Jalan di atas gunung ini saya lihat saat melewati Lintas Barat Sumatera, sesaat setelah turun dari Puncak Sedayu menuju Kota Agung, Tanggamus, Lampung Selatan. Saat itu menjelang Magrib dan baru saja selesai hujan. Area yang saya kira bagian lembah dari kaki Gunung Tanggamus itu begitu hening. Kabut membungkus puncak pegunungan Bukit Barisan di sekitarnya. Merasa sayang melewatkan pemandangan langka seperti itu saya minta suami berhenti sejenak. Kapan lagi bisa motret jalan di atas gunung 🙂
Berdiri diatara jejak aroma bunga liar yang lembab tempat itu serasa menyapa hangat. Mereka menyibakan keheningan yang aneh. Pohon-pohon yang mencuat dari bawah seperti ingin menyampaikan sesuatu. Mungkin tentang keluarga Harimau Sumatera yang sedang bermain di kaki mereka? Atau kekuatiran bahwa sebentar lagi akan diiris oleh mesin-mesin gergaji tajam? Atau hanya sekedar cerita purba yang melintas di tempat itu sejak Bukit Barisan terbentuk. Bisa saja! Sebab lembah di sela Bukit Barisan itu atmosfirnya penuh gelombang komunikasi. Hanya saya tak paham bahasanya.
Sayang saya tak bisa berlama-lama di sana. Setelah memotret yang saya anggap penting cepat-cepat kembali ke mobil. Soalnya anak-anak dan suami sudah bengok-bengok :). Yah bisa dipahami kekuatiran mereka. Walaupun di jalan raya bagaimana pun lokasi kami berhenti saat itu di dalam rimba. Sementara hari terus menggelap.
Tapi sebentar kemudian saya minta berhenti lagi. Membujuk rombongan bahwa sekarang kami sudah berada di area peradaban. Karena di muka terhampar sawah pasti ada kampung di dekat sana. Permintaan di kabulkan dengan syarat tak boleh turun dari mobil. Ya sudah..Yang penting saya bisa motret.
Namun hingga saat ini jalan di atas gunung itu masih suka melayang-layang dalam pikiran saya. Siapa ya yang mondar-mandir disana? Dari mana dan hendak kemana mereka? Dari tempat saya berdiri yang terlihat ujung jalan langsung menuju jurang yang dalam. Mungkin kah di bawah terdapat perkampungan? Apa lagi di jalan itu terdapat sebuah gubuk bambu yang mungkin digunakan para pelintas sebagai tempat peristirahatan.
Memang begitu lah kita. Dilengkapi DNA petualang dan sepasang kaki membuat kita tak kesulitan meretas jalan sampai ke sudut-sudut terpencil di muka bumi.Seperti jalan diatas gunung itu. Faktor sumber daya alam penopang kehidupan lah biasanya yang jadi pendorong utama mengapa kita suka menjelajah ke tempat-tempat asing.Persis seperti yang dilakukan nenek moyang kita dulu yang mengembara antar benua guna mencari sumber penghidupan lebih baik.Para penempuh jalan di atas gunung itu saya pikir melakukan aktivitas hal serupa. Walau dari kekeran camera tak sejumput ladang pun yang tampak.
Mungkin jalan di atas gunung itu diperuntukan bagi para penebang kayu. Menurutmu temans?
Diikutkan pada Turnamen Foto Perjalanan 21 : Jalanan
@eviindrawanto