5 Tempat Wisata Sejarah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan – Suatu wilayah ibarat panci gado-gado. Banyak aspek yang bisa disorot. Karena ini adalah blog traveling, sisi yang akan saya gali dalam tulisan ini adalah tentang wisata. Tinggal yang mau eksplorasi suka yang mana. Sesuaikan saja dengan minat, waktu dan motivasi. Trip blogger Horee Advantour di Kalimantan Selatan kemarin meliputi Wisata alam, budaya, Jelajah Pasar Tradisional dan Eksplorasi Kuliner khas Banjar.
Berikut adalah 5 tempat wisata sejarah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang bisa teman-teman datangi
1. Benteng Madang di Puncak Bukit Gunung Madang
Benteng Madang. Foto diambil dari Wiki
Kabupaten Hulu Sungai Selatan terbentuk pada 2 Desember 1950 . Namun jauh sebelumnya sudah ada politik Kerajaan, Adat, dan Belanda yang bermain di sini. Makanya tak heran bila di kabupaten Hulu Sungai Selatan banyak peninggalan sejarah. Misalnya jejak perjuangan pasukan Pangeran Antasari dalam melawan Belanda bisa disaksikan di Puncak Bukit Gunung Madang.
Benteng Madang ini berjarak sekitar 4 km dari ibu kota Kandangan. Unik karena tidak dibangun dari semen dan batu seperti benteng-benteng Belanda. Benteng Madang terbuat dari 7 lapis kayu madang yang tumbuh di tempat itu. Berbentuk bundar, luas 400 meter persegi, dan bertingkat dua.
Baca juga : Bamboo Rafting di Loksado Kandangan Hulu Sungai Selatan
Yang kedua dari 5 tempat wisata sejarah adalah:
2. Tugu Peristiwa 2 Januari 1949
Kemudian di Nagara ada lagi Tugu Peristiwa 2 Januari 1949. Tugu kecil bagai batang lilin berdiri di tengah 4 undakan bulatan semen. Terletak di Desa Hamayung Kecamatan Daha Utara.
Tugu ini di bangun untuk memperingati para pejuang yang gugur saat kontak senjata dengan Belanda pada tanggal 2 Januari 1949. Karena keterbatasan waktu kami tidak sempat mendatangi kedua tempat ini.
Baca juga : Eksplorasi Kuliner Kandangan
3. Tugu Hari Jadi Kabupaten HSS di Kandangan
Sekalipun baru pertama datang ke Kandangan saya kira pejalan takan mudah tersesat. Sebab begitu masuk gerbang ibu kota Bumi Antaludin (HSS) ini Tugu Hari Jadi atau Tugu Selamat Datang sudah menyambut kita. Letaknya strategis dengan ciri dua ketupat yang diapit 4 pilar setinggi 12 meter.
Pilar itu berlandas beton bulat berdiameter 50 meter. Ketupat simbol dari tanggal 2, panjang tiang simbol dari Bulan Desember sementara luas jari-jari simbol tahun 1950.Â
Baca juga : Jelajah Pasar Los Batu Kandangan
Di sekeliling dinding tugu terpahat aneka relif yang menggambarkan alam, budaya dan adat istiadat daerah ini. Dari sini kita akan memperoleh sedikit gambaran tentang kekayaan Bumi Antaludin: Hutan Lebat, Gunung Kentawan, Sungai Amandit, tambang batubara, pekerkebunan kelapa sawit, rumah tradisional banjar, sampai pembuatan dodol yang juga ikon kuliner Kandangan selain ketupat.
4. Masjid Bersejarah Su’Ada atau Masjid Baangkat
Malam-malam selasai Eksplorasi Kuliner Kandangan, Mas Wahyu Hidayatullah membawa kami menengok Masjid Su’Ada atau Masjid Ba’angkat. Disebut Ba’angkat karena dibangun di atas tiang-tiang kayu.
Kalau melongok ke bawah kolong tiangnya ternyata bukan lah balok besar melainkan potongan kayu yang ukurannya biasa saja menurut saya. Mungkin berasal dari kayu ulin (besi) yang memang terkenal kuat penopang itu tak memperlihatkan tanda-tanda melapuk.
Didirikan dua ulama besar Al Allamah Syekh H. Abbas dan Al Allamah Syekh H.M. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin. Terletak di Desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur.
Bayangkan dibangun pada tahun 1908 tapi kayu-kayu masih utuh. Artinya susunan mereka sukses melewati lorong sejarah kurang lebih 107 tahun. Sayangnya pintu cagar budaya ini sudah tutup dan cahaya pun kurang memadai. Artinya kami tak bisa memotret dan foto-foto narsis malam itu.
Melihat Kedalam Masjid Dengan Sejarah Panjang Baangkat
Keesokan pagi sebelum menuju Loksado, setelah minta ijin pengurus, kami kembali dan memasuki halaman masjid tertua di Kalimantan Selatan ini. Kami juga diizinkan masuk ke dalam, mengamati dari dekat ruang lapang yang terbagi dua menurut peruntukan jenis kelamin.
Pintu yang sakaligus bergungsi sebagai jendela tinggi ukurannya dengan ayat-ayat Al Quran di atasnya. Ada semacam miniatur tangga di depan mihrab untuk menyimpan kitab-kitab.
Suasananya khusuk membuat semua orang hening. Hanya sesekali ditingkahi klik camera. Saya menatap ke atas langit-langit tinggi. Lampu gantung yang menjuntai jadi satu-satunya benda moderen yang terlihat. “Langit-langit itu entah sudah dipandang berapa pasang mata atau berapa generasi kala memanjatkan doa?” Pikir saya.
Bangunan Masjid Su’Ada tiga tingkat ini sangat menarik jadi objek foto. Bukan hanya soal kekunoannya. Ukiran khas Banjar yang tersebar dari atap, beranda, dan dinding sungguh menarik.
Makanya usai di dalam saya memutari seluruh bangunan lewat beranda ini. Udara pagi yang bersih menyapa lembut. Matahari yang baru saja naik menghangatkan halaman yang ditumbuhi bunga soka merah. Antik, nyeni, dan nyaman. Seolah mengundang setiap musafir berdiri berlama-lama di gang dan di tiap pojokannya.
5. Kampus perjuangan atau Rumah Sejarah Karang Jawa
Lokasi melongok peninggalan sejarah Hulu Sungai Selatan berikut adalah Kampus Perjuangan di Kecamatan Padang Batu. Penduduk lokal menyebutnya Rumah Sejarah Karang Jawa mengikuti nama desa di mana kampus itu berdiri.
Rumah kayu berpondasi batu, beratap sirap dengan prasasti dan bendera merah putih berkibar di halaman. Ini lebih dari cukup sebagai penanda bahwa bangunan itu layak dieksplorasi.
Pada papan nama tertulis Rumah Perjuangan ALRI Divisi HANKAL milik H. Kaspal Anwar. Rumah yang disampingnya tumbuh pohon durian yang sedang berbuah lebat ini dijadikan sebagai benda cagar budaya oleh Dinas Pariwisata Hulu Sungai Selatan mengikuti undang-undang No.11 tahun 2010.
Rumah Pertemuan Delegasi Pemerintah Indonesia dengan Belanda – 5 Tempat Wisata Sejarah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Rumah ini mungkin ada penjaga. Hanya waktu kami datang tak terlihat tanda-tanda kehadiran manusia. Namun di sini lah pada tanggal 2 September 1949 setelah pertemuan di Moengga Raja berlangsung ramah tamah antara pemerintahan Republik Indonesia dengan delegasi Belanda dan delagasi Komisi Tiga Negara.
Pemerintah RI diwakili oleh Djendral Mayor Soehardjo Hardjowardojo, Kapten Zainal Abidin dari Angkatan Darat dan Kapten Boediardjo dari Angkata Udara. Delegasi Pemerintah Belanda diwakili oleh Residen A.G. Deelman dan Overste Veenandal. Delegasi Komisi Tiga Negara diwakili Colonel Neals (unci). Hadir juga tokoh-tokoh ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dibawah pimpinan Letnan Kolonel Hasan Basry.
Saya tidak tahu sampai kapan rumah ini akan bertahan. Melihat kondisinya yang rapuh di sana-sini selayaknya lah para pihak berkepentingan melakukan pemugaran atau perbaikan agar benda sejarah ini bisa diwariskan pada generasi mendatang.
5 tempat wisata sejarah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang terakhir adalah:
6. Prasasti Proklamasi 17 Mei 1949 di Ni’ih – Loksado – Kandangan
Yang terakhir dari 5 tempat wisata sejarah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah Prasasti Proklamasi 17 Mei 1049.
Semua orang tahu bahwa hari kemerdekaan RI terjadi pada 17 Agustus 1945. Diumumkan di Jakarta oleh Soekarno-Hatta. Tapi apakah seluruh Nusantara yang kita kenal sebagai NKRI sekarang lantas bergabung di hari yang sama?
Ternyata tidak! Kita mengenal banyak sekali peperangan setelah tahun 1945. Dua yang terkenal terjadi di Yogyakarta dan di Sumatera. Begitu pun Prasasti Proklamasi 17 Mei 1949 di Desa Ni’Ih Loksado. Ini lah salah satu bukti bahwa mendirikan negara kesatuan meminta banyak sekali pengorbanan.
Peristiwa 17 Mei di Ni’ih mendahului peristiwa di Kampus Perjuangan Karang Jawa di atas. Desa yang jadi tempat persembunyian Brigjend. H.Hasan Basry saat itu dijadikan sebagai tempat pernyataan sikap dari Pimpinan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan Selatan yang secara bulat bergabung dengan NKRI. Begini tulisan yang terdapat dalam prasasti tersebut:
MERDEKA
Dengan ini kami rakjat Indonesia di Kalimantan Selatan mempermaklumkan berdirinja Pemerintah Gubernur Tentara dari ALRI melingkungi seluruh daerah Kalimantan Selatan mendjadi bagian dari Republik Indonesia memenuhi isi Proklamasi 17 Agustus 1945, jang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
TETAP MERDEKA.
Hal-hal jang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperdjuangkan sampai tetesan darah jang penghabisan.
Kandangan 17 Mei IV Rep.
Atas nama Rakjat Indonesia
di Kalimantan Selatan
ttd
Hassan Basry
Menurut penulis kebangsaan Spanyol, George Santayana : “Those who cannot remember the past are condemned to repeat it”. Jadi mari berharap dan ikut membantu sebisanya agar benda-benda cagar budaya seperti ini atau dimanapun mereka berada tetap terjaga kelestariannya. Mereka lah sebagai pengingat dan akar bagi kehidupan generasi mendatang.
Sebenarnya tidak hanya 5 tempat wisata sejarah yang ditulis dalam pos ini di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Masih banyak yang lainnya. Yang lima ini hanya semacam hight light saja
@eviindrawanto
Related Post for Visit South Kalimantan :