Burung Pipit di Bawah Hujan – Suatu sore di Pasar Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu saya berdiri di balkon atas sebuah restoran seafood. Tempatnya menghadap ke laut dengan awan gelap berputar diatasnya. Kapal dan perahu pencari ikan masih bersandar. Dari lantai bawah tercium anyir ikan segar sementara laut membawa aroma hujan.
Tak lama hujan pun tiba. Begitu saja runtuh seakan langit tak sabar menumpahkan semua beban beratnya kepada bumi. Tirai air yang terbentuk menghilangkan camar-camar yang tadi tampak melayang-layang diatasnya. Atau mungkin mereka lari menyelamatkan diri.
Tapi sekelompok burung pipit memutuskan tetap bermain. Tak hirau pada benang-benang air yang menimpa tubuh mereka. Terbang bersilang diantara genteng, diatas kayu perahu, lalu naik keatas untuk hinggap pada utas kabel listrik. Entah apa yang dilakukan burung pemakan biji dan suka menyanyi itu disini. Cara mereka bermain persis seperti kanak-kanak yang diijinkan ibu mandi hujan. Mengepak-ngepakan sayap, menengadah ke langit lalu hinggap untuk kemudian terbang lagi.
Baca juga:
- Wisata Kuliner Palabuhan Ratu
- Torehan Rindu di Bawah Hujan
- Hujan dan Perasaanku
- Sumur Bor Bidan Listiyani
Sikap Burung Pipit di Bawah Hujan ini Membingungkan Saya
Dan sikap tubuh kawanan burung pipit di bawah hujan ini kadang membingungkan saya. Terpikir apakah mereka benaran sedang menikmati hujan atau kah sedang kedinginan dan berdoa agar langit segera menghentikan curahnya? Pertanyaan ini timbul sebab secara alamiah burung yang juga disebut Finch ini lebih menyukai udara hangat ketimbang dingin.
Disamping itu sesekali mereka juga memekarkan bulu-bulu di seluruh tubuh, seolah merontokan air yang masuk ke celah-celahnya. Iya, rasanya mereka sedang kedinginan, tapi tak mencari tempat berteduh.
Kalau saya amati keadaan sekeliling dermaga Palabuhan Ratu dan kabel listrik tempat burung-burung pipit sedang bertengger, mereka harus terbang jauh mencapai geladak perahu. Tapi jarak ke awungan restoran seafood tidak begitu jauh. Mengapa mereka tak mencari perlindung ke sini saja ya, pikir saya iba.
Burung pipit di bawah hujan ini membuka jendela kenangan ke masa kecil. Dulu saya sering melihat kawanan pipit di sawah. Mereka terbang bergerombol membentuk formasi. Melintas di langit dengan latar belakang bukit-bukit yang memagari kampung kami.
Nah mereka itu tak pernah disorot secara romantis seperti saat kehujanan ini. Mereka malah jadi musuh petani. Pola perilaku yang jadi penyebab mengapa orang-orangan sawah di buat. Tujuannya agar mereka takut dan pergi cari makan ke tempat lain. Tapi sekarang jarang melihat kecuali di Sukabumi.
Masih sering melihat burung pipit temans?