Mama sudah sering menulis surat cinta dalam blog ini untuk kalian berdua. Tante Indah dari Kumpulah Emak Blogger meminta menuliskan sekali lagi untuk proyek #dearsons. Jadi mari kita ikut bergabung. Tak sulit sebab kalau sudah menyangkut kalian, mama punya segudang bahan untuk dituliskan. Uhuiii..!
Dear Koko dan Dede,
Tahu kah kalau mama sering memandangi kalian selagi tidur? Tak hanya sewaktu masih kecil tapi hingga saat ini, saat kalian berdua sudah disebut mahasiswa? Banyak yang mama pikirkan saat-saat seperti itu. “ Apakah aku sudah jadi mama yang baik untuk kalian?” Apakah sudah mengerahkan seluruh daya dan tanggung jawab untuk kalian? Dan satu lagi pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana sih mama ini di mata kalian?
Banyak orang mengatakan mereka punya mama terbaik di dunia. Jika suatu saat ada yang bertanya akan kah seperti itu juga jawaban kalian? Atau kah akan jujur bahwa wanita yang pernah melahirkan kalian biasa-biasa saja bahkan banyak kekuranganya? Sebab dia bisa sewot sampai ke ubun-ubun untuk hal-hal sepele? Seperti meja belajar yang baru dirapikan tapi langsung berantakan saat kalian menarik buku atau menaruh kaos kaki bekas atau bola ke atasnya. Bisa ngamuk saat kalian berkelahi padahal belum mencari tahu duduk persoalannya.
Sungguh ingin tahu apa pendapat kalian saat mama malas masak dan memberi mie instant untuk sarapan? Padahal sebelumnya mati-matian mengatakan bahwa makanan seperti itu tidak sehat? Apakah kalian tahu bahwa rasa bersalah disembunyikan dibelakang segerobak sayuran dalam mangkok mie itu?
Juga pengen tahu apa perasaan kalian ketika membandingkan mama dengan mama orang lain yang punya karier bagus di luar rumah, dandan cantik dan wangi setiap hari, dan bisa membelikan mainan bagus untuk anak-anaknya? Sementara mama tinggal di rumah sepanjang hari, berdaster dan ribut untuk hal-hal gak penting. Pokok pembicaraanya tak jauh dari rumah yang berantakan, crew rumah tangga, masak apa hari ini, mau jalan-jalan kemana, dan tetek bengek lainnya.
Sungguh suatu saat Mama ingin mendengarnya secara tertulis seperti ini.
Dear Sons,
Tak banyak yang bisa mama banggakan dalam hidup sendiri. Namun menjadi ibu dari dua anak lelaki tampan, sehat, berbakat untuk bidang masing-masing merupakan puncak prestasi mama sebagai wanita. Kadang mama berpikir apakah yang telah mama lakukan di masa lalu sehingga bisa seberuntung ini? Allah menurunkan semua berkahnya untuk mengayomi kalian. Sekalipun bukan orang kaya namun kami tak pernah kekurangan untuk memberi kalian makan bergizi dan menyekolahkan di sekolah terbaik sejauh kemampuan kami.
Hidup memang penuh misteri tapi sekaligus membangkitkan adrenalin saat seseorang menjadi orang tua. Sejauh untuk kepentingan kalian kami rela saja berhemat, membelakangkan keingin sendiri atau bahkan membunuhnya sekalian. Dan kami melakukannya dengan bahagia. Nah dari mana datang perasaan seperti itu tetap jadi misteri hingga saat ini.
Namun ketahuilah Sons, sebanyak keinginan mama untuk diaku sebagai orang tua terbaik sebanyak itu pula mama sadar diri bahwa keinginan itu berlebihan. Apa yang telah kami lakukan belum cukup untuk memperoleh mahkota sebagai orang tua terbaik. Mama masih sering mengecewakan. Seperti saat menghadapi “PMS”, tak sanggup mengendalikan mood swing, mama bertingkah bak raksasa bermata merah. Memelotot dan bahkan terkadang menangis untuk alasan yang pasti tak kalian mengerti.
Sungguh mama ingin tahu bagaimana perasaan kalian menghadapi berbagai kekurangan mama tersebut?
Dear Sons,
Mama berhenti kerja saat Koko berusia satu tahun. Keputusan berat sebetulnya. Aki dan Uci sudah bersusah payah menyekolahkan agar mama mampu menghidupi diri sendiri. Tapi bagaimana mungkin bekerja dengan baik jika di kantor yang selalu terbayang adalah wajah Koko yang menangis tadi pagi? Melambaikan tangan, mengucapkan selamat jalan sambil berkata, “Mama cepat pulang ya..”. Belum lagi kalau sakit, terbayang terus mukanya yang montok dengan tatapan memelas minta digendong. Tapi permintaan itu terpaksa diabaikan karena mama juga punya kewajiban sebagai karyawan, tak mungkin tinggal di rumah sepanjang hari.
Jadi begitu lah, dear Sons! Sejak melahirkan Koko, mama membiasakan diri dituntun kata hati. Sementara antara kata hati dan realita tak sejalan. Jadi dari pada penat menahan rasa bersalah mengabaikan Koko, lebih baik mama memulai hidup baru Seratus persen jadi ibu rumah tangga.
Dan itu tampaknya keputusan terbaik. Mama merasa terbayar tunai saat menyaksikan kata-kata pertama, langkah-langkah pertama dan gigi pertama kalian muncul satu persatu. Mama lah orang pertama yang mengetahui kapan kalian menangis pura-pura karena kemanjaan atau serius karena merasa sakit. Sekalipun tetap tak mampu menghindarkan kalian dari penyakit sekarang mama punya waktu merawat kalian sepanjang hari.
Dear Sons,
Sampai di sini yang ingin mama tegaskan adalah sekalipun bukan mama terbaik tapi ini lah wanita yang merasa paling beruntung se dunia.
Coba bayangkan jika kalian dewasa dan mempunya keluarga sendiri, kalian mengalami kejadian seperti ini :
Koko mengatakan bahwa dirinya tak punya ‘tragedi’ untuk diceritakan. Saat seluruh peserta latihan kepemimpinan “nangis-nangis seru” menggali kenangan pahit dalam kehidupan mereka, Koko bengong karena tak satupun yang bisa ditangisi dalam hidupnya. Mama-papa selalu ada saat dibutuhkan. Koko merasa beruntung bahwa mama bukan lah sumber kepedihan jika bicara tentang kesepian seorang anak. Mama ada saat dia lapar, haus atau sakit.
Duh mama mana yang tak melambung mendapat pengakutan seperti itu, coba?
Begitu pun Dede, banyak peristiwa kecil terjadi diantara kita. Walau punya banyak cita-cita tapi tak mama tak pernah menyesali tinggal jadi ibu rumah tangga saja.
Mama pernah “tersipu” waktu kamu mengatakan “Aku akan jadi bodyguard Mama” saat menangis nonton film “Bodyguard” yang dibintangi Kevin Costner dan Whitney Houston itu. Waktu itu umurmu baru 5 tahun.Bagaimana kamu tahu bahwa tak masalah bagaimana perkasanya seorang wanita mereka tetap menginginkan lelaki tangguh di sisinya?
Begitu pun saat kita jalan-jalan di Malioboro waktu libur lebaran, saat orang berdesakan dan saling dorong di jalan sempit dan mama terpisah dari kalian. Ingat banget Dede balik melawan arus manusia itu untuk mencari mama. Saat bertemu kamu merangkul mama bak seorang pangeran yang datang melindungi tuan puteri. Duh Dede kok ya impian Cinderella mama terpenuhi melalui kamu 🙂
Wahai anak-anakku masih banyak cerita yang bisa dikisahkan antara kita. Dan Insya Allah masih banyak akan banyak peristiwa yang akan kita lalui bersama. Insya Allah yang Diatas akan selalu mengawal pertumbuhan sampai kita meninggalkan dunia ini satu persatu. Amin
Mama yang lebay
@eviindrawanto
Untuk tulisan berikutnya tak lempar pada Mak Fadlun Arifin. Selamat bertugas Mak