Kopi Ulubelu, Wisata Agro Tanggamus Lampung | Di sudut Lapangan Merdeka Kota Agung, dalam gejolak panas siang, dipuncak keriuhan Festival Teluk Semaka, sebuah tenda menghamburkan aroma kopi ke udara. Aroma yang sudah saya akrabi beberapa tahun terakhir untuk banyak alasan.  Penghilang lelah, pengangakat mood, meningkatkan konsentrasi, dan melipur rasa kantuk. Aroma enak yang berasal dari kebun kopi di Lampung Timur.
Manfaat utama kopi bagi saya hanya sampai di sana, semacam doping, bukan gaya hidup. Jadi takan pernah rela membeli kopi seharga Rp.50.000/gelas dan diseruput di tempat indah. Saya juga belum mampu membedakan antara Robusta dan Arabica.
Jangan membedakan rasa membedakan daunnya juga tidak mampu. Malah kadang saya hanya membutuhkan aroma kopi sebagai treatment sakit kepala. Sakit kepala ringan sih. Kalau berat pasti Panadol. Untung akhirnya di ajak main ke Kebun kopi Ulubelu. Jadi tahu juga sedikit mengenai penentuan harga kopi Ulubelu.
Ulubelu Coffee
Aroma kopi yang menggebu di udara siang itu berasal dari tenda  Ulubelu Coffee, sebuah merek yang bermarkas di Bandar Lampung. Tak hanya memberi kopi terbaik untuk Indonesia, mereka juga telah mengekspor ke berbagai negara.
Sementara kopinya sendiri berasal dari kebun-kebun kopi rakyat yang terletak di Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus.
Seperti saya ceritakan dalam Pesona Alam Ulubelu, kawasan ini berhawa sejuk, dikelilingi 3 gunung yakni Gunung Kukusan, Gunung Tanggamus,dan Gunung Kabuwok. Sebuah kondisi ideal bagi pertumbuhan kopi robusta.
Wisata Agro di Kebun Kopi Tanggamus Lampung Timur
Sehari sebelum mencicip Ulubelu Coffee, saya mengunjungi kawasan Ulubelu bersama teman-teman media dan blogger. Sebetulnya tujuan utama ke sini mengeskplorasi keindahan alam Ulubelu dalam Semaka Tour. Namun karena saya sudah lama bermimpi bisa piknik di kebun kopi kesempatan ini tak disia-siakan.
Melihat dari dekat kebun kopi dan berjalan di bawah pohonnya  sambil sesekali mencium aroma khas tanah lembab.  Kembali mengingat mimpi romantis di kebun kopi. Memasang hammock diantra pepohon sambil menghirup kuncup bunga kopi yang sedang mekar.
Sayangnya musim panen kopi di Lampung Timur terjadi sekitar Juni-Agustus. Di bulan November –kedatangan saya– yang terlihat kebanyakan pohon tanpa buah. Bunga terlihat satu-satu. Begitu pun  buah yang masih hijau.
Kebun kopi Lampung Timur ini akan memutih dengan bunga kopi di akhir musim hujan. Sementara November hujan baru dimulai. Tapi tetap saja bersyukur sudah sampai ke tempat ini.
Kebun kopi yang saya telusuri ini terletak di Desa Sukamaju, Ulubelu. Jalan masuk menuju wisata alam Air Terjun Lembah Pelangi. Sambil menunggu teman-teman yang turun ke air terjun saya memanfaatkan waktu melihat keadaan sekeliling. Lalu mengobrol dengan Ketua Pemuda Desa Sukamaju.
Baca juga Cerita Dari Lapau Kopi Simpang Banto Magek
Dari Bapak muda ini saya dapat sedikit gambaran mengenai bisnis kopi di Ulubelu. Bahwa perkebunan kopi Ulubelu mendapat pembinaan dari sebuah perusahaan pemilik merek kopi ternama. Bahan baku kopi mereka juga dipasok dari sini.
Baca juga: Narmada Botanic Garden Wisata Agro Lombok
Harga Kopi Yang Fluktuatif
Bahwa produksi kebun kopi Ulubelu Lampung ini punya jaminan pasar, tidak dengan sendirinya membuat petani dapat harga terbaik. Bisa dimaklumi. Sekalipun Ulubelu berada di pelosok Kabupaten Tanggamus, kopi merupakan komoditas global. Artinya harga Kopi juga terkait dengan gejolak pasar yang berfluktuasi mengikuti hukum permintaan dan penawaran.
Baca juga : Wisata Ulubelu Tanggamus
Saat panen kemarin harga biji kopi kering di tingkat petani hanya berkisar Rp.20.000-Rp 21.000. Untuk waktu yang dibutuhkan dari terbentuknya kuncup bunga sampai siap dipanen adalah 8 – 11 bulan untuk kopi Robusta dan 6 – 8 bulan untuk kopi Arabika.
Berkaca pada harga kopi ulubelu yang fluktuatif ini, saya pikir perlu kesabaran juga dalam bertani kopi. Yang cepat diaminkan oleh Bapak tersebut dengan tertawa.
Baca juga Semaka Tour dan Festival Teluk Semaka 2015
Saya bertanya mengenai alur distribusi kopi dari tingkat petani sampai ke konsumen. Menurutnya biji-biji kopi kering bisa dijual ke warung-warung, ke pasar, ke pengumpul, atau ke koperasi. Berkaca dari bisnis gula aren, saya pikir warung-warung tersebut sebetulnya bertindak sebagai pengumpul.
Setelah kuntitas meningkat akan dijual ke pengumpul lebih besar atau Koperasi. Sayangnya sampai di koperasi Bapak itu sudah tak tahu lagi kopinya di bawa kemana. Apakah di ekspor atau memenuhi pasar lokal. Yang jelas bulan Ramadhan juga adalah bulan dimana harga kopi mengalami penurunan. Itu karena para petani menjual stock kopi kering mereka untuk memenuhi kebutahan bulan puasa dan lebaran.
Menikmati Kopi Hitam Tanggamus
Dari gubuk di kebun, setelah teman-teman naik dari Air Terjun Pelangi, kami dibawa ke rumah Sekretaris Desa untuk menikmati kopi tubruk. Menatap Ibu Kepala Desa menghidangkan kopi hitam pekat saya membayangkan bahwa kopi tersebut datang dari pohon yang ditanam sendiri, petik sendiri, olah sendiri, lalu dinikmati sendiri.
Baca juga Kopi Tubruk Specialty Grade 1
Cita rasa kopi yang mirip rasa coklat, lebih pahit dan sedikit asam itu merupakan puncak dari kerja penuh dedikasi. Saat kami berceloteh kesana-kemari mungkin tak terpikirkan bahwa kopi pada suatu masa pernah jadi pencetus perbudakan dan penaklukan.
Begitu lah kopi. Pesonanya sudah memikat berbagai bangsa menjelajahi negeri-negeri asing dimana kopi tumbuh.
Wisata Agro Lampung ini cukup menarik jika kita berkunjung ke Kabupaten Tanggamus