Satu persatu lampu mati. Ruangan yang tadinya gempita oleh berbagai ocehan mendadak senyap. Layar panggung tersibak perlahan. Gemuruh musik orkestra  tradisional China mengawali kemunculan dua bayang-bayang  dari dalam kabut asap. Perlahan mereka berjalan dari sisi panggung menuju ke tengah. Jubah melambai-lambai ditiup angin buatan. Membuat postur bayangan  tampak seperti batang bambu. Langkah-langkah pendek mereka  terlihat ringan. Mistis seolah  berjalan di atas awan. Dari tengah mereka kembali menepi,  naik ke atas  platform setinggi satu meter. Pelatarannya dibuat seolah beranda depan mulut  gua.
Di atas platform mereka bergerak-gerak lagi dan jubah pun ditanggalkan. Saat itu lah lampu sorot mengarah pada tubuh dua orang lelaki dengan otot-otot padat bertonjolan di sana-sini. Musik pun kian dramatis seakan mengajak penonton mengucapkan “aah..” tanda kagum. Dan saya berdecak kagum.
Kerjasama Memukau Dua Atlit Akrobat Cina
Malam itu saya berada dalam Sichuan Chinese  Theater Opera di kota Chengdu, Cina. Tempat yang sering saya dengar ceritanya dari  kerabat. Menggelar  berbagai pertunjukan spektakuler  dalam gedung berarsitektur klasik.  Alhamdulillah pada suatu masa saya kesampain menonton opera Changing Face yang sangat terkenal berasal dari Propinsi Sichuan ini.
Pertunjukan dua lelaki keren ini sebetulnya cuma satu bagian dari seluruh rangkaian Opera Changing Face yang penuh acrobatic, sulap, tarian, dan nyanyian. Juga permainan lampu menawan. Bahkan selama hampir 45 menit berbagai atraksi para seniman China yang sangat terlatih itu mengisi panggung tanpa jeda. Tapi entah mengapa saya menaruh perhatian khusus pada pertunjukan acrobat dua aktor ini. Karena body  keren?Bukan! Kalau itu mah sudah sering melihat dari televisi. Atau wajah tampan? Gak juga! Mereka kalah jauh dari Jang Keun Suk. Namun ada sesutu pada penampilan mereka yang membuat saya berpikir.
Baca juga:
 Saya terpikat pada keindahan kerja sama mereka.
Kalau lah  kehidupan sosial kita yang luas ini bisa dibuatkan analoginya pada  dua orang Koko di atas panggung itu, sesungguhnya  atraksi mereka adalah refleksi dari kehidupan yang diinginkan tiap orang. Harmonisasi. Harmonisasi yang hanya bisa terjadi tatkala kita melakukan pertukaran sumber daya. Dan sumber daya itu hanya bisa digunakan kala kita saling percaya dan melakukan kerja sama.
Di Mana, Kapan dan dengan Siapapun Begini Indahnya Kerja Sama
Saya ingat saat jalan-jalan ke Labuan Bajo beberapa waktu lalu. Saya dan teman travel blogger Mbak Donna pertama kali menginjakan kaki di Flores. Memang sih sudah sering membaca tentang pulau eksotis itu dari para pejalan. Namun realitanya kami tetap buta mengenai segala sesuatu di Nusa Tenggara Timur. Selain belum pernah belum pernah ke sana, informasi juga terbatas.
 Untung lah traveling itu sebuah dunia yang cair. Sepanjang kita membuka hati, mau melakukan kontak sosial, dan membangun pertemanan, selama itu pula berjalan takan pernah seorang diri. Banyak sekali teman-teman yang membantu yang membuat kunjungan di kawasan Taman Nasional Komodo meninggalkan kenangan indah.
Baca juga:Â
Keindahan kerja sama pun terlihat dalam rumah tangga. Suami harus bekerja sama dengan istri agar segala sesuatu berjalan semana mestinya. Terkadang melepas ego dan di kesempatan lain harus menggonjot setinggi-tingginya. Bukan untuk pencapaian kesempurnaan sebuah hubungan hanya mengikuti insting alamiah dalam usaha menyusun kerangka harmonisasi. Tujuannya agar yang hidup di dalam lingkaran hubungan itu menemukan rumah.
Panggung Akrobat Tempat Melihat Bagini Indahnya Kerja Sama
Di atas panggung salah seorang aktor menyediakan tubuhnya jadi tumpuan bagi kawannya untuk membentuk piramid. Pada scene lain aktor tadi naik ke atas bahu lalu dengan posisi kaki tetap lurus perlahan-lahan begerser ke bawah.
Sementara tubuh sang teman  condong ke belakang agar penapakan itu memungkinkan. Dalam tiap gerakan, pegangan dan kontak fisik mereka terlukis kepercayaan bahwa adegan tersebut takan pernah ada bila salah satu diantara mereka menolak bekerja sama.
Begini lah indahnya kerja sama. Tanpa saling mempercayai mustahil saya dan penonton lain berdecak-decak dibuat mereka.