Rumah Jelek dan Kemiskinan Itu Serangkai – Dari mana suatu standar kemiskinan ditentukan? Salah satunya dari rumah yang kita tempati. Karena rumah adalah kebutuhan pokok setelah pangan dan sandang. Rumah yang akan melindungi kita dari panas dan hujan. Dari terik dan badai. Rumah tempat kita membina keluarga. Membesarkan anak-anak dan merawat orang tua. Rumah tinggal ikut berperan dalam menentukan index kebahagiaan penghuninya.
Setuju kah teman bahwa rumah sederhana seperti dalam foto di atas identik dengan kemiskinan?
Kalau blusukan ke dusun-dusun terpencil, rumah jelek dan Kemiskinan jadi pemandangan biasa. Saya banyak menemukan rumah seperti ini. Bahkan yang lebih ringkih dan buruk dari ini juga pernah.
- Baca juga :Â Kemiskinan dan Sudut Pandang tentang Kekayaan
Kalau masuk ke dalam kadang isinya lebih menyedihkan. Satu kamar diisi beberapa orang. Di tambah barang-barang berantakan di sana-sini. Dapur berlantai tanah yang dindingnya juga bolong di sana-sini. Bekas cucian piring dan air bekas mandi di alirkan ke kolam di sebelah rumah.
Kalau sedang cuaca panas bau busuk sering terbawa angin ke rumah. Begitu pula nyamuk yang suka berpesta pora.
- Baca di sini tentang :Â Rumah Pohon
Menolak Kenyataan Bahwa di Indonesia ada Rumah Jelek Seperti ini
Kadang saya menolak kenyataan, menolak masuk ke rumah seperti itu. Tidak tega. Merasa tak berguna. Karena saya hanya bisa kasihan tanpa bisa memberi bantuan yang berarti. Terus mulai cari-cari kambing hitam , menyalahkan pemerintah yang tak peduli. Pemerintah yang suka memperkaya diri sendiri ketimbang mengangkat harkat hidup rakyatnya. Pemerintah yang tak tahu malu, digaji rakyat, tapi maunya disembah-sembah rakyat ketimbang melayani.
Kalau sudah begitu jadi frustrasi sendiri. Padahal rumah jelek dan kemiskinan itu serangkai, terjadi di mana-mana. Tak Indonesia. Dan itu bukan urusan saya sendiri.
Dari pada makan hati berulam jantung lebih baik saya tak memasuki rumah-rumah yang melukai kemanusiaan itu. Bantu saja apa yang bisa dibantu.
Selebihnya berdoa. Mendoakan agar anak-anak mereka terus sekolah, terus belajar, agar bisa membawa keluarga mereka keluar dari jurang kemelaratan ini. Doa saja memang tidak cukup. Tapi apa boleh buat?
- Baca di sini tentang :Â Pohon Aren di Belakang Rumah
Kadang suka juga menyesali nasib. Mengapa dulu sekolah malas-malasan sehingga tak punya jalan jadi penguasa. Kalau saja punya kuasa mungkin saya bisa melakukan sesuatu terhadap rumah-rumah seperti ini. Takan membiarkan anak-anak yang berlindung di bawahnya kedinginan. Sebab kalau hujan dengan mudah air meluncur dari atas yang membuat lantai tanah itu  becek dan udara jadi lembab.
Baca juga:Â Status Sosial dan Kepemilikan
Tapi itu kan kalau…Kalau…Kalau… Dengan kalau banyak bisa yang terjadi. Kalau saya jadi penguasa mungkin saja kelakuannya tak jauh dari mereka yang sekarang saya kata-katain. Mungkin saja saya lebih sadis. Karena kekuasaan dan uang itu memang manis. Mungkin saja saya hanya sibuk gimana caranya mengumpulkan harta dari ke hari..
- Baca di sini tentang :Â Mengenal Konsep Kemiskinan
Rumah Miskin Rentan Api – Rumah Jelek dan Kemiskinan itu Serangkai
Tapi satu yang pasti. Kekuatiran saya terhadap penghuni rumah-rumah miskin semacam ini memang nyata. Kekuatiran tak berhenti di banyak kekurangan mereka tapi ancaman yang bakal mereka terima sehari-hari. Perhatikan dengan seksama material rumah tersebut. Semuanya mudah terbakar. Percikan kecil bara api yang dilayangkan angin, sekejab bisa merubahnya jadi seonggok abu.
Baca juga :Â Arti Kambing Hitam Dalam Peribahasa
Sialnya saya juga banyak menemukan rumah yang sudah jadi gundukan abu.
Begini lah cara yang Indonesia kaya hidup. Penuh ketimpangan. Karena akses terhadap kekayaan tersebut hanya dikuasai segelintir orang. Gambarannya kurang lebih begini: 90 puluh persen kekayaan dikuasai oleh 10 persen penduduk.
Gimana, kawan? Setuju kan rumah jelek dan kemiskinan itu serangkai?