Hari Minggu 12 Oktober kami menghadiri undangan dari Soka Gakkai Indonesia, nonton Festival Budaya untuk Perdamaian, merangkul keragaman Indonesia lewat aksi panggung di Jakarta Convention Centre. Sebetulnya hampir gagal gara-gara kekonyolan saya sendiri, meninggalkan tiket di rumah. Saya berpikir tiket itu sudah dibawa si sulung sementara yang bersangkutan meletakannya dalam tas yang saya anggap tak penting untuk dibawa. Makanya tas itu saya keluarkan dari mobil dan ditaruh ke tempat semula, ke atas meja.
Segala hal berawal baik akan berakhir dengan baik pula. Itu juga berlaku dalam kisah nonton festival yang hampir gagal ini. Untung kami masih punya waktu mengambil tiket pulang dan tiba kembali di detik-detik pertunjukan dimulai. Suntuk sih namun saat menerima sambutan ramah dari panitia hilang deh semuanya.
Keragaman Budaya Indonesia Dalam Satu Panggung
Berhubung dapat tempat duduk di barisan paling belakang membuat pemandangan jadi kurang leluasa, terhalang oleh tiang-tiang lampu. Untungnya itu tak mengurangi ketakjuban bahwa lapangan yang biasa digunakan untuk pertandingan bulu tangkis sekarang disulap jadi panggung raksasa. Sekelilingnya ditembaki lampu warna-warni, bedug dan bunga plastik yang sering saya lihat pada ondel-ondel Betawi.
Saya pun menarik napas dan siap dengan camera. Tak lama sebarisan wanita berkebaya merah jambu di tribun sebelah kiri mulai memainkan angklung untuk mengiringi lagu Indonesia Raya. Saya sampai merinding mendengar gemanya ke seantero stadion. Dan begitu lah pangung yang merangkul keragaman Indonesia lewat Festival Budaya untuk Perdamaian pun dibuka.
Sebenarnya apa sih budaya itu? Menurut definisi Wiki : Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur seperti sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Sementara budaya Indonesia adalah setiap elemen dari definisi di atas yang tumbuh di tiap daerah dalam NKRI sesuai tata cara yang diturunkan nenek moyang suatu etnis.
Singkatnya Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Dengan 1.340 suku bangsa dan 718 bahasa daerah, bayangkan betapa kayanya! Ini juga yang membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini.
Baca juga:
- Begini Indahnya Kerja Sama
- Festival Budaya Irau Malinau
- Pasar Lama Tangerang, Wisata Kuliner dan Sejarah
- Ini Aksiku Mana Aksimu
Membungkus Keragaman Dalam Seni Kolosal
Merangkul keragaman Indonesia dalam satu panggung artinya menyaksikan kompresi adat dan budaya Indonesia dalam satu tempat. Perbedaan budaya itu ditranslasi ke dalam gerak, tari dan musik. Terbungkus dalam satu penampilan seni kolosal yang indah, menyimbolkan walau berbeda tapi hakekatnya satu, Bhineka Tunggal Ika.
Dan satu persatu tarian tradisional muncul di panggung. Ada Lenggang Nyai dari Betawi, Burung Merak dan Jaipong Kelengan dari Jawa Barat, serta Genderang Pelangi (Rampak Beduq). Ada ratusan anak berbaju hijau putih melompat-lompat dalam Pelangi Harapan bersama lagu anak-anak tradisional seperti Cublak-cublak Suweng.
Yang paling Timur dari Indonesia, Papua, muncul dengan medley tarian yang salah satunya saya terjemahkan sebagai Tari Perang atau Berburu karena tombak dan pekik khas dari para penarinya. Tak ketinggalan tentu budaya peranakan, budaya etnis Tionghoa yang melebur ke dalam Indonesia lewat Kolaborasi Peranakan – Melayu dan Young Shaolin Gymnastic.
Saat penampilan Young Shaolin ini gemuruh penonton tak tertahankan lagi. Bayangkan gimana serunya melihat ratusan anak muda berseragam merah-putih membuat gelombang naga dan akrobatik. Mereka juga membuat menara dari 4 tingkat tubuh manusia. Padahal mereka bukanlah akrobator profesional, mereka adalah mahasiswa dan pekerja yang khusus berlatih untuk aksi panggung merangkul keragaman budaya Indonesia ini.
Decak kagum belum berhenti sebelum memberikan tepuk tangan meriah untuk Dynamic Dance yang memadukan balet dan tari moderen beriring musik Tionghoa.
Indonesia adalah negeri khatulistiwa. Kita hanya mengenal dua musim, panas dan hujan. Matahari muncul sepanjang tahun. Itu lah mengapa alam selalu bergembira dengan memunculkan warna-warna terang. Warna itu tergambar jelas dalam atraksi panggung, mulai dari tata lampu sampai busana para peraga seni.
Diakhir acara, Muhammad Nuh selaku Menteri pendidikan memberi apresiasi yang sangat tinggi kepada seluruh peserta dan panitia. Memang sepantasnya. Panggung kolosal itu di dukung oleh 1.662 orang dan 1000 lebih panitia.
Bravo Soka Gakkai Indonesia!
@eviindrawanto
Yang belajar lebih baik akan jadi yang terbaik