Jurnal Perjalanan Ibu-ibu – Saya baru memperhatikan bahwa Aplikasi Foto Google di Android makin canggih saja. Selain langsung membackup foto-foto yang diambil dengan ponsel, ia juga melakukan hal yang sama terhadap foto Picasa. Tak hanya foto yang diedit tapi semua foto yang pernah masuk aplikasi Picasa. Kerena saya menggunakan Picasa untuk mengedit foto yang ditampilkan dalam blog ini, berarti semua foto yang ada di komputer terbackup otomatis. Asyiknya bila ingin digunakan semua foto itu bisa dilihat dari Tablet, tak harus buka kompi dulu. Sungguh canggih.
Saya senang sekaligus sedih. Coba sejak dulu. Kalau saja hadir 4 tahu lalu mungkin saya tak mengalami “depresi” akibat kehilangan ribuan. Foto-foto yang menyimpan kenangan saya sejak masa mudalenyap begitu saja karena kerusakan server penyimpan.
Google foto tak sekedar membackup. Ia melakukan tugas lebih jauh dengan me-resize dan memperbaiki kualitas foto secara otomatis. View Pantai Taplu Padang di atas dan foto di bawah adalah hasil edit otomatis Google.
Tapi kita juga tetap bisa mengedit foto sendiri hingga hasilnya lebih personal. Mempertajam atau membuat warna lebih cemerlang dan berbagai macam pilihan editor lainnya. Rasanya editor Instagram juga kalah deh. Setelah diedit bisa langsung shared ke media sosial manapun.
Tapi karena di dunia tak ada sempurna. Selama ada kelebihan pasti terdapat kekurangan. Karena langsung di resize kita kehilangan kendali atas kualitas foto. Terlalu kecil yang jika dilihat di komputer fotonya akan pecah. Maksud Google mungkin agar kita bisa menyimpan foto gratis lebih banyak. Sebab setelah jumlah quota tertentu terpenuhi kita disarankan membeli. Lagi pula mungkin mereka berpikir bahwa fotonya untuk dilihat di gadget bukan di komputer.
Google menerapkan setting private untuk backup foto ini. Auto backup hanya terlihat oleh kita pribadi sebelum kita putuskan di share kepada teman atau umum.
Tapi Kita Mau Kemana dengan Foto Google ini?
Update terbaru dari Google Photo adalah dia bisa mengelompokan foto menurut berbagai kategori. seperti lokasi dan tema. Dalam arsip saya terdapat foto berlokasi Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Malang, Surabaya, Madura, dll. Sungguh tak mengerti bagaimana Google tahu dimana foto itu diambil karena mereka tidak salah. Padahal diantara foto-foto itu diambil pakai DSLR. Terus dia juga mengelompokan berdasar Masjid, Kuil, Awan, Pantai dan Sungai. Di sini ia juga tidak salah. Kalau dalam koleksi saya terdapat foto-foto porno berani bertaruh ia juga akan menambahkan Porns pada salah satu kategori.
Ya Allah seakan isi tablet saya semua milik Google.
Foto Google membuat saya membayangkan bahwa sebentar lagi kita akan membayar mahal untuk ruang privacy. Seperti dalam film-film Spy bertema science dimana ke dalam tubuh seorang narapidana diselipkan chip komputer micro. Ia tidak perlu dikurung di balik terali besi karena chips itu adalah program komputer canggih yang bertugas sbagai polisi. Kalau dia mau berbuat kejahatan, perubahan detak jantung dan gelombang pikiran mengaktifkan program. Program menganalisa apakah detak jantung atau pikiran itu akan berefek terhadap nilai-nilai moral yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kalau ya, program akan melepas semacam zat yang akan melumpuhkan sang narapidana.
Menilik teknologi yang sedang dikembangkan Google seperti Maps, Earth, Ocean, dan Eyes, sepertinya hal itu tinggal sejengkal lagi. Kalau sudah terwujud, percaya deh kita akan merindukan era sebelum internet ditemukan.
@eviindrawanto
The only thing you need for a travel is curiosity.