Es Krim Nostalgia di Toko Oen Semarang – We eat certain things in a particular way in order to remember who we are — Jeff Smith
Saya pernah sekolah di Semarang, kelas 1-2 SMP. Jadi nama Toko Oen Semarang ini sudah biasa berseliweran di telinga. Pulang sekolah saya acap mampir ke sini. Terus saat anak-anak masih kecil, demi beberapa kenangan yang belum selesai, saya mendatangi lagi tempat ini. Selain untuk menikmati menu makanannya yang bergaya Eropa dan China, sekalian beli Ananas, cookies semacam nastar yang enak banget di lidah saya. Alasan mampir selalu sentimental ke toko .
Bulan lalu kembali mampir. Tak membeli Ananas tapi mencicipi Es Krim Toke Oen yang terkenal itu. Apa lagi kala melintas hari masih terlalu pagi untuk makan siang sementara kami sudah dapat sarapan cukup mewah dari hotel. Lagi pula lewatnya juga tak sengaja, mau cari barang di mal Sri Ratu yang terletak di depannya.
Niat mampir ke Resto Oen Semarang semata karena nostalgia. Mengenang beberapa cerita masa lalu yang pernah terserak. Kali ini khusus untuk menikmati Es Krim Toko Oen yang terkenal. Disamping membuat stock foto dan cerita demi blog tercinta ini, blog traveling ibu-ibu yang menulis kadang bersemangat, kadang malas.
Dan memang banyak alasan untuk terus jalan-jalan. Agar blog tetap eksis ia perlu diempani secara berkala. Makanannya adalah cerita perjalanan dan foto-foto.
Kadang saya pikir blog ini seperti vampire, butuh darah segar terus-menurus. Jadi kemana pun perginya, apapun makanannya saya mewajibkan diri mengambil satu atau dua gambar. Sudah sering terbukti bahwa ketekunan seperti itu terbayar tunai. Cerita-cerita perjalanan jadi obat mujarab kalau sedang bosan.
Eh kok malah curhat! Kembali ke toko yang sebenarnya restoran ini.
- Baca juga wisata Semarang Penjara Jongkok: Dari Kegelapan Jiwa Manusia
Menikmati Es Krim Oen Semarang
Tidak banyak yang berubah dari Toko Oen Semarang ini. Kue-kue masih terpajang dalam stoples dan lemari kaca yang terletak di sebelah kiri pintu masuk. Mesin kasir tua dan lemari tua masih setia berdiri di pojokan. Kalau pun ada perbedaan adalah kursi kuno yang terletak di bagian muka. Kalau tak salah dulu dari anyaman rotan seluruhnya dengan bentuk bulat. Sekarang kursi kayu dengan dudukan rotan. Kursi sitje namanya kalau menurut nenek saya.
- Baca juga Candi Gedong Songo Semarang
Banner Toko Oen di dinding juga mengalami perubahan. Sekarang terlihat lebih artistik, nuansa klasik tetap bertahan, dengan foto sepasang nyonya dan tuan di tepinya. Mungkin beliau adalah Nyonya dan Tuan Oen.
Menu Toko Oen Semarang
Ciri yang menonjol dari Restp Oen Semarang tetap di sana. Berbagai menu makanan dengan sentuhan kolonialnya. Dari barisan cookies — disebut anak saya sebagai kue lebaran — berbaris berturutan Ananas, Bokkepotjes, Soes Kering, Sprits Strawberry, Sprits Coklat, Savoye, dan lain-lain. Dari segmen appetizer tentu tak ketinggalan Bitterballen, Kroket, Loempia Toko Oend dan Poffertjes.
Yang berkesan dan terkait nostalgia saya di sini adalah Es Krim Toko Oen. Masuk kategori menu dessert.
Saya memesan Oen’s Symphony yaitu empat onggok es krim berlainan warna. Dihias dua potong kue lidah kucing, disajikan dalam gelas berkaki yang sudah berkabut saking lamanya tuanya. Si Sulung memesan Napolitaine, seperti irisan dari keju belanda yang bulat, ditengahnya diberi rasa coklat. Terus suami memesan, kalau tak salah, Tutti Frutti, namun polos.
Baca juga:
- Es Durian Gula Aren Asli Sebuah Penemuan
- Makan di Warung Bandeng Juwana Elrina Semarang
- Rumah Teh Tibet : Mencicipi Aroma Manis dari Teh Putih
- Berkreasi Dengan Gula Aren
Sambil merencanakan beberapa hal, ngobrol yang gak penting, kami bertiga menikmati Es Krim Toko Oen dengan suka cita. Ketiganya suka dengan pesanan masing-masing.
Pengunjung datang silih berganti. Dan tak berapa lama datang rombongan keluarga lain. Nah baru saja duduk seorang ibu mulai mengeluarkan camera segede gaban. Motret sana-sani, persis seperti yang baru saja saya lakukan. Melihat itu Si Sulung tertawa geli, “Jangan-jangan doi blogger juga, Ma. Kenalan gih…” Usulnya…
Sejarah Toko Oen Semarang
Kesan kuno sejak dari luar sampai masuk resto ini sangat terasa. Maklum sudah berdiri sejak 1936 dan tetap eksis sampai sekarang. Kekuatan brand Oen memang kesetian meraka terhadap masa silam. Begitu masuk saja langsung terasa. Interior asesoris resto semua mengarah ke masa lalu.
Mempertahankan merek Oen dengan kosep masa lalunya sepertinya memang tak mudah. Jaman berubah. Demikian pula dengan selera pelanggan.
Sebelumnya Toko Oen juga ada di Yogyakarta, Jakarta, dan Malang. Yogyakarta dan Jakarta sudah lama tutup. Kemudian menyusul Malang. Hanya yang di Semarang ini yang terus bertahan.
Sejarah awal Restoran Toko “OEN” hanya menjual kue dan es krim. Seiring perkembangan zaman akhirnyanya dikembang jadi restoran dengan masakan Indonesia, Belanda dan Cina. Toko “OEN” adalah ikon kuliner masa lalu kota Semarang. Semoga terus bertahan.