4 Mafaat Jalan-jalan Untuk Saya | Makin kesini aktivitas traveling di Indonesia makin berkembang. Makin banyak menjangkiti orang dan makin seru untuk dilakukan. Kalau dicari tentu akan banyak sekali penyebabnya. Mulai dari transportasi mudah dan murah, hotel budget, bertambah baiknya pendidikan, meningkatnya pendapatan, sampai makin luasnya akses informasi. Yang terakhir ini kita berterima kasih pada social media. Jadi apapun latar belakang perkembangan aktivitas wisata, saya yang hanya sebutir debu diantara para traveler Indonesia yang asyik-asyik, ikut memetik manfaat dari hobi berpergian ke berbagai tempat itu.
Seharusnya saya menulis buku. Menginspirasi orang agar berbuat serupa. Atau menulis di koran agar lebih banyak lagi yang baca. Namun karena tidak pernah mengalokasikan energi ke sana, ya sudah, merasa puas saja jadi blogger. Sebagai pengikut mood sejati, buku dan koran terasa lebih berat. Yang penting happy menuliskan sedikit pengalaman sebagai rekam sejarah yang kelak bisa dibaca ulang. Menulis 4 manfaat jalan-jalan ini misalnya. Harapannya tak muluk-muluk, cukup bermanfaat untuk saya, anak-cucu kelak, dan syukur-syukur bila juga bermanfaat bagi teman-teman yang mampir.
4 manfaat jalan-jalan yang sudah saya rasakan
- 1. Mengurangi Stres
Saya bekerja di rumah, dalam ruang kecil yang penuh buku dan kertas-kertas administrasi perusahaan. Atasan saya adalah suami yang bertemu muka 2X24 jam. Kadang kami berantem terus baikan. Berantem lagi terus baikan lagi. Di tengah menyelesaikan pekerjaan kantor suami bila ia lapar, belum sarapan. Saya berhenti, menenengok ke dalam kulkas, barangkali saja ada yang bisa dihangatkan. Kalau tak ada ya harus masuk dapur dan pekerjaan kantor lupa. Tapi pekerjaan tak bisa selesai sendiri kan? Besok dan besoknya lagi ia menuntut untuk diselesaikan. Di lain waktu saat mengerjakan pekerjaan kantor pikiran melayang pada dapur. Mau masak apa hari ini? Kemarin sudah beli sayur matang, kemarinnya lagi juga. Masak suami dan anak diberi makanan dari warung mulu? Tidak sehat, tauk? Ibu macam apa kamu?. Rasa bersalah seperti itu menggerakan semangat agar bongkar-bongkar kulkas.
Nah kalau begini terus menerus bisa jadi gila, kan? Jadi agar tidak gila saya harus jalan-jalan. Mengurangi stress yang paling penting dari 4 manfaat jalan-jalan yang saya rasakan.
- 2. Melatih Otak Lebih Kreatif
Bagi sebagian orang kreativitas itu dibawa sejak lahir. Tanpa dilatih pun otak mereka sanggup melahirkan hal-hal unik. Mereka adalah orang-orang yang berada di puncak piramida. Namun bagi yang lahir di bawah, di kaki piramida yang gemuk –kaki piramida dibuat agar puncaknya lancip—mereka harus berlatih lebih keras agar otak kanan lebih juicy. Otak kanan yang juicy dapat melahirkan pikiran positif, mudah menemukan jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup.
Bagi saya jalan-jalan adalah cara terbaik melatih otak kanan. Lingkungan baru, suasana baru, pemandangan baru, makanan yang pertama kali di coba, orang-orang baru merupakan ransum segar bagi perkembangan belahan benak kanan. Coba lah bercermin saat berwisata. Sekalipun muka tak berubah –tambah jelek malah karena kulit terbakar matahari—permukaan lensa mata kita akan lebih cemerlang dibandingkan saat berantem dengan suami.
- 3. Dunia Tak Seluas Daun Kelor
Pernah merasa wanita paling malang sedunia karena terpuruk terus di rumah? Atau pengen mencari cinta yang hilang karena enek lihat muka suami yang rajin ngomel? Atau sebal tingkat dewa karena suami sangat peka terhadap tauco di muka istrinya? Ia selalu bertanya begini, “Sudah pakai sun screen, belum?”
Kalau sedang berjalan coba deh tengok kanan-kiri. Perhatikan ibu-ibu yang mengasong di tepi jalan, di pantai, di gubuk-gubuk reyot yang dipasang sekenanya di tempat wisata. Di bawah sengatan matahari atau guyuran hujan mereka tak lelah membujuk-bujuk agar kita mau membeli dagangannya. Biar pun sudah dijawab tak tertarik tetap saja dengan muka memelas menawarkan. Lalu tanyakan kepada ibu lain mengapa rahangnya miring dan sepertinya pernah lepas dari engselnya? Karena suami ibu pertama sudah meninggal sementara dia perlu membesarkan 4 anak usia SD. Yang satu lagi bersuami seperti harimau namun berhati ayam. Berani cuma pada perempuan. Tak melihat cara lain menyalurkan rasa frustrasi kecuali tinju dan muka istri.
Tiba-tiba suami yang menyebalkan berubah jadi dewa.
- 4. Lebih Banyak Pengalaman Lebih Bijak
Saya tipikal pembelajar dengan mencontoh dan melihat. Suka memang baca buku namun jarang mengingat isinya bila sudah selesai membaca. Berbeda kalau langsung melihat dan medengar biasanya akan bertahan lebih lama.
Hobi jalan-jalan membuka peluang untuk belajar lebih banyak yang pada akhirnya akan membuat kita lebih arif dalam memandang sesuatu. Bergai situasi baru yang terkadang tak terpikirkan sebelumnya adalah guru saya paling baik. Misalnya saat di China saya tak habis terkagum-kagum bagaimana pemerintah mengelola pariwisata mereka. Jalan-jalan utama rapi. Alam terjaga kebersihan dan kecantikannya ditampilkan maksimal karena dirawat sedemikian rupa. Belum lagi budayanya dimana muslim saja disuruh Nabi belajar sampai ke China. Indonesia sepertinya payah banget deh. Tapi—tapi…begitu masuk ke toilet umum mereka betapa saya rindu pada mas-mas yang menunggui kotak kayu dan memegang uang receh di di depan toilet SPBU. Toilet di SPBU kita bersih dengan air selalu mengalir.
Begitu pun sedang berada Di Hong Kong atau Singapura. Kalau yakin bakal sering ke sasar sebaiknya bawa Lonely Planet saja ketimbang menghentikan orang untuk bertanya. Apa lagi jika tidak suka disambut muka bersungut-sungut, dijawab tergesa-gesa sambil melihat jam, atau hanya bilang “sorry..” terus jalan. Beda banget situasinya kalau ke sasar di Indonesia. Di negeri sendiri saya terbiasa bertanya dan diberi petunjuk arah sejelas-jelasnya. Bahkan malah ada yang bersedia mengantar sampai ke tujuan.