Pasar Lama Tangerang — “Masuk saja dari gang itu” Ujar si Enci penjual bakmi menunjuk ke sebelah kirinya. Saat itu kami baru usai sarapan pagi, menyantap dua mangkuk bakmi ayam di kedainya di tepi jalan Raya Kalipasir. Hari ini rencananya mau wisata kuliner dan sejarah di kota yang terletak di tepi Kali Cisadane ini.
Pasar Lama Tangerang terletak di dekat Sungai Cisadane dari mata air Gunung Kendeng dan berhulu ke lereng Gunung Pangrango dan laut jawa.
Sejenak tercenung dan agak suram memandangi Cisadane yang permukaannya penuh sampah. Tidak ada rencana spesial di minggu pagi itu kecuali mencari sarapan. Namun lokasinya tak jauh dari Pasar Lama membuat saya kepikiran beli sayur segar sekalian.
Pula ingat Pemkot sedang giat-giatnya mempromosikan Kota Tua Tangerang sebagai salah satu destiniasi wisata. Pasar Lama Tangerang salah satunya. Jadi mengapa saya tak eksplorasi sekalian? Untuk pertama kali saya jadi tahu kisah Sayur Mamam di sini.
Wisata Sejarah – Klenteng Boen Tek Bio
Dan bangunan tua paling terkenal di Pasar Lama adalah Klenteng Boen Tek Bio. Sudah banyak yang menulis tentang tempat ibadah Tionghoa ini. Walau demikian tetap saja terpesona pada kekhidmatan yang ditawarkannya saat melihat umat menyalakan hio lalu berdoa dengan khusuk.
Klenteng Boen Tek Bio dibangun tahun 1684 oleh penduduk Kampung Petak Sembilan. Awalnya bangunan sederhana. Baru pada awal abad ke-17 dirombak jadi bangunan permanen mengingat jalur perdagangan Sungai Cisadane mulai ramai. Arti harfiah “Boen Tek Bio” : Boen (benteng), Tek (kebajikan), dan Bio (rumah ibadah).
- Baca juga Alam Sutera Car Free Day
Saya tidak tahu apakah karena hari Minggu yang jelas saat itu terlihat ramai sekali umat keluar masuk di klenteng.
Museum Benteng Heritage
Berjalan di lorong pasar Lama Tangerang ini rasanya unik. Diantara kios dan tenda penjual sayuran, ikan daging berjejer juga bangunan lama. Ujud bangunan hampir tidak kelihatan karena padatnya kios di depan. Kecuali satu bangunan yang sekarang disebut sebagai Museum Benteng Heritage.
Gedung Museum Benteng Heritage memang menonjol diantara bangunan di sekitarnya. Ini lah hasil restorasi gedung berasitektur tradisional Tionghoa. Diperkirakan bangunan itu sudah ada sejak pertengahan abad 17. Makanya dengan bangga sekarang mendapat julukan sebagai salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang.
Masuk ke dalam, pengunjung dilarang memotret. Tapi tak mengapa karena yang terpenting dari kunjungan ke museum adalah kita mengenal sejarah mengenai suatu tempat.
Nah di dalam Museum Benteng Heritage kita akan belajar banyak tentang sejarah kehidupan etnik Tionghoa di Tangerang. Berbagai artefak yang dikumpulkan pemiliknya dari berbagai tempat, kita bisa merasakan kehidupan masa lalu mereka. Mulai mulai dari kedatangan armada Cheng Ho yang muncul dari mulut Sungai Cisadane.
Yang sangat menarik untuk saya adalah melihat prasasti yang mencatat kedatangan rombongan Chengho dengan sekitar 300 kapal jung besar dan kecil. Laksamana Laut yang lahir di Yunnan pada 1371 itu membawa tak kurang 30.000 pengikutnya.
Dalam rombongan ini terdapat seorang lelaki bernama Chen Ci Lung. Sejarah Tangerang mencatat lelaki ini yang diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang yang disebut juga sebaga Cina Benteng. Ia mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.
Museum Benteng Heritage terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang. Tempat ini juga diklaim sebagai Titik Nol ( Zero Point Kota Tangerang. Alasannya adalah kawasan ini dianggap sebagai cikal bakal pusat Kota Tangerang.
Baca juga : Festival Cisadane, Pesta Rakyat Tangerang
Pasar Lama Tangerang, Bangunan Tua, dan Keunikannya
Dunia pariwisata Indonesia sedang menggeliat. Daerah terpencil yang sekedar noktah kecil di peta Google, atau bahkan tak masuk peta sama sekali, sekarang mulai tersingkap. Yang terbiasa main di dunia maya sering terbalak mendapati kecantikan alam dari wilayah yang pertama kali di dengar.
Tentu akan lucu jika dinas-dinas di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) tidak menanggapi perkembangan ini dan menjadikan sebagai salah satu media mengembangkan ekonomi. Apa lagi Kabupaten Tangerang, melting pot, penyangga ibu kota, memiliki semua syarat untuk dipromosikan wisatanya.
Salah satu upaya itu membenahi Pasar Lama, Tangerang Heritage. Bisa digunakan memikat pendatang maupun warganya sendiri.
Niat pemerintah disambut antusias warga Pecinan di mana Pasar Lama itu terletak. Memasuki gang yang ditunjuk si Enci tadi mata langsung bersirobok dengan beberapa bangunan bernuansa Tionghoa. Salah satunya gedung bernama RoemBoer Tangga Ronggeng.
Menurut Pak Fadila yang sedang berdiri di sana, RoemBoer singkatan dari Rumah Burung. Mengapa disebut rumah burung Pak Fadila tidak tahu. Saya pikir mungkin ada hubungan dengan rumah-rumah wallet di dekatnya.
Sayur Mamam di Pasar Lama Tangerang
Ini kawasan Pecinan. Kuliner yang ditawarkan tentu ke banyakan bernuansa cina. Yang mau cari Sate Babi atau Bakut Teh (semacam sop dari iga babi dan sayur sawi asin) di sini tempatnya. Saya lihat sate-sate itu baru akan dibakar kalau sudah ada pembelinya. Tapi tentu saja di sini juga banyak makanan halal :).
Dalam eksplorasi Pasar Lama Tangerang ini saya tertarik memperhatikan sayur yang dibungkus plastik. Menurut Encim (tante) penjual, namanya Sayur Mamam (maman). Terbuat dari tanaman perdu difermentasi dengan cuka. Sayur Mamam digunakan untuk memasak bakut (semacam sop iga babi).
Bagi yang tak memakan babi, sayur mamam juga digunakan untuk memasak ayam. Dan sayur mamam bagi orang Tangerang juga biasa ditumis dengan bawang putih saja. Saya mencoba mencium baunya. Hm …rasanya saya tidak akan suka karena cukup menyengat.
- Baca juga Sate Bandeng Banten dan Sejarahnya
- Baca juga Wisata Kuliner di Tangerang
Naah tanaman Mamam (Maman) ini nama sainsnya Cleome gynandra, sekilas mirip daun katuk. Tanaman perdu yang dapat tumbuh samapai 1 meter. Berdiri tegak dengan batang lunak yang dipenuhi ranting-ranting secara teratur. Permukaan berbulu atau berambut. Dalam satu tangkai jumlah daunnya 5 helai dengan membentuk satu kelompok. Di bagian pucuk terdapat tiga helai dan dengan lebar daun lebih kecil.
Begitu pun dengan kue-kue. Walau penggemar kue bugis bahwa ada kue Doko yang mirip dengannya baru saya saya perhatikan kemarin. Terbuat dari tepung ketan juga. Santan dan irisan kelapa muda di dalamnya membuat saya nambah dua kali. Kue Ku yang berwarna merah ngejreng bersanding cantik dengan kue talam gula merah.
Baca juga : Pantai Tanjung Kait Tangerang – Seafood dan Kehidupan Nelayan
Wisata Kuliner di Pasar Lama Tangerang
Kalau berkunjung ke Tangerang memang kurang lengkap rasanya bila tidak mencicipi makanan nya. Di sinilah surga makanan khas Tangerang yang banyak diperbincangkan orang itu. Mulai dari Laksa, Ketupat, es podeng, Toge Goreng, Telur Berenda, Sate Ayam legendaris, Bakso dan masih banyak lagi.
Apa lagi sejak tahun 2012, Pasar Lama Tangerang ini mulai ditata sebagai kawasan kuliner. Tempat ini sekarang terkenal sebagai tempat hunting makanan dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Memang begitu lah daya tarik Pasar Lama Tangerang. Tak hanya wisata sejarah, kita pun bisa wisata kuliner di sini.
@eviindrawanto