Nenek saya punya satu wejangan yang selalu saya ingat tiap kali menatap bunga mawar. “Mawar tetap cantik tak masalah dimanapun tumbuhnya”. Kebenaran ungkapan itu lagi-lagi tak bisa dibantah saat menatap kuntum-kuntum mawar diatas diletakan dalam bak semen menunggu untuk dikemas. Di sore yang gerimis, ditempat pengepakan bunga, di sekitar taman nasional Gunung Gede, saya merenungkan kembali kalimat nenek.
Terus saya sedang membaca Novel Sepatu Dahlan, hadiah juara pertama dari kontes Indonesia Bangkit dari blognya Pakde Cholik. Disitu bertemu ungkapan serupa, nasihat Ibu Dahlan kepada anaknya. Bunyinya kurang lebih “Le, sumur yang bening itu akan dicari timba, tak masalah dimanapun letaknya”.
Begitu lah nenek moyang kita yang punya tradisi kuat membaca alam. Dalam tradisi Minangkabau analogi seperti itu disebut Alam Terkembang jadi guru. Kehidupan kita, tak masalah bagaimana rumitnya, punya cermin di alam. Tinggal memilih apakah mau seperti mawar cantik dan sumur bening itu ataukah lebur bersama lingkungan yang tak kondusif.
Salam,