Indahnya Kebersamaan Saat Lebaran – Setelah dua belas tahun, mungkin lebaran 1433 H inilah yang paling membahagiakan bagi ibu-bapak saya. Sejak memutuskan kembali ke kampung halaman sekitar tahun 2000, lebaran mereka lewatkan dengan satu atau dua orang anak saja. Dan tak jarang juga hanya berdua. Namun sejak mereka setuju di boyong kembali ke rantau, ke-5 anak mereka hadir berlebaran di rumah kakak tertua kami di Cimanggis dimana sekarang mereka bertempat tinggal. Lengkap dengan keluarga masing-masing. Cucu  yang tinggal di Padang pun memboyong keluarganya merayakan lebaran bersama tahun ini.
Saya menginap di Cimanggis sejak H-2. Sudah jadi tradisi bahwa saya dan kakak perempuan satu-satunya itu selalu masak bareng untuk semua hidangan lebaran. Untuk semua jenis masakan Padang dan untuk hari istimewa seperti itu saya tak pernah PD masak sendiri. Lagi pula masak berdua lebih ekonomis baik dari sisi tenaga maupun biaya 🙂
Tak bisa dipungkiri bahwa kerukunan saya dan kakak boleh membuat iri mereka yang suka berantem dengan saudara perempuannya 🙂 Lagi pula apa yang mesti dikisruhi, lah cuma berdua. Tampaknya ibu  bangga pada realita ini. Terlihat bagaimana antusiasnya dia mengontrol pekerjaan dapur kami. Meski tak bisa membantu, dia bolak-balik melongok ke dapur menanyakan apa saja yang sudah masak atau apa yang belum. Terus  juga mengingatkan agar tak menggunakan cabe terlalu banyak, takut para cucunya tak bisa menikmati nanti.
Baca juga : Kepalsuan Dunia Dari Lagu Chrisye
Indahnya Kebersamaan Ketika Hari Lebaran Tiba
Usai shalat ied anak-cucu dan para mantu sudah bikin sesak rumah tua itu. Celoteh kiri-kanan saat maaf-maafan bikin suasana heboh seperti pasar. Tak terlihat ada yang menangis terharu baik saat sungkeman kepada ibu-bapak maupun salam-salaman sesama saudara. Bukan berarti tak mengakui segala khilaf kepada orang tua maupun saudara tapi atmosfir terlalu hangat dan bahagia. Sulit menemukan celah sendu melintas pada situasi semacam itu. Entah tahun-tahun mendatang bila satu persatu dari kami meninggalkan dunia ini, situasinya pasti berbeda.
Ibu-bapak tak henti tersenyum. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Kebahagiaan merayakan Idul Fitri bersama keluarga jelas terliwat pada mereka. Pipi Bapak terlihat merona kemerahan sementara ibu tak henti-henti memandangi para cucu dan seorang cicitnya.
Berkali-kali ibu berdecak mengagumi kalau si buyung ganteng dan si upik cantik. Terus terang saya juga takjub melihat perkembangan para ponakan. Seperti itik buruk yang menjelma jadi angsa cantik, yang dulu dekil dan suka bermain tanah sekarang sudah menjelma jadi bujang resik dan gadis unyu.
Baca juga : http://lebaran dan daging
Untuk segala berkah hari itu dalam hati saya berdoa agar hanya rasa syukurlah yang membanjiri dada orang tua kami. Tahun-tahun tersulit mereka telah lewat. Betapa hari itu Allah begitu ramah pada mereka 🙂
Selesai lohor dan makan siang satu persatu meninggalkan Cimanggis. Tiba saatnya menunaikan kewajiban lain sebab anak-anak ibu-bapak juga perlu sillaturahim kepada para mertua mereka. Sementara saya sekeluarga pergi berlibur…
Bagaimana dengan hari rayamu teman? Insyaallah kalian juga merasakan indahnya kebersamaan saat lebaran ya. Amin
Salam,