Hidup dengan racun sangat tepat dilekatkan pada kegiatan bertani. Pernyataan ini muncul dari pengamatan saya saat mblusukan ke beberapa kebun sayur beberapa waktu lalu. Baru tahu bertani ternyata adalah pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kesehatan. Setidaknya petani yang langsung terjun ke kebun atau sawah selalu hidup dengan racun.
Mengapa Mereka Hidup Dengan Racun?
Bagaimana tidak? Sebab sebagian besar lahan pertanian di Indonesia bukanlah pertanian organik. Yang disebut sistem pertanian konvensional atau non-organik adalah kegiatan menanam yang menggunakan pestisida. Zat kimia sintetis ini digunakan untuk membasmi serangga, tikus dan gulma (tanaman liar). Dengan kata lain pestisida digunakan untuk membasmi semua hal yang sekiranya mengurangi hasil pertanian.
Beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan seorang buruh tani yang sedang bersiap menyemprot kebun tomat dengan pestisida jenis herbisida. Ini cairan kimia untuk membasmi tanaman liar yang tumbuh di bawah kaki tomat. Agak terkejut mengapa kah perlu repot menyemprot dengan racun sementara gulma tersebut bisa dicabuti? Jawabnya : Effisiensi.
Tugas sehari-hari Bapak itu menyemprot lahan tomat dan kebun brokoli disebelahnya tiga kali seminggu. Menggunakan jenis pestisida berbeda. Tergantung kebutuhan. Jenis Insektisida untuk membasmi serangga. Fungisida untuk membasmi jamur tanaman. Sementara Rodentisida untuk membunuh tikus, curut atau binatang pengerat lainnya.
Hidup dengan Racun Tiga kali seminggu
Diam-diam saya menangis dalam hati. Bukan hanya pada kenyataan bahwa para buruh tani sehari-hari hidup dengan racun tapi betapa selama ini saya begitu suka pada tomat. Apa lagi jika tomat itu besar, merah, mulus dan ranum. Suhanallah tomat-tomat tersebut ternyata datang dari perkebunan seperti ini? Dan yang lebih bikin sedih adalah kenyataan, saya tak melihat Bapak itu menggunakan pelindung saat menebarkan racun di kebun milik majikannya.
Bahaya Pestisida
Pertanian terbaik sebetulnya tanpa menggunakan pestisida. Dulu saya tidak pernah melihat orang menyeprotkan “obat” di sawah maupun di kebun untuk menyingkirkan musuh tanaman. Tapi toh mereka tetap panen. Namun untuk saat ini sepertinya sawah dan kebun, terutama bertujuan komersil, tidak lepas dari pestisida.Padahal semua pestisida sintetis adalah racun. Tak hanya memusnahkan berbagai makhluk hidup yang masuk dalam rantai makanan, pestisida sintetis juga berbahaya bagi tanaman yang akan kita makan, beresiko merusak tanah dan lingkungan serta kesehatan manusia.
Kembali pada masalah diatas, Bapak penyemprot pestisida yang saya temui tidak menggunakan pelindung apapun saat menunaikan tugas. Saya pikir hanya dia. Eh saat berjalan lebih jauh lagi, rekan-rekan si Bapak juga melakukan hal yang sama.
Mengapa saya mengkwatirkan mereka?
Bila terus menerus terpapar pestisida, bapak dan teman-temannya ini sudah dipastikan akan mengalami bermacam penyakit. Bahan bacaan memberi tahu bahwa gejalanya ada yang terlihat seketika seperti pening, sementara gejala lain akan terlihat setelah beberapa jam, hari, bulan atau beberapa tahun kemudian.
Tanda-tanda keracunan akan diperlihatkan oleh semua anggota badan. Ada ringan seperti sakit kepala, diare, ruam kulit, batuk, kelelahan dll. Namun yang parah adalah keracunan pestisida memicu kanker dan mendatangkan kematian lebih cepat.
Aduh, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka ya? Temans ada ide?
Salam,