput tiga jam kemudiam, blangkon dan beskapnya sudah masuk dalam kantong plastik. Katanya gatal-gatal. Benar saja tengkuk dan tangannya bentol-bentol merah. Mungkin perlengkapan pengantin di cuci cuma setahun sekali kali ya?
“Foto ini di ikutsertakan dalam giveaway Blogger Kartinian Ekspresi Kartini Cilik yang di selenggarakan Mama Olive
Salam,
-Evi