Banyak cara yang bisa lakukan untuk menarik wisatawan datang ke suatu tempat. Misalnya dengan mengangkat kekayaan lokal suatu daerah, terutama yang unik. Halnya Kabupaten Tanggamus, Lampung, selain menjual wisata alam, mereka mulai bergiat dengan menciptakan batik. Batik dengan motif mengangkat kekayaan lokal. Seperti yang saya lihat di Sanggar Ratu, ruang pamer dan outlet batik para perajin se Kabupaten Tanggamus.
Saya sudah sedikit akrab dengan Tapis Lampung. Beberapa kali main ke Lampung berksempatan membelinya. Baik selendang atau kain, sudah koleksi beberapa lembar. Bagaimana pula rupa Batik Tanggamus?
Perjalanan ke Lampung kali ini kian menarik. Karena berkesempatan mengenal Batik Lampung yang berangkat dari kekayaan lokal.
Mengenal Batik Tanggamus di Sanggar Ratu
Kesempatan untuk mengenal Batik Tanggamus akhirnya tercapai dengan tiba di Sanggar Ratu. Mereka adalah binaan Dekranasda Kabupaten Tanggamus. Dipimpin Bapak Omansyah Adok Minak Jaga. Lokasinya di Pekon Banding Kecamatan Talang Padang.
Baca juga:
Sanggar ini diresmikan oleh Ibu Dewi Handayani istri Bupati Tanggamus pada 28 Maret 2011. Pendiriannya dimasudkan untuk mewadahi para perajin daerah sekaligus sebagai media promosi.
Latar Belakang dan Sejarah Motif Batik
Menurut Wikipedia nama Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” artinya menulis dan “titik” artinya titik. Jadi kata batik merujuk pada kain yang digambari, membentuk corak karena penggunaan “malam” (lilin) untuk menahan masuknya bahan pewarna (dye) ke dalam serat kain.
Dalam Bahasa Inggris disebut “wax-resist dyeing”. Tapi definisi ini adalah tentang batik tulis. Lahir dari tradisi Jawa. Secara tradisional dikerjakan oleh kaum perempuan, dalam waktu lama dan harganya mahal. Sementara pasar juga menginginakan batik yang bisa dimasuki kaum lelaki, pengerjaan yang cepat, efisien, dan harga lebih murah. Lalu lahir lah “Batik Cap” seperti batik-batik yang saya temukan di Sanggar Ratu.
Awalnya batik ditujukan untuk kepentingan upacara adat dan agama. Jadi pola, motif dan warna mempunyai arti simbolik yang tujukan untuk menambah daya magis. Selain motif juga dibuat tidak sekedar gambar atau ilustrasi namun juga bisa menyampaikan pesan atau informasi.
Sebab motif batik tidak terlepas dari pandangan hidup sang pembuat. Ditambah lagi pemberian nama terhadap motif berkaitan terkait erat dengan harapan.
Batik Tanggamus Berangkat Dari Kekayaan Lokal – Bermotif Lumba-Lumba
Memahami latar belakang pembuatan motif, pola, dan warna batik, saya jadi memahami mengapa Kabupaten Tanggamus mengangkat lumba-lumba sebagai ikon motif batiknya. Pesisir Tanggamus dengan Teluk Kilauan telah muncul ke pentas nasional berkat ikan lumba-lumba.Setiap tahun ribuan turis mampir ke sini, melihat langsung lumba-lumba liar di habitatnya.
Baca juga:
Maka penggunaan “Bung Lumba” (lumba-lumba dalam bahasa Lampung) diharapkan menaikan taraf kesadaran berbagai pihak, turut menjaga agar habitat lumba-lumba di Bumi Begawi Jejama tetap lestari.
Umumnya batik gaya pesisiran, dalam mengenal Batik Tanggamus, saya juga menemukan corak berani dengan warna-warna terang. Pun pada kain-kain batik yang disampirkan pada gawangan (alat penyampir) di Sanggar Ratu, gaya pesisirnya tergambar jelas.
Mengamil ke kayaan lokal Lampung, lahir lah motif batik seperti tergambar di atas.
Tak hanya Batik Tanggamus bermotif lumba-lumba yang bisa ditemukan dalam Sanggar Ratu. Karena ini pusat kerajinan komunitas, disini pun tersedia Kain Tapis dan tenun Sulam Usus.
Ada pula batik bermotif Sanggi yakni batik bergambar Ketinting atau Jukung, perahu khas Lampung, lengkap dengan cadik (katir)nya. Tambah menarik lagi adalah bahwa di dalam sanggi ini terdapat gambar-gambar perahu bermuatan kayu ara atau gajah.
Pasti ada penjelasan atau filosofi di belakang kayu ara dan gajah ini. Sebab mereka tidak hanya terlihat pada batik tapi juga pada ukiran rumah asli atau rumah adat Lampung. Sayangnya tak ada orang yang bisa dimintai keterangan.
Bu Oman pun hanya menjawab bahwa motif seperti itu sudah ada sejak dulu kala dan dari sananya memang sudah begitu.
Tenun dan Renda di Sanggar Ratu Lampung
Selain menyediakan Batik Tanggamus yang berangkat dari kekayaan lokal, koleksi tekstil mewah khas lainnya bisa dilihat dan dibeli di Sanggar Ratu Lampung.
Berikut beberapa diantaranya:
Kain tapis tenun emas ini sungguh cantik. Dikenakan sebagai busana tradisional atau pelengkap busana moderen. Dengan motif siger yang berbaris pada kaki kain, kesan mewahnya tak terhindarkan.
Tak hanya Tapis, para perajin kelompok Sanggar Ratus juga menawarkan kain renda. Bisa untuk busana tradisional atau memberi sentuhan klasik dan elegan pada busana atau pelengkap pemakainnya.
Menarik mencermati kerajinan Batik dan tenung Tanggamus itu satu persatu. Hanya keterbatasan waktu yang membuat kami cepat meninggalkan tempat itu.
Batik Tanggamus, anyone?