Saat sekolah dulu tidak tahu pasti dibelahan otak mana saya sering beropersi. Yang jelas membayangkan gunung dan pantai atau tempat-tempat menarik lain jauh lebih asyik ketimbang berhadapan dengan grafik, rumus dan angka-angka. Jadi bisa dimaklumi kalau dapat 10 atau 9 dalam matematika, saya lebih suka menyimpan kebahagiaan dalam hati. Tidak akan pernah pamer ke orang lain. Kecuali kalau mau membuat orang lain berdosa dengan komentar “ ada malaikat lewat kasih contekan tuh…”
Manusia terus berubah dan saya mau berubah. Tahun-tahun terakhir timbul kesadaran baru, bagus juga meluangkan sedikit waktu memberdayakan sel-sel otak yang selama ini tak terlatih melihat grafik, rumus dan angka. Lagi pula memang harus dilakukan. Diberi kercayaan oleh Allah sebagai gantungan periuk nasi beberapa keluarga mau atau tidak harus akrab dengan ketiga konsep matematika tersebut.
Apa jadinya nasib kami jika saya abai terus pada angka, misalnya lupa angka kewajiban pada suplier atau atau abai terhadap angka piutang pelanggan. Wah bisa rumit! Tak hanya bagi saya tapi juga orang lain.
Baca juga : Rumus Panjang Umur UKM & Soal Pilihan
Perjuangan Memahami Grafik, Rumus dan Angka
Ketahui lah bahwa memahami dunia grafik, rumus dan angka tidak semudah menggesek kartu kredit. Atau tak seringan memasukan chip plastik kedalam mesin ATM. Perjuangan harus dimulai dari titik dimana saya hendak berakhir.
Bagi saya yang tak selalu suka berpikir rumit, perkara matematika ini harus disederhanakan. Hanya dengan konsep sederhana otak saya mau bekerja. Dan itu harus dikaitkan dengan kebutuhan praktis sehari-hari. Tak ada gunanya bagi saya belajar rumus matematika untuk membuat mesin pesawat ruang angkasa.
Pun tentang grafik, lebih mudah membuat grafik batang pertumbuhan omset ketimbang grafik lingkaran tentang pertumbuhan penduduk di Serpong Tangerang.
Baca juga : Kemiskinan dan Sudut Pandang tentang Kekayaan
Dan Sepertinya memang lebih mudah belajar jika konsep-konsep abstrak itu dikaitkan dengan sis praktisnya.
Misalnya, jika saya mau omset 10 digit artinya harus kerja sepuluh kali lebih keras dari sekarang. Mengerahkan segala sumber daya. Saya akan tahan pada segala ribet yang membuat kepala berdenyut-denyut.
Tapi perjuangan terberat dalam belajar grafik, rumus dan angka adalah melawan keinginan untuk menyerah. Setan penggoda senang banget dengan kata-kata ini, ” Sudah lah gak usah ngoyo, harta gak di bawa mati. Semua ada yang ngatur…”
Namanya juga setan ya, terserah dia mau ngomong atau tidak mau ngomong apa. Dan dia tak mengatakan bahwa Allah hanya akan memberi jika kita berusaha mendapatkan.
Mintalah Maka Akan Diberi
Ada kalimat bijak yang melekat dalam hati saya, mintalah maka akan diberi. Dan karena Allah tak langsung melemparkan rejeki dari langit, tapi lewat tangan orang lain, artinya saya harus melakukan sesuatu sesuai logika si empunya tangan. Mereka mau gula semut dengan kadar air, butiran dan bahkan warna tertentu saya harus bisa memberikan. Atau syarat-syarat lain yang bikin kepala seperti dibenturin ke tembok, yah mesti di lakoni.
Seberapa banyak usaha saya dalam memenuhi permintaan pelanggan, sebanyak itu pula Allah akan memberikan rejeki-Nya.
Baca juga : Ibu Mau Beli Gula Aren Saya?
Dari sana lah grafik, rumus dan angka yang sudah menggambar dalam benak bisa sangat membantu. Ibarat terombang-ambing di laut ketidak tahuan, gambaan di kepala dapat dijadikan pegangan. Jadi mercu suar. Tak masalah seberapa jauh kita terseret suarnya tetap bisa dilihat. Jadi titik kemana kita harus kembali.
Dan alhamdullilah ternyata memahmi grafik, rumus dan angka-angka tidak seseram anggapan saya semua. Minimal mereka tidak sekeras tembok yang membenturkan kepala saya. Tak seluas samudera tanpa mercu suar. Sebuah grafik misalnya, tampak jauh lebih cantik dan mengundang untuk dieksplorasi kalau itu sejalan dengan perbaikan arus kas.
Jika angka-angka merupakan hasil investasi dan kurvanya terus menanjak, lantas adrenalin siapa yang mau membeku? Atau berhenti mempelajarinya?
Grafik, rumus dan angka-angka merupakan bahasa universal. Jika mengalami kesulitan belajar matematika seperti saya coba tautkan dengan kesehatan finansial. Terutama teman yang mau membuat perubahan, ayu deh kita belajar statistik hehehe..