Delta paling ujung di Pulau Jawa sebelah Utara  ini telah  sukses melewati waktu berbilang abad. Sudah jadi saksi bisu dari berapa era pemerintahan. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, penaklukan pasukan Fatahillah, Portugis, Belanda, Jepang, dan akhirnya masuk ke dalam rangkulan negara Kedaulatan Republik Indonesia. Bahkan sampai sekarang masih sibuk melayani pelayaran kapal antar pulau. Sebagai destinasi wisata, di sana ada Menara Syahbandar, Galangan Kapal VOC, dan Museum Bahari. Selamat datang di Pelabuhan Sunda Kelapa, objek wisata sejarah di Jakarta.
Yang Menarik Sebagai Objek Wisata Sejarah di Jakarta
Lagi ancang-ancang berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa tapi masih bingung nanti mau ngapain aja di sana?
Berikut adalah beberapa hal yang bisa wisatawan lakukan di pelabuhan yang masuk kawasan kota tua Jakarta ini:
Baca juga:
- Jakarta yang Compang-Camping
- Di bawah Menara Syahbandar
- Dua Mercusuar di Selat Sunda
- Akhirnya Piknik di Menara Syahbandar Saksi Sejarah Jakarta
1. Spot Fotografi Keren
Sobat JEI pasti pernah mendengar atau membaca bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan spot favorite fotografer di Jakarta, bukan? Memang teman-teman tidak salah dengar. Apa lagi dikaitkan dengan sejarahnya. Â Aura yang tertinggal objek wisata sejarah Jakarta ini langsung membawa pikiran ke masa lalu.
Bisa jadi sampai ke abad ke-12, era masuknya Islam ke Pulau Kalapa, nama awal Sunda Kelapa. Saat menatap jejeran kapal-kapal kayu pinisi di pelabuhan saya membayangkan ketika kapal-kapal dagang dari Eropa seperti Portugis dan Belanda datang ke sini  silih berganti.
Baik Kapal Portugis maupun Belanda, yang semula niat berdagang berubah jadi penaklukan. Entah seperti apa kehidupan penduduk saat di bawah kekuasaan raja-raja Nusantara saat itu. Kok ya raja-raja mereka mudah sekali ditaklukan?
Apapun pikiran yang melintas  yang jelas tempat ini punya sekelumit kenangan indah dalam memory saya. Gara-garanya pernah terkesima memandang foto sunset dan sunrise dari majalah traveling ternama. Kok bisa ya kapal-kapal kayu yang aslinya jelek itu  berubah sedemikian romatis dalam bidikan mereka?
Bagaimana kehidupan keras pelabuhan kok bisa menyeruak jadi semacam essay hidup yang membuat saya bisa membayangkan cargo yang harus dibongkar para tukang pikul? Bahkan tanpa perlu diceritakan pun saya bisa menebak upah mereka yang rasanya tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.
Sekalipun sekarang membongkar barang menggunakan crane, pekerjaan manusia tak terlalu berat seperti di masa lalu, tetap saja foto-foto masih bercerita bahwa jadi kuli pelabuhan itu pekerjaan yang berat.
Saya tahu bahwa bayang-bayang saya terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa terkadang kekanakan. Tapi bukan kah juga menarik mengetahui bahwa kebanyakan para kuli panggul di pelabuhan bukan penduduk Jakarta?
2. Keliling Pelabuhan Dengan Perahu
Selain memotret, berperahu menyusuri lambung-lambung kapal cara lain melakukan wisata Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebelumnya saya tidak mengetahui kita bisa berwisata perahu di sana. Saat asyik memotret di dermaga para tukang perahu lah yang datang menghampiri dan menawarkan jasa mereka.
Kami rundingan. Untuk meyakin kan tukang perahunya mengajak melihat perahunya terlebih dahulu. Sejujurnya sempat ragu juga. Menatap sangsi pada perahu kecil yang mengambang di atas air kotor. Sampah juga berserakan di sekitarnya.
Matahari pagi juga menguapkan aroma tak sedap dari laut. “Kalau saja membawa buff pelindung hidung…” Pikir saya. Belum lagi  tidak ada pelampung dan rasa takut terjepit di lambung kapal-kapal besar.
Tapi tentu saja kekuatiran itu jadi tak berarti tatkala rasa ingin tahu mengambil alih. Lagi pula siapa yang pernah mendengar ada perahu karam di air yang tenang?
Ternyata ongkos berkeliling tidak pula mahal. Cukup membayar  Rp.10.000/orang dengan kapasitas perahu maksimal 5 orang, kita akan diajak berkeliling sekitar 30 menit.
3. Human Interest – Mengamati Kehidupan di Belakang Kapal Pelabuhan Sunda Kelapa
Kala perspektif beralih kala itu pula muncul pemahaman baru. Dari dermaga, kapal-kapal yang sedang bersandar itu terlihat sepi. Seperti tak ada kehidupan di atasnya. Yang terlihat hanya kapal-kapal kayu bersandar. Air alut berkilat memantulkan cahaya. Sesekali tampai burung camar singgah ke atas tiang kapal.
Begitu melintas dari perairan, pemandangan langsung berubah. Area parkir kapal ternyata bak planet kecil. Atau boleh juga disebut perkampungan mini di atas air. Terlihat para anak buah kapal yang sedang membersihkan geladak, mengikatkan tali pada sesuatu, ngobrol dan minum kopi dengan sesama.
Sementara tukang-tukang perahu seperti yang kami tumpangi menanti penumpang sambil berbincang dari perahu ke perahu. Ada nelayan yang menepikan perahu di seberang dermaga dekat pemukiman. Orang memancing.
Pokoknya kehidupan di belakang kapal yang bersandar itu cukup sibuk. Sehingga pelayaran 30 menit tak terasa sudah berakhir. Kami kembali ke dermaga Pelabuhan Sunda Kelapa. Destinasi selanjutnya adalah Menara syahbandar dan Museum Bahari.
Gimana? Menarik bukan teman-teman? Yuk kapan-kapan kita nge trip ke objek wisata sejarah Jakarta ini.