Manusia moderen adalah manusia yang berpikir. Setidaknya begitu lah yang tertera dalam tulisan di belakang patung dimana saya berfoto seperti diatas.
Bertemu Manusia Moderen di Museum Sangiran
Dalam kunjungan ke Solo saya berkesempatan mampir ke Museum Sangiran. Sebenarnya itu kunjungan kedua. Kunjungan pertama hari Selasa. Ternyata hari Selasa Museum Sangiran tutup, jadi kunjungan diulang hari Kamis sesaat sebelum terbang ke Jakarta.
Muter-muter dalam Museum yang super keren itu membuat wawasan jadi terbuka. Situs Purbakala Sangiran dimana museum ini terlerak ditetapkan oleh Unesco sebagai salah satu situs warisan budaya dunia. Disinilah sebagian masa lalu kita terbuka. Karena disini tersimpan aneka kebijaksanaan dari nenek moyang kita.
Pas sampai di depan patung manusia yang berpikir saya terhenti sejenak. Patung homo sapiens, manusia yang berdiri tegak sekaligus simbolisasi dari manusia moderen yang hidup saat ini membuat saya bertanya dalam hati. Benarkah kita sudah bisa digolongkan sebagai manusia moderen? Sampai dimana komoderanan kita?
Idenya patung itu pasti dari The Thinker karya Rodin. Dan orang yang sedang bersitopang dagu ini adalah profil wajah manusia Jawa Purba. Hasil rekonstruksi dari fosil tulang wajah yang ditemukan di situs arkeologis Sangiran. Abadi oleh lahar Gunung Lawu kuno untuk diwariskan kepada kita dan generasi selanjutnya.
Deskripsi Manusia Moderen
Disebelahnya ada tulisan yang kurang lebih berbunyi seperti ini :
Manusia moderen adalah spesies langka kalau tidak bisa dibilang satu-satunya. Hanya manusia yang bisa berbahasa, menciptakan teknologi, berkarya dalam seni, punya ilmu pengetahuan dan belajar dari masa lampau. Manusia satu-satunya species yang menghasilkan budaya. Belajar dari sejarah evolusi semua ketangguhan itu merupakan hasil dari suatu proses panjang. Terjalin dari keberuntungan, kecerdasan dan kemampuan dalam membangun hubungan sosial.
Karena itu lah hakekat kemanusian kita tak terletak pada keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan ragawi. Hakekat itu terletak pada kemampuan kita untuk terus belajar, memelihara kepedulian sosial, saling menghormati, tenggang rasa dan memiliki cinta kasih. Itu lah yang membedakan manusia dari makhluk lain.
Setelah membaca saya bertanya dalam hati, sudah pantaskah diri ini disebut sebagai moderen? Ah jawaban yang butuh penjelasan panjang tentu saja, tak cukup sekedar pengakuan.
Bagaimana menurutmu temans, apakah kita benaran sudah bisa disebut sebagai manusia moderen?
Salam,