Gimana Rasanya Dapat Hadiah dari Tigak Lelaki – Menurut Paulo Coelho, kalau terus mengidamkan, mendambakan, dan fokus mengiinginkan sesuatu maka alam akan menggerakan roda giginya untuk membantu mewujudkan keinginan itu.
Pengen Punya Tablet
Ceritanya sudah lama saya mengidamkan punya tablet. Merasa hebat jika pergi kemana-mana bisa nenteng gadget canggih. Untuk motret, Twitteran, ngintip Facebook atau update blog tanpa harus menghiraukan tempat dan situasi. Bisa juga baca buku tanpa membebani ransel karena harus membawa fisiknya yang berat.
Terutama tentang buku. Setelah baca reviewnya di internet saya berkesimpulan bahwa dengan satu tablet kita bisa merasa menggotong perpustakaan raksasa kemana saja. Karena banyak artikel atau buku gratis yang bisa di download dan disimpan untuk dibaca nanti.
Tapi keinginan tersebut harus dipendam. Cuma sesekali mengungkap rasa ke suami terutama kalau melihat orang menggunakannya di depan kami. Kayaknya gimana gitu, berdesir iblis dada memandangnya. Namun iblis yang lain membangunkan logika, “apa sih?” Tanyanya.
Jadinya ya gitu deh, merasa tak bijak jika harus membebani rumah tangga dengan budget tak penting. Lebih baik anggarannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak terutama biaya sekolah yang porsinya cukup besar dibanding penghasilan kami. Lagi pula sudah punya ponsel Android yang bisa digunakan browsing maupun baca ebook. Hanya saja layar dan tombol nya yang terlalu kecil itu sungguh menyiksa. Apa lagi untuk update blog butuh perjuangan menurunkan tensi 🙂
Baca juga:
- Menjawab Pertanyaan Valdi
- Ayah dan Anak Lelakinya
- Kumpul Blogger di Grand Zuri BSD
- First Give Away Jurnal Evi Indrawanto
Gimana Rasanya Dapat Hadiah dari 3 Lelaki
Suatu hari sepulang dari Yogyakarta dan seperti biasa tiga jagoan sudah menunggu di Bandara. Setelah mengumpulkan bagasi tampak yang dua orang asyik main gadget. Sekilas memperhatikan, sepertinya mereka punya mainan baru. Yang seorang lagi baca koran.
Setelah satu persatu memeluk saya, si bungsu memperlihatkan mainannya. ” Bagus gak, Ma?” . Oh tablet ternyata. ” Bagus lah..” Jawab saya sambil ingat mimpi terpendam.
Tapi sungguh tak terlintas ingin memiliki barang tersebut. Ini pasti gara-gara geger otak saat melahirkan dulu. Sejuta kali lebih rela mereka punya tablet ketimbang saya sendiri.
” Mama suka gak? ” Dia menyebutkan mereknya. ” Tapi lebih murah dari yang itu lho..” Dia menunjuk pada kakaknya. Otak saya mencium perselisihan.
Ah mesti jadi juri lagi batin saya. Bapaknya ini gimana seeeeh…kalau gak mampu membelikan yang bagus yah mengapa tidak disamakan saja? Atau gak usah dibelikan sama sekali.
” Benaran nih Mama suka?” Si bungsu sabil terus menyentuh layar tabletnya, memasang wajah tak berdosanya sambil menyodor-nyodorkan benda tersebut ke bawah hidung saya.
“Kalau suka…. ya sudah untuk mama saja..”
Errrr…Bukannya senang saya malah langsung galau. Penolakan terhadap tablet ini bakal berbuntut panjang. ” Dek kok gak terimakasih sama Papa sih?”
Pertanyaannya sendiri sudah bikin saya murung jauh di dalam hati. Soalnya dalam kepala berkecamuk dua rasa: Gondok dan iba pada si Bungsu. Gondok kok ya kamu tak berterima kasih sudah punya gadget baru, Nak. Syukur sudah punya walau dari sisi harga lebih murah dari punya si kakak.
Dilain tempat, kok ya kasihan nasib mu tak dibelikan sama dengan si kakak.
” Mama dunk yang makasih sama Papa..” Katanya sambil sekali lagi menyorongkan. ” Karena dibelinya emang untuk Mama…”
” Terus kamu gimana, Dek?”
Sambil memeluk bahu saya dia berkata : ” Aku tak terlalu membutuhkannya sekarang. Aku tunggu giliran untuk ganti laptop…”
Nyes! Rasanya seember air es diguyur ke dalam dada. Aku menatap hadiah dari tiga lelaki itu. Lalu beralih ke mereka dengan mata berkabut. “Terima kasih” Hanya itu yang bisa terucap.
“Semoga mama tambah rajin membaca dan menulis” Kata si sulung memeluk tabletnya.
Salam,
Diikutkan pada GA : “Pandangan Pertama Special Untuk Langkah Catatanku”