Kawan pernah makan pensi Sungai Janiah? Wisata Sumatera Barat memangĀ punya satu kuliner unik yang jarang di ekspos. Namanya Pensi. Banyak ditemukan di tepian Danau Maninjau dan Sungai Janiah. Saya tidak tahu nama hewan air ini dalam bahasa Indonesia tapi makan pensi sungai janiah pengalaman yang perlu dicari kalau kawan berkunjung ke negeri Bundo Kanduang.
Bentuk pensi beda dengan tutut yang melingkar seperti konde itu. Bercangkang seperti kerang. Isinya putih kekuningan. Warna kulit belang hitam -putih, berulir mengikuti poros. KebanyakanĀ hidup di dasar kolam, sungai, sawah dan danau. Ā Waktu kecil dan tinggal di kampung, saya sering menikmati gulainya yang di panen nenek Ā dari sungai Batang Agam. Sejak nenek tiada dan saya meninggalkan kampung berakhir pula kisah saya dengan makhluk berdaging kenyal itu.
Kenangan Saat Makan Pensi Sungai Janiah
Saat berkunjung ke Sungai Janiah, rumah legenda ikan sakti, saya dipertemukan kembali dengan pensi. Makan pensi Sungai Janih berbeda dari masakan nenek. Tidak bersantan melainkan di tumis. Gunanya juga bukan untuk makan nasi tapi Ā kudapan. Dimasak dengan daun bawang, seledri, serai, jahe dan garam. Ā Saya langsung beli sebungkus, membawa duduk ke tepi kolam di sore bergelimang cahaya. Mengutil satu persatu kulitnya yang sudah terbelah dan membiarkan daging berikut jusnya mengalirkan kenikmatan di lidah. Jadi ingatĀ malam-malam berdongeng bersama nenek. Menimbulkan hantaman rindu lembut yang tak bisa digambarkan dengan kata.
Ikan garing besar-besar yang berekerumun saat dilempari kulit pensi pernah mengisi imajinasi kanak-kanak saya.Ā Saat itu kolam ini terasa jauh tapi menggelisahkan. Untung lah saat menatap mereka berenang penuh kegembiraan sore itu, sebagian misteri tak jelas peninggalan masa lalu lumer perlahan. Ujud ikannya masih agak menakutkan tapi sisi mistiknya tak lagi membekas.
Ā Letak Sungai Janiah
Sungai Janiah terletak di Nagari Tabek Panjang, Baso, Kabupaten Agam. Sekitar 12 Km dari Kota Bukittinggi. Seperti dalam tulisan saya Legenda Ikan Sakti Sungai Janiah, tempat ini turun temurun jadi area wisata penduduk Sumatera Barat. Disini, dibawah kaki Bukit Sitanjua membentang kolam seluas 50 meter persegi, tempat hidup ikan-ikan yang dipercaya masyarakat sebagai keturunan manusia. Kita tak makan manusia, karena itu ikan disana tak pernah dimakan. Untuk cerita lengkapnya klik link Sungai Janiah.
Saya mendengar kisah ikan sakti pertama kali dari nenek. Nenek dari neneknya. Dan nenek buyut saya pasti dapat dari neneknya pula. Begitu lah cerita rakyat tentang ikan ini bergulir dari mulut ke mulut.
Saya berasumsi pasti ada satu kejadian yang memicu kelahirannya. Tidak persisĀ seperti yang kita dengar sekarang. Perjalanan waktu membulat sesuai selera sang pencerita, terus terbelah lagi mengikuti versi pencerita berikutnya. Ditambahi atau dikurangi disana-sini. Saya bayangkan alangkah menariknya jika ada yang mau merentang waktu, mencari tahu kapan kiranya gerombolan ikan sakti Ā itu masuk ke ranah Cerita Rakyat Minangkabau. Tapi siapa yang mau melakukannya yah? Dan apa pentingnya pulak?
Balik mengenai makan pensi sungai janiah. Saya sempat heran melihat tiap warung wisata yang ada di seputaran kolam menjual tumis pensi. Apa hasil kolam ini? Ternyata bukan. Pensi-pensi itu didatang dari Maninjau. Jadi ikon sungai Janiah disamping untuk memberi makan ikan juga untuk dinikmati wisatawan. Kalau belum sempat datang kesini, pejalan juga bisa makan pensi di Danau Maninjau. Yang di Sungai Janiah ada sayangnya Ā sedikit. Tumis pinsi yang dijajakan sudah dikemas dalam kantong2 plastik kecil yang kebanyakan cuma berisi kulit sementara isinya entah kemana. Jadi walau makan pensi sungai janiah ini sampai lima kantong juga belum berasa..
Apakah ada yang tahu nama Pensi ini dalam bahasa Indonesia?
Follow me @eviindrawanto