Museum Transmigrasi Lampung – Museum Ketransmigrasian Lampung, berisi sisa jejak orang Jawa pertama Terletak di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Di jalan menuju ke Kota Agung. Bertemu secara kebetulan karena teman perjalanan mengatakan terdapat museum dalam rute yang kami lewati. Rombongan langsung sepakat bahwa kami perlu mengunjungi tempat penyimpan sejarah tersebut.
Dunia Indra yang bertindak sebagai driver pun tak berpikir lama. Mumpung cuaca juga mendukung, kendaraannya langsung belok ke tempat yang dimaksud. Ternyata lokasinya memang tidak jauh dari tempat terjadinya pembicaraan tadi.
Gedung besar berkarakter campuran antara Lampung dan Jawa menyambut saat memasuki area parkir. Siger, mahkota pengantin wanita Lampung menempel pada fasad pintu masuk. Di bawahnya terdapat pintu kayu berhiaskan ukiran khas Jawa.
The Greatest Harmony adalah pengejewantahan dari prinsip Bhineka Tunggal Ika. Semangat ini telah di dengungkan sejak Indonesia merdeka. Sementara Propinsi Lampung yang terletak paling Selatan Pulau Sumatera, dekat dari Pulau Jawa, sebagian besar penduduknya dihuni Suku Lampung dan Jawa. Pun berbagai suku etnis yang ada di Indonesia berbagi kehidupan di sini.
Jangan lupa baca juga catatan tentang Museum Kolonial Penang
Sementara Museum Transmigrasi Lampung atau Museum Ketransmigrasian Lampung fokus merekam jejak yang ditinggalkan orang Jawa. Kita boleh menyebutnya sebagai rekam jejak orang Jawa pertama di tanah Sang Bumi Ruwai Jurai. Mereka adalah transmigran pioner yang berlabuh di Lampung dan tercatat dalam sejarah Nusantara.
Sejarah Transmigrasi Lampung
Bapak Eko Sunu Soetrisno, karyawan museum, bersedia mengantar kami berkeliling. Menyisir setiap sudut dan lemari pajang sambil bercerita tentang sejarah transmigrasi pertama sampai fungsi barang-barang yang pernah digunakan.
Pak Eko mengatakan bahwa Museum Sejarah Transmigrasi Lampung ini adalah satu-satunya dalam kategori museum ketransmigrasian di Indonesia. Berbagai benda koleksinya memperkuat cerita tersebut.
Pemerintah Belanda lah yang ternyata memperkasai transmigrasi orang Jawa ke Lampung. Itu terjadi tahun  1905. Mereka mempertimbangkan bahwa saat itu Pulau Jawa semakin padat. Sementara di Sumatera masih banyak lahan kosong untuk perkebunan.
Ini tentang museum rokok Bertemu Nitisemito di Museum Kretek Kudus
Sejarah transmigrasi bersaaman lahirnya dengan sejarah perkebunan kopi di Lampung.
Dimulai dari sistem transmigrasu bedol desa. Tak kurang 155 KK dari Desa Bagelan Karasidenan Kedu Jawa Tengah diangkut dengan kapal. Tujuannya adalah ke Gedong Tataan di Lampung.
Itu lah mengapa bekas daerah kolonisasi ini dipilih sebagai tempat berdirinya Museum Transmigrasi. Nama desa asal para transmigran, Desa Bagelan, tetap dipertahankan sampai sekarang.
Desa Bagelan pun tercatat dalam sejarah sebagai cikal bakal daerah penempatan transmigrasi pertama di Indonesia.
Gedung Museum Ketransmigrasian sendiri terbagai atas dua lantai. Lantai pertama menyambut pengunjung dengan dua patung kerbau lengkap dengan peralatan pengendali di tengkuknya. Mereka langsung membawa pikiran pada pekerjaan para transmigran perintis membuka hutan untuk perkebunan.
Di sayap kananya ada seperangkat gamelan untuk mengukuhkan sejarah jejak pertama orang jawa di Museum transmigrasi ini.
Di dinding tergantung foto-foto rumah sederhana. Terbuat dari kayu dan bambu. Rumah hunian para transmigran dan ladang mereka yang baru dibuka.
Koleksi Museum Transmigrasi Lampung
Saya terkesan dengan benda-benda koleksi museum. Dari perlatan pertanian sampai rumah tangga. Terutama koleksi perlengkapan rumah tangga, piring, mangkuk dan teko keramik membawa kenangan kepada nenek. Peralatan makan keramik itu seperti koleksi milik wanita yang dulu membesarkan saya. Kecuali peralatan memasak dari tembaga dan tanah liat yang beberapa buah mencirikan budaya Jawa.
Memang benda koleksi yang terkumpul lumayan membawa pengunjung ke suasana masa lalu. Untuk melihat naik lah ke di lantai 2.
Sebuah sepeda tua juga akan menyapa di lantai 2. Namanya sepeda kumbang. Alat transportasi utama dan termasuk mewah di masa lalu.
Baca juga tentang Museum Etnografi Minangkabau Bukittinggi
Museum Ketransmigrasian Lampung salah satu tempat yang boleh jadi referensi bagi yang ingin mengetahui peralatan pertanian di masa lalu. Mulai dari pacul, parang, pisau dan lain-lain.
Sayangnya tak ada keterangan tahun pembuatan benda-benda tersebut. Secara umum semua peralatan ini kita temukan di banyak rumah tangga di Indonesia sebelum tahun 70-an atau lebih tua.
Bapak Eko juga membawa kami ke belakang museum dengan halaman luas. Sebuah monumen batu bulat menyambut kami. Peluru batu ini dulu digunakan sebagai alat pembuka hutan.
Sekali lagi tentang Museum Sejarah Jakarta
Beberapa anjungan daerah juga berdiri di belakang museum. Berbagai kegiatan museum biasanya berlangsung di sini. Sayangnya saat asik berkeliling tiba-tiba turun  hujan. Sementara payung lipat saya tinggalkan dalam ransel di mobil.
Terpaksa eksplorasi Museum Transmigrasi Lampung dipersingkat.
Pemerintah Indonesia Meneruskan Program Transmigrasi ke Lampung
Kalau Sobat Travelers  jalan-jalan di Lampung pertama kali mungkin akan merasa aneh seperti saya. Begitu banyak nama tempat berbau jawa di Provinsi yang terletak di paling ujung Pulau Sumatera ini. Mulai dari Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, sampai desa. Sebut saja Pringsewu, Kedaton, Sumber Rejo, Gunung Sugih, dan lain-lain.
Salah satu sebabnya adalah Pemerintahan Indonesia meneruskan program transmigrasi dari Jawa ke sumatera. Program perpindahan penduduk dengan sasaran tetap Lampung dan Sumatera Selatan.
Mungkin berangkat dari pengalaman sukses mereka memindahkan  23 KK dari    Kedu – Jawa Tengah. 2 KK dikirim ke Sukadana Lampung Timur dan 21 KK lain  ke Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Perisitwa itu terjadi pada tanggal 12 Desember 1950.
Hari itu sekarang diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi Indonesia.
Museum Ketransmigrasian Lampung Sebagai Pusat Kegiatan.
Museum Ketransmigrasian Lampung membawa misinya sebagai wahana edukasi. Mereka melengkapi diri dengan ruang pemutaran film dokumenter ketransmigrasian, gedung serba guna, dan bahkan areal camping.
Kawasan ini biasa digunakan anggota Gerakan Pramuka dalam melakukan kemah Sabtu-Minggu.
Tertarik berkunjung Sobat JEI? Silahkan catat informasi Jadwal Waktu Kunjungan berikut :
Senin sampai Kamis : Pukul 8.30  – 14.00 WIB
Jumat                         : Pukul 08.30 – 14.30 WIB
Sabtu dan Minggu harus lewat perjanjian.
Kontak ke Telepon (0721) 94662. Fax. : (0721) 94182
Hari besar nasional tutup.
Biaya masuk Museum Ketransmigrasian Lampung ini ternyata murah banget. Pelajar Rp.1.000 dan umum Rp. 2.000.Â