Sore itu hujan lebat masih menyisakan rintik. Saya dan teman-teman baru saja tiba di tempat pengolahan pupuk kompos di sebuah desa di Pontianak. Mengelola Arenga Indonesia yang produknya adalah gula aren organik, tour kali ini menajamkan pemahaman saya tentang pertanian organik. Tapi yang ingin saya tuliskan di pos ini adalah makanan rebusan dari desa, yang sekali pandang saja terasa sehat dan nikmat. Makanan yang juga membangkit kenangan kepada nenek
Pisang, Ubi, Singkong dan Jagung Rebus
Seteko besar teh, bergelas-gelas kopi menyambut saya dan teman-teman di sore yang temaram itu. Tuan rumah meletekannya di beranda beserta setalam kudapan nenek yakni pisang rebus, ubi rebus, singkong rebus dan jagung rebus.
Baca juga : Anak Singkong Mengandung Kesedihan
Selama mengikuti tour organik ini, semua hidangan yang masuk ke perut saya berasal dari sawah dan perkebunan organik. Nah setalam rebusan yang menggoda di depan saya langsung mendatangkan lapar. Sederhana namun terasa mewah saat dinikmati bersama kawan-kawan. Ditambah lagi ini pertemuan masyarakat pertanian organis, tema acara dan konsumsi jadi klop.
Penampilan makanan rebusan dari desa ini memang mengundang. Tapi apakah karena saya yang lapar? Atau kah memang sudah lama tak bertemu dengan makanan seperti ini? Lantas saja dada langsung dipenuhi rasa syukur. Bukan saja karena penampilan setalam makanan rebusan dari desa, atau datang dari kebun organik, penampakannya membangkitkan kenangan pada almarhumah nenek.
Yah setiap hidangan ala pedesaan akan selalu berujung pada wanita tua itu.
Baca juga : Persiapan Membuat Gula Semut
Kenangan Kepada Nenek, Guru Masak Pertama Saya
Di belakang rumah kami terdapat sepetak kebun yang ditanami ubi jalar, singkong dan pisang kepok. Ubi dan singkong tak pernah berhenti berisi sementara pisang kepok tak pernah lelah berbuah. Tebang satu batang tak lama batang yang lain siap panen. Karena berkebun pada masa itu tak pernah bertujuan komersil, sepanjang tahun kebun kami selalu siap di panen. Nah nenek tak pernah mengolah hasil kebunnya kecuali direbus.
Juga ingat pada suatu sore ditugasi membangkit ubi jalar di ujung kebun yang Nenek rasa sudah lama tak gubris. Ogah lagi! Disamping malas menggali tanah basah saya juga takut pada lintah. Tapi karena takut di marahi berangkat juga lah bersama kakak.
Baca juga : Berkreasi Dengan Gula Aren
Jadi Berapa Lama Merebus Singkong, Makanan Rebusan dari Desa ini?
Nenek adalah guru pertama saya di dapur. Sebagai anak desa pekerjaan dapur bagian dari akidah 🙂 Jadi setelah panen singkong di tanah basah habis hujan, saya pun harus merebusnya. Tingkat kematangan rebusan harus sesuai standar nenek tentu saja.
Jadi berapa lama waktu dibutuhkan merebus singkong? Karena kami menggunakan tungku kayu yang apinya besar, tidak menggunakan dandang tapi langsung dengan periuk, paling 10 menit sudah empuk.
Dan kalau dicoba di kompor, direbus dengan dandang sepertinya lebih lama. Beberapa waktu lalu saya melakukan di rumah, butuh waktu sekitar 15 menit.
Baca juga : Bumbu Dapur Untuk Kesehatan Tubuh
Cara Merebus Pisang Kepok
Makanan rebusan dari desa yang tak kalah populer adalah pisang rebus. Cara merebus pisang kepok juga ilmu turun temurun yang saya warisi dari nenek.
Begini caranya:
- Lepaskan buah pisang kepok dari sisirnya dengan pisau. Tak perlu dikupas
- Isi dandang dengan air
- Masukan pisang kepok lengkap dengan kulitnya.
- Rebus sekitar 10 menit
- Angkat dan hidangkan
Cara Merebus Ubi
Biar tak repot dan tak perlu mengupas sebelum di makan, sebelum direbus, ada baiknya ubi mentah dikupas terlebih dahulu. Caranya persis seperti mengupas kentang. Nah agar tidak mengalami oksidasi dan berubah warna, setelah dikupas ubi harus langsung di rendam ke dalam air.
Merebus ubi juga mudah. Setelah dikupas, potong-potong sesuai selera. Isi dandang dengan air. Masukan ubi. 10 menit kemudian ubi rebus sudah siap disantap.
Yang saya ingat setelah ubi, singkong dan pisang gepok itu masak. Mereka tak melepaskan aroma hujan dari dalamnya. Terutama ubi jalar, perpaduan dari kesegaran ubi jalar mentah, tanah dan hujan. Sebuah rasa yang tak pernah lagi saya temui sejak nenek tiada. Termasuk juga tidak pada ubi rebus diatas.
Sambil mengudap ubi rebus, singkong rebus, pisang kepok rebus, dan jagung rebus, dada saya merasa sakit. Saat itu rindu pada nenek begitu pekat. Diam-diam mata saya pun menghangat.
Makanan Rebusan Dari Desa Lebih Sehat
Makanan rebusan dari desa ini menurut saya jauh lebih sehat ketimbang gorengan. Setidaknya kita tak perlu menambahkan minyak ke dalamnya. Cocok untuk mereka yang sedang manjalankan diet. Entah menurunkan berat badan atau diet kesehatan lainnya.
Suka kah pada makanan rebusan dari desa ini, temans?
Salam,