Rumah Papua di Taman Mini Indonesia Indah saya kunjungi beberapa hari lalu. Mengantar teman, warga negara Jepang yang sudah jatuh cinta pada Indonesia. Awalnya bingung kemana membawanya jalan-jalan. Ancol tidak menarik karena Disney Tokyo pasti jauh lebih keren. Lalu suami mengusulkan mengapa tidak piknik budaya ke Taman Mini Indonesia Indah – Jakarta saja? Eh good idea! Secara taman yang di prakarsai Ibu Tien Suharto memang dibangun untuk tujuan seperti itu, memperkenalkan keragaman budaya Indonesia kepada khalayak.
Jadi siang itu berangkat lah kami ke sana. Walau teman ini sudah mengelilingi separuh dari negeri kepulauan Nusantara, senang banget bisa memperlihatkan kepadanya keotentikan Indonesia. Bahwa kekayaan alam dan budaya yang sering didengungkan tak sekedar cerita isapan jempol. Buktinya lihat pada kenyataan bahwa tiap suku bangsa punya rumah tradisional sendiri. Punya tata sosial sendiri. Punya cara hidup yang kadang berbeda jauh satu sama lain. Seperti cara hidup orang Papua sangat berbeda dari orang Minangkabau.
Rumah Papua yang Minim Penjelasan
Maka kami pun mendarat di Rumah Papua, Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta. Bangunan berbentuk kerucut dan berundak diatasnya dimaksudkan sebagai miniatur Honai, rumah tradisional Suku Dani yang bermukin di Papua Tengah. Bangunan berlantai dua ini difungsikan sebagai museum. Memuat berbagai hal seputar kehidupan sosial berikut peralatan yang digunakan. Mulai dari alat musik, perang, berburu, perahu dan berbagai ritual inisiasi dari kehidupan anak memasuki usia remaja dan dewasa.
Baca juga  Keras dan Seramnya Kehidupan Suku Dani Papua
Hanya sayang, sama seperti museum-museum lain di Taman Mini, keterangan yang bisa dibaca ala kadarnya. Bahkan di tempat yang seharusnya penting tidak ada penjelasan sama sekali. Rumah Papua di Taman Mini sepertinya dibangun untuk orang Papua saja. Utuk masyarakat di luar Papua mestinya tiap peralatan yang dipamerkan di beri keterangan seperti nama dan kegunaannya.
Begitupun saat memasuki kompleks percontohan Honai yang terdapat di halaman Rumah papua. Cuma disuguhi bangunan-bangunan beratap ijuk, berdiri membentuk setengah lingkaran. Honai yang mirip cendawan dan tanpa jendela bisa saya kenali. Dibuat demikian agar penghuni di dalam terhindar dari udara pegunungan yang dingin, binatang buas dan musuh.
Baca juga  Pasir Putih Wamena Keajaiban di Lembah Baliem
Tapi mengapa pula terdapat bangunan segi empat serta kumpulan batu di tengah halaman cuma orang Papua dan Tuhan yang tahu. Mengenai tumpukan batu itu saya sok tahu saja menjelaskan soal pesta Bakar Batu. Untung lah saat konfirmasi ke Mbah Google saya benar. Bahwa Pesta Bakar Batu dilakukan atas rasa syukur karena telah menerima berkat yang melimpah. Dilakukan juga saat upacara pernikahan, penyambutan tamu agung, dan dalam upacara kematian. Dan orang Papua juga akan Bakar Batu sebagai bukti perdamaian usai perang antar-suku.
Warisan Berharga Dari Orde Baru
Kalau ada yang bagus dari sisa pemerintahan Orde Baru, Taman Mini termasuk di dalamnya. Tempat ini jadi semacam museum raksasanya Indonesia. Kita bisa belajar makna bhineka tunggal ika secara kasaat mata. Saat Orde Baru Indonesia masih terdiri dari 27 Propinsi, jadi dalam satu tempat kita bisa belajar banyak tentang berbagai suku yang menghuni 27 Propinsi. Ini agak konyol tapi baru kemarin lho saya menyadari bahwa rakyat Indonesia patut dapat medali soal kerukunan hidup. Bayangkan dengan begitu banyak perbedaan kita sukses membentuk NKRI 🙂
Kapan terakhir kali kamu berkunjung ke Taman Mini temans?
@eviindrawanto