Resiko Pembuatan Gula Merah – Sebuah Pertanyaan
Kita bertanya dengan banyak cara dan gaya. Sebagai yang paling tahu sejagad, Google tak pernah cerewet pada bentuk pertanyaan kita. Tak masalah betapa anehnya pertanyaan itu, sepanjang punya data, Google seperti nenek kita yang bijak, akan selalu memuaskan rasa ingin tahu cucunya.
Dia tidak selalu menjawab saklek karena memberi alternatif untuk jawaban yang dianggap terbaik. Seperti pertanyaan “resiko pembuatan gula merah” yang diketik seseorang di luar sana, disarankan Google agar menengok posting saya berjudul Melihat Proses Pembuatan Kelapa.
Saya tidak paham maksud pertanyaan resiko pembuatan gula merah yang dimaksud. Karena kalau topiknya resiko dalam bisnis, konotasi mengarah pada kehati-hatian. Atau memprediksi kerugian yang bakal ditaggung.Namun jika saya meluaskan wawasan, bisa saja pertanyaan resiko pembuatan gula merah ini dalam rangka menangkap peluang.
Peluang Bisnis Gula Merah
Peluang bisnis gula merah selalu terbuka. Karena pemanis ini adalah bahan baku untuk banyak makanan dan minuman asli Indonesia. Tak terbayang industri kecap tanpa gula merah. Atau enak camilan tradisional, tanpa dimaniskan olehnya.
Jadi bisnis gula merah akan selalu terbuka lebar.
Ini Beberapa Resiko Pembuatan Gula Merah
Tapi apapun maksud pertanyaan tersebut, sebagai pengecimpung gula aren yang sering juga disebut gula merah dengan semena-mena, selalu ada resiko dalam pembuatannya. Resiko positif dan negatif datang silih berganti. Resiko negatif yang bisa saya petakan disini adalah:
1. Gagal Panen
Musim adalah resiko terbesar terhadap produksi gula merah. Musim panas yang terlalu panjang membuat bunga aren, kelapa dan siwalan kering kerontang. Jangankan untuk diambil air atau niranya, untuk menjaga kelangsungan hidup saja mereka perlu menghujamkan akar lebih dalam ke dalam tanah.
2. Gagal Jadi Gula
Agar jadi gula merah yang baik nira harus dalam kualitas terbaik. Untuk gula aren PH-nya sekitar 7. Berkurang dari itu kemungkinan gagal sangat besar. Diantaranya gula tidak bisa mengkristal, aromanya tidak harum dan bentuknya tidak coklat kekuningan nan cantik itu. Di pasar gula seperti ini tidak dikelompokan sebagai Grade-1.
3. Gagal Jadi Produsen yang Jujur
Adalah rahasia umum bahwa nira pohon palem-paleman itu cepat rusak. Saat berubah jadi asam nira tak bisa digunakan membuat gula. Guna mencegah peragian nenek moyang kita menggunakan pengawet yang disediakan alam. Seperti akar kawao, kulit manggis, cacahan batang nangka, daun parengpeng dll. Namun oleh satu dan lain hal, seperti kemalasan dan perangai jorok peragian tetap terjadi. Jadi untuk mencegah kerugian lebih parah atau alasan mudah dan kepraktisan, produsen tak jujur beralih ke pengawet kimia sintetis. Bahkan ada yang menggunakan zat berbahaya seperti formalin. Masih mending kalau diakui bahwa gula merahnya berpengawet. Yang gak mending adalah diaku sebagai produk alami dan organik.
4. Gagal Memenangkan Pasar
Rahasia umum juga bahwa pasar gula merah itu sangat crowded. Apa lagi jika dalam produksi berlimpah sementara yang memakai cuma 4L (lu lagi lu lagi). Persaingan terkadang head to head seperti saling menjatuhkan harga. Biasanya perusahaan yang punya sumber daya insani keren saja yang akan selamat dari prahara ini. Mata mereka yang keren itu akan menemukan celah dan memainkan kelebihan mereka disana.
Nah bagi yang tak punya sumber daya keren akan masuk pada seleksi alam. Gulung tikar atau kalau ngotot bertahan akan jalan termehek-mehek.
Masih banyak sebetulnya resiko pembuatan gula merah dari sisi negatif. Tapi ya cukup disini saja dulu.
Arenga Indonesia Produsen Gula Aren Bubuk dan Cair di Tangerang
Evi