Desert Flower Kisah Perjalanan Seorang Model Berkulit Hitam ~ Whenever you read a good book, somewhere in the world a door opens to allow in more light –Vera Nazarian
Kalau lah ada satu buku yang membuat saya memikirkan isinya, bahkan lama setelah menutup halaman terakhirnya, buku itu adalah The Al Chemist dari Paulo Coelho. Dan satunya lagi adalah Desert Flower yang bercerita tentang perjalanan karier seorang model Asal Somalia bernama Waris Dirie.
Buku yang tak sengaja saya temukan di Google Book kembali membuka mata bahwa dunia tidak bisa dilihat secara hitam-putih. Kebaikan tak selalu menang atas keburukan. Sebab nilai-nilai baik atau buruk tergantung pada adat istiadat, suku bangsa atau di negara kamu hidup.
Buku yang berkisah tentang perjalanan hidup model kulit hitam bernama Waris Dirie ini membuat saya amat bersyukur terlahir di bumi Indonesia.
Baca juga:
Masa Kecil Waris Dirie si Desert Flower
Buku dibuka oleh kenangan masa kecil Waris Dirie terhadap keluarganya. Mereka adalah keluarga nomaden, pengembala, hidup berpindah di gurun Somalia. Gurun gersang yang jarang turun hujan.
Kemiskinan dan kelaparan adalah teman mereka sehari-hari. Seperti anak-anak perempuan Somalia lain di tempat tinggalnya, usia 3 tahun Waris — Waris dalam bahasa Somalia berarti Bunga Gurun — menjalani sunat perempuan.
Sunat yang merusak sebagain besar bagian kewanitaannya merupakan ritual adat yang telah dilakoni kaum perempuan dalam sukunya selama turun-temurun. ” Lelaki tidak akan pernah menganggapmu perempuan bila itu tidak kau lakukan” Tulis Waris dengan nada pahit. Alasan yang juga membuat Waris memahami mengapa Sang Ibu melakukan itu terhadapnya.
Baca juga:
Karena tidak mau dinikahkan dengan lelaki seumur kakeknya, usia sembilan tahun Dirie melarikan diri dari rumah. Tanpa uang sepeser, tanpa roti sepotong, ia berjalan kaki keluar dari gurun, dan menumpang truk menuju Mogadishu.
Di kota yang lingkungan sosial sangat berbeda dari gurun, Waris tinggal di rumah kakak peremuannya yang sudah melarikan diri terlebih dulu. Kemudian beberapa kali pindah tempat tinggal dengan menumpang di rumah kerabat. Ia pun pernah jadi kuli bangunan untuk menopang hidup. Akhirnya nasib membawanya ke London jadi pembantu rumah tangga.
Memulai Karier Sebagai Model Menguak Kisahnya Kepada Dunia
Suatu ketika pencari bakat menemukan Dirie di London. Sekalipun penderitaannya belum berakhir –karena masalah kewarganegaraan – ia meninggalkan London untuk mencoba menaklukan New York. Di pusat pusat kota mode dunia ini lah bintang Dirie mulai bersinar.
Pada tahun 1997, pada puncak karir modeling-nya, Waris berbicara untuk pertama kalinya tentang kisah hidupnya. Diawali pertemuan dengan Laura Ziv dari majalah perempuan Marie Claire.
Mereka bicara tentang mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) yang pernah ia jalani bersama dua saudara perempuannya. Wawan cara yang akhirnya lebih membuka mata dunia terhadap hak-hak dasar perempuan dari suku manapun di dunia.
Dan di tahun yang sama Waris Dirie ditunjuk menjadi duta PBB untuk penghapusan FGM. Ia mendirikan Yayasan Desert Flower, menggalang dana untuk diberikan kepada keluarga anak perempuan yang tak melakukan FGM selain menopang pendidikan mereka.
Kesan Setelah Membaca Desert Flower Kisah Perjalanan Model Berkulit Hitam
Tahun-tahun belakangan saya malas membaca buku. Sekalipun masih rajin mengunjungi toko dan membeli satu dua, paling-paling buku itu tergeletak dimeja selama berbulan-bulan sampai akhirnya dipindahkan ke atas rak.Bahkan beberapa buah koleksi masih utuh dalam sampul plastiknya seperti yang saya ceritakan di sini.
Berbeda dengan Desert Flower yang saya beli versi ebook-nya dengan pulsa Telkomsel. Entah karena memang gaya tulisan Waris Dirie yang indah, gaya berceritanya yang asyik, atau kehidupan di dalam sangat berbeda dengan saya. Biasanya sih memang begitu, kehidupan yang sangat berbeda dengan kita membetot rasa ingin tahu.
Desert Flower kisah perjalanan model berkulit hitam ini saya telusuri lembar demi lembar dengan penuh penantian.Seolah ia anak perempuan yang pernah saya lahirkan, yang entah karena suatu sebab terlempar ke Somalia. Saya ingin menjangkau, melindungi dan menghiburnya.
Ini bukan lah jenis buku seperti yang dikatakan Jos Jamison : There comes a time when you have to choose between turning the page and closing the book.
Ya begitu lah. Membaca buku Desert Flower Kisah Perjalanan Model ini ibarat nonton Drama Korea yang baik. Endingnya kadang happy kadang sedih yang membuat kita mengingatnya. Teman pernah membaca buku seperti itu?