Desember nanti Multiply diberangus. Sebelum terhapus dan hilang seluruhnya seperti kasus blog saya di Friendsters, tulisan yang ada disana saya copas ke blog ini satu persatu. Terbit Juli tahun 2010. Saya edit sedikit, ditambahkan foto. Agar lebih sesuai dengan Sepotong Gambar dari Masa Lalu dan Cerita Kenangan Masa Kecil ini menyamakan irama gaya tulisan saya saat ini 🙂
Cerita Kenangan dari Masa Kecil
Lahir dan menghabiskan 10 tahun pertama di kampung menggoreskan suatu telaga kenangan yang indah. Yang bisa saya pakai sebagai refrensi dalam mengarungi hidup sampai saat ini. Memang tidak ada yang gemuruh dalam pengalaman itu. Namun kesederhanaan itu telah meluruh ke dalam urat nadi, memberi fondasi, menegakan, memampukan, memberi batas-batas yang jelas antara saya dan orang lain.
Note ini tidak bercerita soal ekslusivme, pemampatan perspektif, pengurungan diri, tapi tentang tempat yang saya pilih sebagai acuan dalam menempatkan diri di kehidupan sosial.
Baca juga : Membangun Masyarakat Kepercayaan Tinggi
Nilai-Nilai Sosial Kampung Kami – Sepotong Gambar dari Masa Lalu
Kampung kami seperti kampung-kampung lain di Indonesia berlimpah air dengan tanah yang menghijau. Di kelingi bukit dan terbuka luas. Kalaupun ada yang membatasi, itu adalah deret Bukit Barisan yang membujur dari Ujung Utara sampai Selatan pulau Sumatera.
Sejauh mata memandang yang terlihat adalah sawah-sawah yang ditanami padi, kolam yang di ternaki ikan, dan kolong-kolong rumah yang dihuni bebek atau ayam.
Baca juga : Aku Bisa Menggambar
Pagi di guyur kabut, siang bermandi matahari dan malam embun turun yang menggigilkan seluruh persendian. Surau, mesjid, rumah gadang dan rumah-rumah kayu atau batu sebagai penanda bahwa kita sedang berada di satu teritori yang masyarakatnya terikat pada adat dan agama.
Video di Kampung Halaman
Dalam tatanan sosial, anak-anak hormat kepada orang tua. Jadi berkonfrontasi terhadap otoritas mereka sangat tidak dianjurkan. Kalaupun ingin tampil beda, seperti punya pandangan sendiri terhadap rasa hormat, siap kan jidat untuk ditempeli label.
Tergantung kreativitas orang dewasa,tapi setelah aku pikir, label yang banyak itu sebagai anak tukang melawan bisa di sederhanakan jadi Anak durhaka. Konsep kedurhakaan ini lah yang melegendakan cerita Malin Kundang dari generasi ke generasi di Minangkabau.
Baca juga : Pesan Makanan Karena Gambar
Berbohong dan mencuri sama besar dosanya. Kala itu tidak terhindarkan saya juga berbohong. Bukan karena tidak takut dosa, tapi otak kecil saya menemukan ada reasons mengapa perlu berbohong. Kadang si pemegang otoritas tidak tahan terhadap kejujuran.
Contohnya saya tidak puasa tapi ikut sibuk buka bersama. Ketika ada yang curiga dan mempertanyakan kesalehan saya selama satu hari, saya ngotot mengatakan puasa.
Saya pikir yang bertanya tidak akan memahami bahwa tadi siang udara sangat panas. Kerongkongan kering dan terbakar. Dalam kehausan itu tampak sebutir jambu ranum yang bergelayut di pohon yang tumbuh di belakang rumah. Warna merahnya dan kandungan rasa manis yang ditawarkan sepertinya hadiah khusus yang Allah turunkan karena saya telah ikut membantu nenek menyiangi ladang cabe kami.
Baca juga : Mari Jadi Tukang Batu yang Cerdik
Jadi mereka takan memahami itu semua. Jadi lebih baik cari selamat dengan berdusta.
Sepotong Gambar dari Masa Lalu, Saya Pun Pernah Mencuri
Dan saya pernah mencuri. Mencongkel celengan ibu. Tidak tahu apa yang bermain dalam kepala, celengan itu mendatangkan ide kepemilikan bersama. Saat itu saya butuh sesuatu untuk mengesankan teman. Butuh uang untuk membeli karet gelang yang di kepang untuk main Merdeka.
Hanya kala mendengar lolongan tangis ibu saat tahu uangnya dicuri, saat itu juga saya ingin masuk neraka. Ditaruh di lapisan paling bawah juga tak apa asal Ibu menghentikan tangisnya.
Gara-gara peristiwa ini seumur hidup saya alergi terhadap bentuk tangisan seperti itu. Itu juga yang membuat saya mengerti mengapa ayat dalam Alquran mengancam begitu pedih kepada mereka yang kedapatan mencuri.
Baca juga : Selamat Jalan 2010 Selamat Datang 2011
Sepotong gambar dari masa lalu saya yang paling jelas adalah tentang mengaji. Pergi mengaji sama wajibnya dengan pergi sekolah. Itu berkat kesepakatan seluruh orang Minangkabau untuk menerima filosofi adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah sebagai sandaran hidup. Postulat yang lahir diatas Bukit Marapalam itu diterima tanpa syarat oleh seluruh orang Minang.
Cerita Kenangan dari Masa Kecil dan Perjanjian Diatas Bukit Marapalam
Di masa kecil saya sering banget mendengar orang dewasa mengakatakan ini: Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Itu ketika mereka perlu menasehati anak-anak yang dianggap kurang sesuai perilakunya dengan apa yang mereka percayai.
Mamak saya (adik lelaki ibu) pun paling senang menyebut peribahasa ini di pertemuan-pertemuan keluarga maupun nagari. Cuma waktu itu karena tidak paham, saya manggut-mangut saja.
Nah setelah kuliah baru ngerti. Postulat tentang nilai-nilai agama dan adat harus saling mendukung itu berasal dari atas Bukit Marapalam. Tempat kelahiran sebuah plakat yang lazim disebut sebagai Piagam Sumpah Sakti.
Baca juga : Gula Aren, Minangkabau dan Melayu Kopi Daun
Peristiwa kelahirannya dipicu saat agama Islam sedang gencar-gencarnya mempenetrasi aturan-aturan sosialnya ke dalam struktur adat Minankabau yang telah berusia ribuan tahun. Tentu saja peristiwa ini memicu beberapa ketegangan dalam masyarakat.
Guna menghindari pertumpahan darah sesama saudara, maka diaturlah pertemuan antara pemuka adat dan alim ulama di sebuah tempat yang dianggap cukup netral yaitu diatas Bukit Marapalam . Tidak jelas kapan kejadiannya, namun masyarakat Minangkabau meyakini bahwa piagam ini sudah cukup mewakili sifat-sifat egaliter mereka.
Baca juga : Pohon Aren Dalam Tradisi Minangkabau
Agama dan adat saling mendukung. Itu lah kini yang disebut adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah disingkat dengan ABS-SBK (adat bersendi agama Islam, Islam bersendikan Al Quran).
Itulah sepotong gambar dari masa lalu, cerita kenangan dari masa kecil yang membentuk saya sekarang. Bagaimana dengan cerita masa kecilmu kawan? Pernah juga berbohong atau mencuri?
Salam,