Dalam sajian sepiring tahu gimbal Semarang yang tampaknya sederhana, siapa kira ada cerita panjang di belakangnya. Dia bukanlah sekadar makanan berkuah kacang. Atau sekadar beberapa potong tahu goreng, gimbal, diguyur saus kacang dan taburan sayur toge. Yang disusun diatas piring keramik putih ini bukan hanya sekadar camilan enak di kedai Stasiun Tawang.
Sebelum sampai ke depan kita dia mungkin telah menghabiskan ratusan kilo kalori dan menempuh separuh perjalanan di dunia.
Cerita Panjang Mengiringi Sepiring Tahu Gimbal Semarang
Kok bisa begitu? Memang bisa begitu! Â Karena sepiring tahu gimbal ini adalah tentang keramahan ibu bumi, kerja keras orang-orang, sistem pertanian, transportasi, dan distribusi.
Menatap kuah kacangnya yang meleleh di piring, saya membayangkan bapak atau ibu tani, kebun dan laut.
Kebun kedelai sebagai asal tahunya mungkkin akan melayangkan pertanyaan, kira-kira letaknya dimana? Dalam atau luar negeri? Bibitnya lokal atau impor? Organik atau GMO (genetic modified organism)? Jika impor terus kapan sampai di negeri hijau royo-royo ini?
Baca juga :
Di dalam sepiring tahu gimbal semarang, hadir kebun kacang hijau dan kacang tanah. Dari sanalah asal toge dan saus kacangnya yang manis dan gurih itu. Kebun kacang hijau  itu mungkin milik petani guram, yang lahannya cuma sepetak. Mamun mereka menggantungkan seluruh hidup keluarga disana. Atau milik perusahaan besar yang bisa membangun sistem pertanian efisien, menggunakan pupuk dan pestisida untuk menghalau musuh-musuh tanaman.
Terus saat beralih pada gimbalnya yang digoreng garing, yang berbunyi krenyes disela kunyahan, terpampang lah kebun gandum sebagai asal tepung terigunya. Rasanya tanaman gandum tak begitu familiar dalam pertanian Indonesia. Jadi besar kemungkinan sepiring gimbal ini adalah makanan hibrid, separuh impor-separuh yang lain lokal.
Sekarang kita ke laut.
Ok, minimal ke tambak yang biasanya banyak di bangun di tepi laut! Karena udang yang terdapat dalam sepiring tahu gimbal semarang berasal dari perairan. Disebar dulu benihnya, di rawat, diberi makan dan pupuk. Menunggu sejenak agar cukup besar untuk dipaneh lalu diangkut ke pasar. Suatu hari si tukang  pembuat tahu gimbal ini membelinya dari pedagang di pasar.
Baca juga:
Apa Faedahnya Mengetahui Asal-Usul Makanan Kita?
Kok ribet amat kisah di belakang sepiring tahu gimbal Semarang ini  yah? Tapi bagaimana lagi, mengetahui asal-usul makanan kita mestinya adalah satu gaya hidup yang perlu dikembangkan terus-menerus.
Apa lagi ketika gerakan untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan berkembang pesat, pemakaian pupuk dan pestisida semakin gila, dan perdagangan berkeadilan sudah jadi bagian dari agenda international.
Baca juga :
Mengetahui dari mana asal makanan mungkin bisa melindungi diri kita dan keluarga dari efek pemakaian bahan berbaya. Dan tentu saja mengetahui asal-usul makanan, pengetahuan kita terhadap nutrisi yang dibutuhkan tubuh akan bertambah.
Terus norak sebutan norak boleh dibekan kepada saya ya, sobat. Sebab setelah main di Semarang saya baru tahu bahwa ada kuliner nusantara bernama Tahu Gimbal Semarang . Gak tahu lah kemana saja dia selama ini, lah kok ya baru kemarin menemukan saya?  Maka tak berlebihan kan kalau dia perlu saya apresiasi dengan membedah kisahnya…:)
Kalau ke kota Atlas jangan lupa menikmati tahu gimbalnya ya teman-teman.
Salam,