Gula semut merupakan bisnis unik. Banyak yang bisa diceritakan tentang dirinya. Misalnya tiap kali dapat kenalan baru atau berjumpa dengan kenalan lama biasanya mereka tanya pekerjaan atau bisnis apa yang saya tekuni. Dan tiap kali dijawab bisnis gula semut, tiap kali pula harus menerangkan panjang lebar . Tergantung dari keragaman reaksi mereka sih. Ada yang mengatakan belum pernah dengar, ada yang mengangkat alisnya, dan ada yang bertanya ulang (takut salah dengar). Tapi tentu saja banyak pula yang manggut tanda mengerti.
Dari mereka yang tidak tahu tentang gula semut, paling demen kalau bertemu seseorang cuma bermaksud basa-basi. Bola mata mereka sudah membetot ke lain arah padahal belum dapat jawaban tuntas. Terus diikuti lantunan ” Ooo…” yang panjang . Hehehe..sebetulnya mereka tak sopan yah? Tapi apa boleh buat, namanya juga orang bertanya, sebagai entrepreneur yang baik kudu dijawab dunk. Namun ada pula yang berkelakar begini : “Ada gula ada semut dong ya?”. “Iya” jawab saya agak garing. Tapi yang bikin gelagapan pernah terima pertanyaan seperti ini: “Apa hubungannya dengan sarang semut?”
Untunglah sesuatu dalam diri saya mau berbisik. Kebanyakan suaranya saya pergunakan sebagai guide. ” Neng, masih bagus ada yang bertanya, coba kalau mereka tak peduli, apa kau masih bisa jualan? Sepanjang menyangkut peluang masuknya uang ke dalam neraca usahamu, haram mengabaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mereka semua potensial menjadi pelanggan kita.”
Baiklah! Kitab hukum pedagang mestinya berbunyi seperti itu. Kebetulan tidak sulit untuk diaminkan. Disamping ada orang bijak yang mengatakan : “Mengabaikan orang yang bertanya tentang bisnis kita sama seperti menutup pintu rejeki!“
Namun gak perlu naif juga sih. Pertanyaan dan jawaban adalah semacam seni, sama-sama punya misi sendiri. Biasanya pengalaman akan menyaring mana pertanyaan yang perlu dijawab dan mana yang tidak. Toh jawaban tak ditujukan untuk semua pertanyaan. Orang bertanya punya maksud tertentu. Dan kita menjawab juga punya maksud tertentu. Yang paling baik adalah menjawab pertanyaan yang berujung pada kecerahan pada semua pihak.
Jadi apa gula semut itu?
Saya tak tahu alasannya namun nama gula semut asli berasal dari nenek moyang. Mungkin bentuknya seperti sarang semut di tanah atau sering dirubungi semut. Namun entah mengapa orang jauh lebih cepat mengerti jika di katakan bahwa gula semut itu sama dengan Palm Sugar atau gula palem.Saya suka merasa aneh padahal palm sugar bahasa Inggris kok lebih dikenal ketimbang gula semut ya?
Mungkinkah karena yang mengenalkan gula semut sebelumnya adalah orang Belanda atau Eropah? Mereka menyebutnya palmzuiker atau palmzucher atau palmsuiker. Mereka menggunakan gula yang berasal dari pohon aren atau palem-paleman lain untuk makan roti atau membuat kue. Tapi itu dulu. Sekarang fungsinya sudah meluas.
Sejatinya, setiap gula yang berasal dari tumbuhan palmae berhak menyandang nama “Palm Sugar“. Apakah itu berasal dari pohon aren, siwalan atau kelapa. Jadi bentuk tak mempengaruhi sebutan. Cetak, cair atau hancuran seperti gula semut, sepanjang berasal dari nira palem-paleman, mereka adalah Palm Sugar, palmsuiker, atau palmzucker. Yang membedakan hanya aroma dan warna.
Namun sepanjang soal gula semut, survey menunjukan, lebih mudah membawa pengalaman orang Indonesia ke bahasa Inggris, palm sugar, ketimbang bahasa Indonesia, gula semut. Setidaknya untuk saya pribadi lebih adem mendengar komentar “ Enak tuh buat bikin kue..” ketimbang mendapat tatapan kosong .
Berkenaan pengalaman yang diwariskan bangsa Belanda, kalau yang disebutkan Palm Suiker, semua orang pasti ingat roti tawar, sapuan mentega dan taburan diatasnya. “ Ooo.. yang untuk makan roti itu ya?“
Sebetulnya cukup mengatakan bahwa gula semut itu adalah gula merah tapi dalam versi bubuk. Tapi kadang saya pengen gaya-gayaan juga dengan menyebut palm sugar.
Sebelum ini dirimu sudah tahu tentang gula semut temans?
Atau butuh gula semut? Silah kontak kami