Saya tidak tahu apakah ungkapan terlunta-lunta di Labuan Bajo ini tepat. Ini hanya untuk menggambarkan situasi yang sedang saya alami. Namun setidaknya itu lah yang saya rasakan. Jadi penerbangan pulang ke Jakarta tanggal 6 kemarin di batalkan oleh Wings-Lion Air, hingga detik ini saya masih berada di Labuan Bajo. Penyebabnya Gunung Raung yang kembali bergolak. Karena penyebabnya faktor alam, siapapun tak bisa menyesali apapun.
Baca Ke Labuan Bajo Aku Akan Kembali
Karena penyebab pembatalan penerbangan karena faktor alam berarti Lion Air hanya bertanggung jawab terhadap dua hal : Refund tiket atau reschedule penerbangan.
Terlunta-lunta di Labuan Bajo Gara-Gara Penerbangan di Batalkan
Dari pengalaman hunting ticket beberapa hari sebelumnya bahwa semua penerbangan dari Labuan Bajo – Bali – Jakarta full booked kami memutuskan reschedule saja. Maklum di belahan bumi lain sedang libur musim panas, sebagian
penduduknya berhondoh-hondoh ke Labuan Bajo. Panorama alam di sini memang eksotis. Logis lah jika semua rute penerbangan dari dan ke Komodo Airport –minimal sampai 16 Agustus— penuh semua. Alangkah repotnya jika harus mencari tiket baru.
Tadinya saya berpikir bahwa dengan mengatur ulang jadwal penerbangan semua urusan beres. Besok pagi kami bisa langsung datang ke airport, terbang, transit di Bali sejenak, sorenya sudah bertemu keluarga lagi. Maka dengan ringan hati balik ke hotel, istirahat, dan tidur nyenyak sampai besok pagi.
Baca juga Ke Labuan Bajo Aku Akan Kembali
Tapi seperti ungkapan semua orang relijius bahwa manusia hanya bisa merencanakan dan Allah SWT yang menententukan hasilnya. Reschedule tiket ternyata tidak bisa langsung membawa saya ke Soekarno-Hatta . Ini lah yang menimbulkan perasaan terlunta-lunta di Labuan Bajo itu. Penerbangan keesokan hari semua diprirotaskan bagi penumpang yang jadwalnya memang terbang hari ini, 7 Agustus 2015. Sementara penumpang yang terbangnya dibatalkan kemarin harus menunggu keajaiban: Kalau ada penumpang yang batal berangkat baru kami dimasukan sebagai pengganti.
Kekacauan Akibat Penerbangan di Batalkan
Saya tahu dengan berlindung pada Undang-undang Keselamatan Penerbangan, Wings-Lion Air tak bersalah dalam hal ini. Saya juga tahu maskapai berlogo Singa ini sudah terkenal dengan service buruknya seperti sering delay. Yang tidak saya sangka adalah sedemikian buruknya dengan membiarkan penumpang merasa terlunta-lunta seperti ini. Yang mengalami pembatalan penerbangan kemarin bukan hanya Wings -Lion Air tapi juga Garuda Indonesia. Namun sepertinya penumpang Garuda bernasib lebih baik sebab ditangani dengan semestinya sehingga tak ada yang merasa diabaikan.
Baca juga Semana Santa Larantuka
Solusi minimalis Wings-Lion menimbulkan rasa frustrasi: Jika tak mau refund tiket standby lah di airport. Berharap lah penumpang lain datang terlambat atau membatalkan penerbangan mereka. Solusi dingin ini membuat seorang perempuan kulit putih sampai menangis putus asa di depan konter check in. Sepasang suami istri itu besok akan terbang ke London. Bila mereka gagal muncul di Denpasar besok paginya tiket mereka akan hangus sementara mereka tak punya uang lagi untuk tiket baru.
Baca juga Pasar Inpres Larantuka
Saya iba pada mereka. Yang paling penting lagi saya malu melihatnya sebagai Rakyat Indonesia. Mereka turis lho yang membeli service dari rakyat Indonesia. Dan saya yakin pengalaman buruk ini akan tetus tertanam dalam benak entah sampai kapan. Dan entah cerita macam apa pula yang akan mereka bawa kepada sanak dan kerabat mereka tentang Indonesia.
Rohaniawan Pun Merasa Jadi Pengemis 🙂
Diantara para penunggu keajaiban ini terdapat lah seorang Romo (imam agama Katholik). Dia juga sudah sejak dari pagi menunggu dan bolak-balik ke konter check in. Tiap balik dari sana dia selalu geleng-geleng kepala. “Kok saya merasa seperti pengemis ya?” Katanya sambil garuk-garuk kepala yang saya yakin tak gatal.
Baca juga Perjalanan Dari Kota Bima ke Desa Sangiang Wera
Saya kira seorang anak muda yang penerbangannya juga cancel kemarin sungguh muak melihat tragedi ini. Apa lagi saat wanita kulit putih itu berurai air mata. Ia berinsiatif membawa para penumpang yang terdampar ke kantor manajemen -Wings-Lion Air. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Malah dengan pengembalian uang dan jadwal yang tak jelas itu pihak maskapai mereka sudah memberi solusi terbaik. “Faktor alam dan bukan salah kami “.
Akhirnya dengan perasaan kecewa saya kembali mencari penginapan. Penerbangan yang tersedia berikutnya, katanya, tanggal 9. Saat ini kami sudah kembali berada di Bandara, menunggu pesawat dari Kupang yang akan membawa ke Denpasar. Dari sana baru diteruskan ke Jakarta. Mohon doa restu ya teman-teman semoga tak ada lagi pembatalan karena faktor alam. Jika itu terjadi dan kamu memilih Wings-Lion, it would be hell!
Ya Allah tolong heningkan sejenak Gunung Raung. Saya sudah kangen banget rumah.
@eviindrawanto
The only thing you need for a travel is curiosity.