Dalam sebuah buku tentang Sufisme yang membahas tentang misteri bunyi, saya menemukan satu konsep yang sangat menarik. Bahwa semua ruang di alam semesta terisi oleh bunyi. Vibrasinya begitu halus sehingga tidak akan terdengar oleh telinga manusia biasa. Kaum sufi memberi nama sebagai sauti sarmad, suara di tataran ruang abstrak. Suara seperti yang didengar oleh nabi Muhammad di gua Hira yang di rekam Al-Qur’an melalui kata-kata: “Jadilah! Maka terjadilah.” Jadi Kun Fayakun adalah suara-suara abstrak yang diperdengarkan.
Suara di Ruang Abstrak – Arah Bunyi
Kebijaksanaan bagi seorang Sufi berarti mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan. Kebijaksanaan itu berarti mengetahui segala hal dalam hidup. Caranya dengan mengetahui arah bunyi.
Jujur saja saya bingung menangkap apa yang dimaksud dengan arah bunyi diatas. Namun kalau diturunkan ke kalimat motivasi yang banyak digunakan oleh para guru sukses, sepertinya bisa disejajarkan dalam pemilihan kalimat yang digunakan sehari-hari untuk membedakan orang sukses dan orang gagal.
Penggunaan kalimat bernuansa negatif, misalnya  “saya tidak bisa atau saya tidak mampu“ maka itu lah yang akan terjadi.  Pikiran kita adalah realita kita. Itu karena setiap aspek dari diri seseorang di mana suara di ruang abstrak yaitu dalam pikiran (sauti sarmad) akan berwujud, akan berefek pada kehidupan.
Aktivitas vibrasi itu menjalar ke segala arah.
So to say, bila orang mengetahui misteri bunyi, biasanya juga mengerti misteri seluruh alam semesta.
Baca juga:
- Pohon Aren dan Pikiran Sukses
- Mistikus Cinta Dalam Musik
- Rasa Ingin Tahu, How Low Can You Go?
- Bermalam di Bandara Kuala Lumpur – Tips Survive
- Pengetahuan Konsumen
Pelintasan Bunyi
Suara-suara di ruang abstrak itu melintas dalam keheningan, jadi jembatan antar ruang umat manusia. Kita tidak bisa mendengarnya nyaring karena seluruh kesadaran kita terpusat kepada eksistensi materi kita sendiri.
Kita begitu asyik di alam pengalaman, di samudera lahiriah melalui media tubuh fisik, sehingga ruang tampak kosong dan segala keajaiban cahaya dan bunyi tidak tampak.
Sekalipun volume bunyi duniawi mengambil porsi amat besar dalam kehidupan, bila diberi kesempatan, efek bunyi abstrak sekali waktu muncul juga ke permukaan. Pelintasan suara di ruang abstrak itu kita sebut intuisi.
Kita sering merasa yakin harus memilih cara ini dan bukan cara itu ketika mengerjakan sesuatu yang akhirnya terbukti benar. Kita merasa tertumbuk pada suatu momentum dan memaksa kita bertindak dalam cara tertentu dan akhirnya juga benar. Tanpa bisa menjelaskan kita amat yakin bahwa sesuatu akan terjadi dan kemudian benar. Begitu lah intuisi bekerja.
Coba lihat sekeliling, peradaban kita penuh oleh mereka yang bekerja dengan intuisi. Para seniman besar, sastrawan sedikit dari mereka yang bekerja lewat intuisi. Intuisi merupakan sebuah panggung kehormatan yang disediakan Tuhan bagi para pencari hakikat. Dan sekarang lihat hasil kerja mereka yang mendengarkan sauti sarmad.
Kita takan mudah berkomunikasi seperti era informasi sekarang ini tanpa didahului penemuan telepon. Penyebabnya  tidak lain, ketika suara abstrak terdengar,  semua suara duniawi akan menyesuaikan diri kepadanya.
Begitulah misteri bunyi dalam sufisme yang baru saya baca kawan 🙂