Sumarecon Mal Serpong punya program unik dalam memperkenalkan keragaman budaya Nusantara kepada khalayak. Tiap tahun mereka membuat Festival Kuliner Serpong dengan mengusung makanan dari berbagai daerah. Event tersebut sudah dimulai sejak 2011 denga Beauty of Bali. Kebetulan di blog ini saya pernah menuliskan pengalaman mencicipi kuliner yang bertajuk Minang nan Rancak pada 2012. Begitupun dengan Jawa sing Ngangeni di tahun 2013. Nah tahun 2014, saat melihat billboardnya di toll saya pun sudah ancang-ancang mau datang lagi. Apa lagi temanya terasa eksotis dalam pikiran saya Nyamanna’ … Pe Sadap...Maklum bok saya belum pernah ke Sulawesi.
Dan pucuk dicinta ulam pun tiba. Belum juga berangkat eh dapat undangan dari Mal Sumarecon melalui Mbak Haya untuk Blogger Preview. Maka di sore yang hangat pada 23 Agusutus, saya kembali wisata kuliner Nusantara di Festival Kuliner Serpong 2014. Kali ini lebih seru karena bersama teman-teman blogger. Kami tak sekedar mencicipi, tapi juga mengekplorasi, menikmati dan mengomentari berbagai hidangan yang ada di sana. Menyenangkan saat dipintu gerbang kita sudah disambut perbagai pernik-pernik Adat Toraja, rumah adat Tongkonan lengkap dengan kepala kerbaunya.
Pemikiran Saya Terhadap Festival Kuliner Serpong
Indonesia yang luas dengan ragam suku dan corak budaya di dalamnya bisa dikenali lewat berbagai cara. Salah satunya melalaui makanan. Mobilitas, urbanisasi, dan pertukaran budaya melalui kontak perkawinan, bisnis dan pertemanan merupakan jalan masuk paling mudah dalam mengenal masakan di luar daerah asal kita. Begitupun urbanisasi akan membawa sebagian besar cara hidup dari tempat asal ke tempat tinggal yang baru. Di tempat tinggal baru ini kita mungkin akan cepat menyesuaikan diri, namun tidak dengan lidah. Orang Manado misalnya tidak akan serta merta menyukai gudeg saat pindah ke Yogyakarta. Mereka akan memasak makanan sendiri sesuai tradisi dimana mereka dibesarkan. Itu lah mengapa lebih mudah mengenal suatu daerah lewat makanan ketimbang adat budaya yang lain.
Wilayah Tangerang dan sekitarnya sedang dalam pertumbuhan cepat. Perumahan, perkantoran, dan mall bermunculan bak cendawan di musim hujan. Sumarecon selain agresif membangun rumah, saat ini mengembangkan wilayah komersilnya dari mall jadi tempat tujuan wisata. Mereka baru saja meresmika pembukaan Serpong Digital Center dan aktif membangun Serpong Science Center sebagai wahana hiburan dan edukasi. Tak pelak ketersedian infrastruktur seperti ini jadi gambaran dari Tangerang sebagai wilyah melting pot. Berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang budaya, sosial, dan ekonomi berkumpul di sini.
Jadi langkah Sumarecon Mal Serpong menghadirkan Festival Kuliner Serpong dengan mengangkat masakan daerah di tengah masyaratkat multi ras seperti di Tangerang ini, menurut saya satu cara cerdik dalam mengundang keramaian. Disamping jugs memantapkan Serpong sebagai tempat tujuan wisata kuliner. Seperti saya yang awalnya datang untuk melepas kangen masakan nenek moyang pada tema Minang nan Rancak. Setelah itu memenuhi rasa ingin tahu dan jadi alternatif wisata kuliner di akhir pekan.
Memanjakan Lidah Lewat Pilihan Rasa di Festival Kuliner Serpong 2014
Untuk belanja dalam Festival Kuliner Serpong 2014 pengunjung harus membeli kartu tranksasi. Bisa di top up bila kurang atau dikembalikan sisa uangnya bila tak habis dibelanjakan. Dengan kartu ini saya menelisik satu persatu hidangan yang mau dicoba. Yuk ikutan jalan-jalan mata 🙂
Pertama-tama yang saya kunjungi adalah bagian oleh-oleh. Karena bagian ini diisi oleh berbagai produk unik UKM Indonesia. Selain berisi berbagai cemilan kering, stand oleh-oleh juga menjual produk kerajinan seperti sarung bugis yang terkenal itu. Kalau teman-teman pecinta kain Nusantara, coba deh datang dan tengok. Dengan warna-warna cerah mengikuti selera jaman kain-kain tersebut cocok untuk menambah koleksi kita. Harganya bervariasi, dari ratusan ribu sampai sekitar 50 ribu rupiah. Saya beli yang murce saja, warna oranye dan pink, cocok buat dijadikan rok.
Karena temanya Sulawesi sebagian besar memang makanan khas Pulau Nyiur Melambai ini. Namun tak berarti kita tak menemukan makanan daerah lain di sini. Sate Padang Mak Syukur dan Martabak Medan adalah dua contoh makanan daerah yang tetap ada ditiap Festival Kuliner Serpong.
Festival Kuliner Serpong ini saya kira berlangsung sukses setiap tahunnya. Terutama akhir pekan dan hari libur pengunjung penuh sesak. Seperti kemarin, saya dengan Mbak Lidya Fitrian terpaksa mengurungkan niat beli makanan tertentu karena antriannya menganak ular. Ya sudah kita cari saja yang tak terlalu sesak. Sepertinya kunjungan kita harus diulang ya Mbak Lid 🙂
Dan tentu saja para pedagang tak kalah sibuk melayani pelanggan mereka. Walau dalam desakan antusiasme pengungjung mereka tetap ramah dan tetap berusaha memberikan layanan sebaik-baiknya.
Terakhir….
Perut sudah kenyang, becanda sudah cukup, dan lepas kangen kopdar sudah pula terlakoni. Pukul sembilan malam satu-persatu teman-teman blogger mulai meninggalkan lokasi acara. Setiap kami pasti punya kesan dan cerita di festival ini. Satu yang pasti bahwa tiap orang bisa memberi sumbangan dalam menguatkan identitas bangsa. Tak masalah besar dan kecilnya. Sumarecon Mal Serpong dengan Festival Kulinernya, pedagang makanan dengan menu-menu mereka yang unik. Sementara blogger dan pengunjung dengan menyebarkan hal-hal postif pada terselenggaranya acara seperti ini.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Summarecon Mal Serpong Culinary Writing Competition”
@eviindrawanto