Buah Aren untuk Sawah Organik – Sebuah Kearifan Lokal
Awalnya bercocok tanam di sawah dilakukan secara organis. Padi tumbuh mengikuti irama alam. Ada musim melunyah, menyemai, bertanam, menyiangi dan menyabit( panen).
Sawah organis sesederhana itu. Tidak ada zat kimia sintetis pembasmi hama seperti dalam pertanian konvensional. Tak mengenal obat penyubur agar tanaman berproduksi maksimal. Sawah organis memelihara ekosistem, kesuburan tanah dan kesehatan manusia. Kalaupun terdapat usaha penyuburan paling-paling dengan pupuk kandang atau kompos. Zaman saya kecil nenek cuma menggunakan abu dari tungku di dapur .
Beda pertanian organis dan konvensional itu?
Pertanian organik adalah metode pertanian yang menggabungkan pengetahuan ilmiah tentang ekologi dan teknologi modern dengan praktek pertanian tradisional yang didasarkan pada proses biologis alami.
Pertanian konvensional adalah metode pertanian yang menggunakan pestisida sintetis dan larutan pupuk sintetis yang dimurnikan.
Peraturan membatasi kaum petani organik yang hanya boleh menggunakan pestisida dan pupuk alami. Prinsip utama dari pertanian organik meliputi rotasi tanaman, pupuk hijau dan kompos, pengendalian hama biologis, dan budidaya mekanis.
Dalam metode pertanian organik pengendalian hama dilakukan secara berbeda. Dalam pertanian kimia, insektisida tertentu digunakan dengan cepat untuk membunuh hama serangga yang secara dramatis dapat mengurangi populasi hama untuk jangka pendek. Sebaliknya, dalam pertanian organik cenderung mentolerir beberapa populasi hama dengan tujuan jangka panjang. Pengendalian hama organik melibatkan efek kumulatif dari banyak teknik seperti : menggunakan tanaman yang bisa mengendalikan hama, pestisida biologis dan herbisida. Sumber : Wiki
Buah Aren Untuk Sawah Organik
Nah dalam kaitan pemakaian tanaman dalam pengendalian hama ini saya dapat pengetahuan dari petani padi organik asal Jawa Tengah. Karena tahu saya bisnis gula aren dia bercerita seputar pohon enau di desanya. Salah satunya adalah mengenai penggunan buah aren (kolang-kaling) untuk sawah organik.
Menurut Bapak itu, dulu petani di desanya memakai buah aren untuk pengendali tikus. Hewan pengerat yang mengasah giginya dengan memotong batang padi muda dibuat kapok dengan cara memanfaatkan buah aren. Buah yang mengandung asam oksalat kalau terkena di kulit menimbulkan gatal tak terperi.
Prinsip dari pertanian organis adalah selaras alam. Membunuh berarti tak selaras. Jadi alih-alih diracun, hama tikus dibikin gatal saja. Perlakuan ini dimaksudkan agar mereka menjauh dari sawah yang sedang menumbuhkan padi.
Caranya:
Pecahkan buah aren segar. Rendam berapa hari. Air yang sudah kaya asam osalat ini disiramkan dekat lubang tikus. Bisa juga cara lain. Gali parit di sekeliling sawah. Cemplungkan buah buah aren ke dalamnya. Melalui metode ini diharapkan para tikus “kegatelan” dan ogah mampir lagi ke sawah tersebut.
@eviindrawanto