Kurang ilmu atau kurang informasi memang menyedihkan. Benda plastik, kecil, kuning yang terletak disamping lipstick ini pernah membuat saya ditertawakan anak. Pasalnya dia tergeletak diatas meja tulis saya. Saya singkirkan ke tepi eh balik lagi ke tengah. Sebetulnya tidak mengganggu juga kalau berada disana. Tapi untuk apa? Jadi dimasukan ke laci. Tapi beberapa hari kemudian muncul lagi ke atas meja.
Mulai jengkel saya berniat menyingkirkannya dari sana untuk selamanya. Misalnya dengan meletakannya di lemari perkakas di dapur. Namun sebelum memasukan ke kotak yang pas, bertanya dulu tentang kegunaannya? Maklum sudah kebiasaan mereka kalau mencari suatu benda di rumah pasti bertanya pada saya. Jadi tujuan pertanyaan itu untuk memudahkan diri saya kemudian hari.
Baca juga tentang: Suara-Suara Abstrak
Kurang Ilmu itu Memedihkan Hati
Kalau ada yang menyangkal bahwa kurang ilmu atau kurang informasi tak memedihkan hati, coba tanya perasaan saya. Saat melihat si sulung memutar kedua bola mata. Alih-alih menjawab pertanyaan apa kegunaan benda tersebut eh dia menyuruh sang adik menjelaskan. Dan untuk menambah derita saya sang adik bertanya balik, ” Beneran Mama gak tahu?”
Pengen deh nabokin kulkas seperti Bi Erry . Ya gak tahu lah! Kalau tahu masa memilih menghinakan diri seperti ini?
Kurang Ilmu Akan ditutupi Asumsi Sendiri
Saya pikir itu alat pembuka botol kecap. Ya semacam alat sederhana yang bisa dibawa bepergian dan di gantung. Adit menyuruh berpikir benar. Berpikir dengan pemahaman benar dan kreatif (duh!). Bahwa Benda itu terlalu tipis dan celah antar ruangnya terlalu sempit untuk digunakan membuka botol. Lagi pula kalau yang saya maksud adalah tutup botol kecap dari kaleng, jadi bagaimana benda plastik itu kuat mencongkelnya. ” Mikir Ma” katanya.
Eh benar juga. Yang dikepala saya, alat ini memang untuk membuka tutup botol kecap dari kaleng. Dan botol kecap kaleng di bawa untuk jalan-jalan? Duh! Betapa kurang ilmu memang menyedihkan saudara setanah air. Saya kok gak mikir ya bagaimana pula menyisipkan mulut botol ke ruang sempit itu.
Baca juga: Saatnyakah Mengintrupsi Pola Lama?
Ketika sudah terpojok akhirilah perdebatan dengan otoritas. Saya jamin saudara-saudara pasti menang! Lagi pula ngapain tetap ngotot kalau akhirnya kehinaan diri terus berjalan. Jadi saya ancam saja untuk membuat benda itu ke tempat sampah. Kata Adit, “Buang saja Ma, benda itu emang mestinya berada di tempat sampah..”
Egrrrhhhh…Maksud lo?
Gantungan Obeng
Akhirnya tahu bahwa Benda itu alat penggantung obeng di super market. Dengan menyisipkan batangan obeng ke lubang di tengah agar lebih mudah di display. Diatas rak gantung konsumen lebih mudah melihat obeng kecil tersebut selain fungsi yang mungkin juga untuk mencegah pencurian.
Hidup memang banyak ironi. Orang lain sudah memikirkan, jualan dan membuat kaya diri mereka benda ini. Tapi saya setelah melihat dan memegangnya masih tidak tahu kegunaannya untuk apa?! Ckckck…Knowledge gap dan ignorance itu ternyata benar adanya. Tepok jidat!!
@eviindrawanto