Hotel Pelangi Malang – Sejarah Kota Malang dimulai sejak jaman pra-sejarah. Cekungan lentur dengan banyak sungai dibawah kaki Gunung Arjuna itu sudah dianggap sebagai tempat tinggal ideal oleh manusia purba. Hanya saja jejak kebudayaan yang tertinggal, yang bisa dilihat sampai sekarang, kebanyakan memang berasal dari masa penjajahan Belanda. Salah satunya Hotel Pelangi yang sukses melewati dekade melalui beberapa kali pergantian kepemilikan serta bangunan fisik.
Hotel Pelangi Malang malam hari
Pesan Walk-in
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. “Bawa kami ke alun-alun kota saja, Pak” instruksi Pak Suami kepada supir taksi yang sudah mengantar kami ke berbagai tempat sejak turun dari pesawat tadi pagi. Karena sudah beberapa kali berkunjung ke Malang relatif sudah merasa aktrab dengan kota ini. Seperti pulang ke Bukittinggi. Jadinya tak sedikitpun kuatir tentang penginapan makanya tak memesan kamar sejak dari Tangerang seperti yang dilakukan saat menginap di Best Western OJ. Terbukti kemudian itu adalah keputusan yang tepat. Sekalipun saat itu akhir pekan, bulan Maret termasuk low seasons, sepanjang perjalanan dari airport ke Dinoyo, terus ke Cobanrondo Batu, lalu balik lagi ke Malang, terlihat beberapa kali sign promo di muka beberapa hotel. Begitu pun saat sampai di bulatan Alun-alun Kota, sign promo terlihat lagi. Kali ini di muka Hotel Pelangi. “Pak, ke sana saja!” Saya menunjuk ke arah kiri. “Kebetulan banget kalau dapat hotel di sekitar sini, nanti malam bisa jalan-jalan, dong?” Kata saya dalam hati sambil melirik suami. Dan yang dilirik pura-pura melengos sinis, pastinya sudah tahu adegan yang sedang berlangsung dalam kepala si istri.
Baca juga Van Der Valk Hotel Volendam
Kursi tamu kayu bergaya kuno yang menyambut di lobby mengatakan bahwa saya tidak salah memilih hotel ini. Begitu pun saat memandang ke halaman, ke teras-teras kamar, dan atap yang bergaya arsitek Jawa Kuno bercampur Kolonial Belanda. Sebagai penyuka bangunan kuno ini jadi nilai tambah. Apa lagi di seberangnya berdiri Masjid Agung Jami’ Malang, di apit oleh Bank Mandiri serta Gereja Immanuel yang sekilas lihat langsung tampak sebagai bangunan bersejarah. Sungguh tempat sempurna untuk menghabiskan sore di hari pertama berada di Kota Malang.
Fasilitas Hotel Pelangi Malang
Harga promo yang didapat menempatkan kami di kamar superior. Seperti kebanyakan jenis kamar ini fasilitasnya standar lah. Ac, double bed, TV, dan kamar mandi serta toilet yang cukup bersih. Karena selama perjalanan sebagian besar waktu kami berada di luar, bukan di hotel, syarat utama penginapan biasanya hanya dua yakni cukup nyaman dan bersih. Bila dapat lebih itu bonus. Dan sayangnya selama berada di Hotel Pelangi, saya lebih suka menggunakan jaringan internet sendiri. WiFi gratis yang tersedia cuma bikin sakit kepala.
Sarapan berada di Lodji Coffeshop. Sama seperti kebanyakan sarapan hotel, standar. Nasi goreng, mie goreng, nasi putih, sop, telur mata sapi, roti dengan beberapa jam pilihan, dan bubur ayam.
Lodji Coffee Shop
Sejarah Hotel Pelangi Malang
Setelah menaruh koper di kamar yang terletak di lantai dua saya segera turun ke halaman. Niatnya ingin memotret Masjid Jami’. Namun saat melewati warung tenda yang terletak di sisi kiri Hotel Pelangi saya disapa oleh seorang Bapak yang kurang lebih seusia Bapak saya. “ Mau kemana, Mbak? Tanyanya yang saya jawab dengan menunjuk Masjid Agung Jami’ di depan. Karena ia cukup ramah, sambil menunggu suami turun, saya mengambil tempat duduk di depannya. Tahu-tahu kami pun terlibat obrolan seru. Saat itu lah sejarah panjang Hotel Pelangi mulai terkuak.
Karena si Bapak Bapak hanya memberi gambaran besar, lewat riset internet baru tahu bahwa di tempat berdiri Hotel Pelangi sekarang dulunya berdiri Hotel Lapidoth, mengikuti nama pemiliknya Abraham Lapidoth. Didirikan tahun 1860. Tahun 1870 berubah namanya jadi Hotel Malang. Setelah Lapidoth wafat tahun 1908 Hotel Malang di jual kepada Pemerintah Belanda. Lalu Hotel Malang dihancurkan dan dibangun kembali dengan nama Palace Hotel, diresmikan tahun 1915, beralamat di Aloen Aloen Straat. Pada saat Jepang masuk ke Malang namanya kembali berganti. Sekarang jadi Assoma Hotel. Baru pada tahun 1950 hotel ini dibeli pengusaha Indonesia asal Banjarmasin, Sjahran Hoessein, dan sejak itu lah menyandang nama Hotel Pelangi.
Lorong di lantai dua. Dari sini terlihat bangunan Bank Mandiri dan Masjid Agung Jami’ Malang
Meninggalkan Hotel Pelangi Malang
Saat suami sampai di bawah saya masih asyik memandangi bangunan Hotel Pelangi. Membayangkan bagaimana waktu bergulir lalu lenyap bersama kenangan mereka yang pernah hadir tempat ini. Para tuan dan noni Belanda, Jendral Jepang yang santun namun kekejaman prajuritnya amat memedihkan sejarah, para pendatang, pejalan dan wisatawan yang mampir dalam segala urusan di Kota Malang. Kalau saja mereka bisa pertemukan dalam Hall Hotel Pelangi, semacam reuni di lorong waktu, pasti banyak cerita seru yang akan terjadi. Waktu saya ceritakan itu pada suami, menurutnya, saya terlalu banyak nonton Drama Korea…
Hotel Pelangi Malang
Jl. Merdeka Selatan No. 3 malang 65119
Jawa Timur – Indonesia
Phone : (0341) 365156 / 365157
Fax :(0341) 365466
Email : [email protected]
@eviindrawanto