Mengapa hubungan pria-wanita bertahan? Tulisan ini dipersembahkan untuk Mbak Erry Andriyati, blogger yang ngakunya tinggal di Bandung coret. Sudah jadi kesayangan saya sejak setahun lebih yang lalu. Kalau ada yang membuat saya kecanduan baca posting seorang blogger itu pasti karena gaya tulisan yang ringan. Tidak menggurui. Menabur sense of humor di sana-sini. Kali ini ia bicara tentang pernikahan.
Dalam benaman laut informasi seperti sekarang tulisan seperti itu penting. Kita tak suka yang berat-berat, suka yang menghibur tapi tak kehilangan esensi pesannya. Disamping menulis yang menghibur menumbuhkan kesenangan membaca juga sebagai sarana ibadah karena mencerahkan orang lain.
Mbak Erry Andriyati punya style sendiri. Nulisnya bergue-gue dan kadang penuh caci maki pada kulkas tak berdosa di pojokan dapurnya. Bisa dimaklumi jika tiap update posting saya pasti mampir. Segar tiap kali membaca kesehariannya. Baik tentang anak, suami maupun film-film Korea yang jadi kegemarannya.
Baca juga:
- Mengenang Bi Isah: Maafkan Aku, Bi
- Antara Bunga dan Cinta
- Menikah Untuk Bahagia
- Pasar Inpres Larantuka
Saya seperti melihat diri sendiri di dalamnya (tapi 20 atau 30 tahun lalu saat saya masih unyu-unyu). Lagi pula komentator di sana ramai, lumayan sebagai peluang dalam peningkatan traffic ke blog saya.
Mengapa Hubungan Pria-Wanita Bertahan Jika Istrinya s Seperti Mbak Erry Andriyati or Bibi Titi Teliti?
Beberapa hari lalu lagi-lagi Mbak Erry membuat saya tertawa. Soal pengakuannya tentang rutinitas membully suami yang dipanggilnya Abah itu. Dalam posting berjudul BERTAHAN si Abah disebut sebagai freak. Gara-gara lelaki yang tak pernah melamarnya dengan bunga plus bertekuk lutut ini selalu detail membaca informasi barang yang hendak dibeli. Atau menyimpan semua kantong plastik bekas belanja.
Hmmmm…
Tapi dalam postingan ini dia tidak sedang membully si Abah lho ya. Dia sedang menyatakan cinta. Menyentuh sisi paling akrab dari hubungan mereka.
Mama Kayla dan Fathir ini tersadar bahwa 7 Desember 2012 keterikatan mereka sudah berlansung 16 tahun. Berarti separuh dari umurnya telah bersentuhan dengan nilai-nilai serta aturan-aturan yang dipegang oleh si Abah.
Dan ini yang sangat menarik dari blogger yang sudah terbang ke Korea gara-gara ngeblog : dalam canda rianya apa disampaikan — minimal beberapa kalimat dalam paragrafnya– selalu hal yang serius.
Seperti dalam tulisan berjudul Bertahan itu dia melempar tanya seperti ini : ” Sebenernya apa sih yang bisa membuat lo mampu dan mau bertahan dalam suatu hubungan?”
Saya pun Bertanya Pada Diri Sendiri, ya Mengapa Sebuah Hubungan Bertahan?
Pertanyaan yang sulit dan sejujurnya saya tak mampu menjawab. Orang tua saya sudah menikah 50 tahun lebih. Saya sendiri hampir 22 tahun dengan lelaki yang saya pacari di tempat kerja dulu.
Diawal pernikahan hubungan kami turun naik. Saya mencari lelaki ideal seperti yang ditulis dalam novel-novel percintaan. Suami tampaknya mengharapkan isteri yang bisa memahaminya luar dalam.
Untuk awal-awal pernikahan, dua harapan dengan dua kriteria yang tak punya pijakan di dunia nyata itu sukses membuat pusing pihak ke-2 keluarga.
Dari Dua Jadi Empat
Tapi jauh di dalam hati saya percaya bahwa pertemuan lelaki – perempuan seperti dalam pernikahan adalah benturan takdir. Terjadi secara acak yang dadunya dikocok oleh Tuhan.
Seperti peristiwa dalam teori Big bang yang melahirkan alam semesta, pernikahan merupakan big bang kecil yang melahirkan semesta kecil. Itu lah mengapa saya jarang menganalisa hubungan semacam ini. Tak percaya ada hubungan ideal antara lelaki-perempuan.
Tak masalah seberapa besar kasih kita satu sama lain, seberapa intim hubungannya, selama kita melanggar aturan atau nilai-nilai yang dipegang oleh pasangan, hubungan tersebut takan pernah menemukan titik bahagia. Jadi kalau ingin mendekati (mendekati lho ya bukan punya) hubungan seperti yang diimpikan para Cinderella di seluruh dunia carilah mukjizat. Dan mukjizat itu bekerja hanya ketika kita mengusahakannya.
Jadi menarik mencermati pertanyaan seperti ini :
1. ” Apa yang membuat si Abah bisa bertahan menghadapi gue yang suka kayak orang kalap kalo sedang berkeliaran di palasari bursa buku bekas di Bandung dan berteriak kesenengan kalo nemuin novel Agatha Cristie cetakan lama yang ada cap taman bacaan nya..?”
2. Dan walopun udah jam 10 malem, Abah juga dengan penuh keikhlasan rela membelikan gue indomie ayam bawang di warung nya Mama Ajeng atau beliin martabak telor di deket lapangan tenis, karena gue merasa bahwa sangatlah penting bagi gue untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup kalau berniat untuk begadang dan menamatkan drama korea di malam ini…
Daya tahan si Abah adalah satu soal. Stamina Mbak Erry soal yang lain. Lihat deh : ” Dan demikian juga sebaliknya apa yang membuat gue rela bertahan disampingnya Abah, walopun dia merupakan penggemar beratnya Mus Mujiono…*pengen pingsan kalo harus membandingkan antara Mus Mujiono dan Taeyang!
Hangat 🙂
Ini kah yang disebut Cinta?
Jadi apa yang membuat Bibi dan Abah bertahan selama 16 tahun? Apa yang membuat pernikahan ibu-bapak saya bertahan selama 50 tahun? Yang yang mendukung saya dan suami selama 22 tahun? Apa yang membuat pria-wanita bertahan begitu lama dalam sebuah hubungan?
Allah pasti punya cerita panjang di belakangnya. Ada kemungkinan teori big bang juga terlibat. Saat terjadi ledakan besar itu tubuh masing-masing saling membentur lalu terjadi pertukaran hati. Separuh milik Mbak Erry masuk ke dada Abah dan separuh hati Abah tersimpan dalam diri Mbak Erry.
Baca juga:Â Kopi Herbal Palm Sugar
Apa pun lah, satu lagi yang mesti kita percaya ataupun siapapun yang mendambakan kelanggengan hubungan dengan pasangan : Selama kita melihat pasangan sebagai tempat memberi bukan tempat mengambil, Insaya Allah ada kaki-kaki yang tak tampak menopang hubungan tersebut sampai maut memisahkan.
Mengapa hubungan pria-wanita bisa bertahan begitu lama? Itu kah yang disebut cinta?
Salam,
Tulisan ini diikutkan pada : Bibi Titi Teliti’s Korean Giveaway!