Saya habis baca buku Rahasia Penampilan Para Peraih Sukses oleh Raoul Tunley. Si ratu cosmetics yang memakai namanya sendiri untuk merek, Mary Kay Ash juga bisa dijadikan contoh bahwa sukses tak mengenal batas umur. Wanita flamboyang ini memulai usaha dalam usia paruh baya. Nenek bertubuh montok dan cantik dari Dallas meninggalkan comfort zone yang dihuninya selama 16 tahun sebagai eksekutif dalam sebuah perusahaan MLM. Menurut Mary dia bosan diberi tahu oleh rekan eksekutif pria bahwa dia “berpikir seperti perempuan”.
Karena itu Mary bertekat membenamkan uang pensiunnya ke dalam bisnis yang berpikir ala perempuan. Dia sudah lama memahami bahwa sukses tak mengenal batas umur.
Sukses Tak Mengenal Batas Umur dan Batas Gender
Berpikir seperti perempuan berarti meresahkan penampilan, takut pada kerut mata dan ingin selalu tampak prima. Walau tidak semua perempuan seperti itu, sebagian besar perempuan diatas 30 tahun resah pada gaung detak biologis dalam tubuh mereka.
Namun Mary memutuskan tidak akan seperti itu. Dia tak mau resah hanya karena dia perempuan. Dia tak mau resah hanya karena umurnya menua. Dia tidak mau merumput bersama.
Sekalipun dia sama seperti wanita manapun, memperhatikan penampilan, tapi itu tidak membuatnya berkompromi soal usia. Cara bersikap strategis adalah :. ” Sampai setua apa pun kita, itu hanyalah satu soal. Soal yang lain; “perempuan yang memberitahukan umurnya akan memberitahukan segala-galanya!” Jadi dia tidak perlu meresahkan umur dan tak perlu juga menceritakannya kepada orang lain.
Relijius
Melejitnya Mary Kay ke stratosfer perusahaan besar bahkan lebih menakjubkan dari yang bisa dicapai pria berkaitan dengan sense of religy-nya. Mary menambahkan sentuhan ajaran agama yang unik serta emansipasi perempuan ke dalam usahanya. Dia seorang penganut Kristen dari mazhab Baptis yang saleh. Selalu menyemangati pasukannya yang terdiri dari ribuan perempuan penjual independen bahwa urutan kehidupan mereka haruslah: “Tuhan nomor satu, keluarga nomor dua, karir nomor tiga.”
Tidak mengherankan kalau Mary Kay menjadi tokoh pujaan bagi beribu perempuan. Mereka malang melintang menjual berbotol-botol kosmetik dalam kotak merah jambu ke seluruh negeri. Melebihi siapa pun juga. Mary rupanya juga penganut setia psikologi tentang perempuan. “Wanita perlu pujian. Dan saya pun memuji mereka. Kalau saya harus memberikan kritik, saya selipkan di antara dua lapisan pujian”.
Sukses percintaan yang juga tak mengenal batas umur
Di usia senjanya Mary Kay menikah dengan pensiunan usahawan bernama Melville Ash. Perkawinan mereka bahagia. Menurut Mary dia pantas mendapatkan karena dia memperjuangkannya. Setiap malam kalau bermobil pulang kantor dia melupakan realita bahwa dia seorang presiden direktur. Bos utama dari sebuah perusahaan besar. Sebaliknya dia mengingat bahwa dia adalah istri Mel. Wajah Mary Kay berseri-seri kalau Mel menyebut bahwa dia adalah “presiden direkturnya presiden direktur perusahaan.”
Mary Kay menghadiahkan para pencapai prestasi perusahaannya dengan tidak kurang dari 650 cincin permata setiap sebulan. Namun Mary Kay paling suka memberikan hadiah bros berbentuk kumbang gajah bertatahkan intan. “Ketahuilah, seekor kumbang gajah seharusnya tidak bisa terbang; tubuh-nya terlalu berat bagi sayapnya. Tetapi si kumbang gajah tidak menyadari hal itu dan bisa terbang dengan baik sekali.”
So, kalau masih ada yang meresahkan umur dalam mengejar impian, masih ada yang berkeluh-kesah terlambat untuk mendapatkan apa yang diinginkan, coba pikirkan kisah perjalanan Mary Kay ini. Sukses tak mengenal batas umur. Riwayat hidup si pengendara Pink Cadillac ini dengan tegas memperlihatkan bahwa sepertinya sukses itu tidak memperhitungkan jam biologis yang berdetak dalam tubuh kita. Sukses hanyalah sebuah hasil dari seberapa besar keinginan kita untuk meraihnya.
Sukses tak mengenal batas umur. Bagaimana menurutmu kawans?
Salam pinkies,
— Evi