Pasar Apung Nusantara Malang ~ Jelajah Kuliner Tradisional di Batu Malang
Pasar Apung Nusantara merupakan wahana yang jadi bagian dari Museum Transportasi – Batu Malang. Dibangun dengan pernik tradisional Indonesia untuk menyajikan masakan Nusantara. Lokasinya tepat di depan pintu masuk museum.
Dalam kunjungan sebelumnya ke kota Batu-Malang, kami belum sempat menjambangi Museum Angkut atau disebut juga Museum Transportasi yang terletak di Jalan Terusan Sultan Agung No.2 ini. Kawasan Jawa Timur Park memang membutuhkan waktu berhari-hari untuk diekplorasi. Tak cukup satu atau dua hari. Sementara kunjungan kami di Malang kebanyakan urusan bisnis bukan khusus jalan-jalan. Artinya waktu sangat terbatas untuk menikmati segala wahana wisata yang tersedia.
Baca juga Pasar Terapung Lok Baintan Banjar
Kesan Tentang Pasar Apung Nusantara Malang
Dari membaca sepak terjang tempat ini dari blog dan sosial media, memang layak didatangi. Tak hanya indah juga sarat nilai pendidikan. Menghamparkan sejarah transportasi umat manusia sejak jaman pra sejarah sampai modern seperti sekarang.
Lagi pula bagi saya dan suami pada hari itu, setelah main-main ke Kebun Bunga Selecta, Museum Angkut bisa dijadikan hiburan. Meluruh sedikit galau menghadapi urusan bisnis yang tak kunjung tuntas. Kebetulan dari Selecta ada angkot yang bisa ditumpangi. Sayang banget Jas Hujan Axio tertinggal di hotel. Maka terpaksa menerjang gerimis saat diturunkan di tepi jalan.
Dengan berpayung tangan kami berlari menuju gerbang museum. Sampai di halaman tak tahan untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Antara bahagia dan diliputi rasa malu saat suami menarik tubuh saya untuk melap muka dan leher dengan tissue. Duh saya kok merasa lebih mirip anaknya ketimbang istrinya, ya?
Dan mungkin juga karena sudah pukul satu siang, habis lari, malu dan tertawa terbahak-bahak pula, perut pun terasa mulai bermain orchestra. Untung lah pusat jajan dan belanja di lingkaran Museum Angkut tak jauh dari tempat kami “pacaran” saat itu.
Kami pun kembali berlari. Kali ini menuju gapura Pasar Apung Nusantara Malang yang berbentuk Tongkonan rumah adat Toraja. Hati kian senang kala merasakan sentuhan Indonesia menyergap mata.
Dari kunjungan ke Secret Zoo dan Menggila di BNS beberapa bulan sebelumnya sudah tahu kalau Jatim Park mempunyai konsep wisata yang kuat. Tetap tak menyangka bahwa untuk tempat makan saja mereka memberi sentuhan maksimal. Makin paham deh mengapa wisatawan datang berduyun-duyun ke Batu Malang, Jatim Park khususnya.
Sesungguhnya saya tak berharap menemukan tempat makan seperti di Pasar Apung Nusantara ini. Pikir awalnya adalah paling-paling seperti warung makan di tempat wisata lain, berjejer dengan tenda-tenda dan bangku ditata seadanya.
Ternyata kawasan Pasar Apung memanjakan tamunya dengan lansekap yang sangat photogenic. Ada sungai berair hijau tosca. Di kiri-kanan sungai berdiri beragam kios makanan, souvenir, dan tekstil. Bentuk stand dirancang seolah membawa kita menyelami berbagai keunikan budaya nusantara.
Setelah Toraja di gerbang ada bangunan berukir dari Suku Dayak di Kalimantan, Lombok, Nias, Jawa, Betawi, dan lainnya. Bahkan toilet pun berciri tradisi daerah yang menarik untuk difoto.
Kangen Pada Masa Kecil Anak-Anak
Sungai yang membelah area ini membuat saya kangen pada masa lalu. Pada masa anak-anak masih mau ditenteng ke mana saja. Saya utarakan itu pada suami dan ia pun merasakan hal sama.
Ya jika anak-anak kami masih kecil mereka pasti senang diajak berwisata perahu dan berkeliling area pasar apung seperti dilakukan oleh satu keluarga yang sedang melintas. Dengan harga tiket Rp.10.000/orang, mereka akan hanyut pelan di atas air tenang sambil memanjakan mata. Mengagumi kurang lebih 80 stand makanan dan souvenir di sepanjang tepian sungai.
- Baca juga:
Romansa Kayu Apung: Driftwood - Kuliner Malang: Nasi Buk Madura
- Omah Akas Hotel Syariah Bandar Lampung
- Jelajah Nusantara Bersama Skyscanner
Tapi lamunan saya tak berujung. Waktu hadir untuk bergulir, menyangkutkan kisah apapun jadi kenangan. Kami tidak datang ke tempat ini untuk menangisi bahwa anak-anak sudah besar. Kami datang mencari makan sambil menghibur diri. Jadi Lebih baik mengeksplorasi stand-stand yang dirancang artistic itu satu persatu. Menikmati pemandangan dari deretan sajian berbagai macam kuliner khas nusantara.
“Mau makan, apa?” Tanya suami. Saya tak menjawab karena bingung. Bingung kala berhadapan dengan terlalu banyak pilihan memang salah satu kelemahan saya.
Makan apa di Pasar Apung Nusantara Malang?
Memangnya makanan apa saja yang dijual di Pasar Apung Nusantara sampai saya sebingung itu? Coba saja: Ada Resto Chengho dengan berbagai hidadang Chinese food, ada Nasi Buk Madura, Lalapan Iwak Kali, Sego Tiwul Botok, Soto Betawi, Pangsit Ayam, Bakso Pikul, Bakso Celup, Jajan Pasar, Pawon Kentang, dan Srabi Solo. Ini belum seberapa karena masih ada Es Degan, Roti Bakar, Jagung Serut, dan aneka jus. Belum lagi Ayuk penjual Putu Tegal juga memangil-manggil sejak tadi. Nah gimana gak bingung, coba?
Sebenarnya di tengah perut yang sedang kukuruyuk seperti itu semua makanan pasti enak. Tapi makan bukan hanya soal rasa, bukan? Prinsip utama makanan adalah demi kesejahteraan tubuh. Bukan takdirnya untuk menyengsarakan. Ada dipertimbangkan yang harus dijalankan sebelum memasukan segala sesuatu ke dalam mulut. Baik itu menyangkut kepercayaan, berat badan dan kesehatan.
Dimaklumi saja sebelum menjatuhkan pilihan saya lebih banyak mondar-mandir ketimbang menemukan makanan yang pas. Pak suami pun sampai senewen dan bertanya saya mau makan atau cuma mau keliling-keliling? Dan ia pun pasrah saat saya memilih Nasi Buk Madura.
Pilihan pada Nasi Buk Madura sebetulnya tak ada kaitan dengan faktor-faktor yang disebutkan di atas. Ini lebih kepada memenuhi rasa ingin tahu. Untuk jelasnya apa itu Nasi Buk Madura di klik saja linknya.
Jelajah Kuliner Tradisional Pasar Apung Batu- Malang
Mengingat jam buka museum masih panjang, usai makan kami masih berkeliling, mencari makanan yang unik-unik, dan berleha-leha di tepi sungai. Diantara bejibun makanan unik yang ditawarkan saya memilih yang terbuat dari singkong yakni Getuk dan Tiwul.
Cukup padat memang tapi apa boleh buat karena saya kangen pada rasa tiwul yang rasanya agak aneh itu. Pernah mencicipi di Jelajah Gizi di Gunung Kudul beberapa tahun lalu. Dan alih-alih memperlakukanya sebagai sego(nasi) tiwul modern rupanya lebih enak dinikmati sebagai penganan kecil. Diberi taburan kelapa parut di atasnya.
Agar jelajah kuliner tradisional di Batu, Malang ini rasa Njawani lebih maksimal saya memilih beras kencur untuk menemani.
Baca juga : Hotel Pelangi Malang: Tidur Dalam Nuansa Masa Lalu
Pasar Apung Nusantara Malang buka mulai pukul 12.00 sampai 21.00. Dan tak ada batasan pengunjung harus membeli kalau masuk ke sini, kecuali naik perahu yang dikenakan Rp.10.000/kepala. Dengan kata lain tanpa jajan pun kalau ada yang mau foto-foto cantik di dalam area tak ada yang larang.
Baca juga Goyang Lidah Dengan Kuliner Lokal di Night Market Phnom Penh
Selama berada dalam kawasan Pasar Terapung Batu ini, saya terus menerus bersirobok dengan seorang anak muda. Ia juga dengan cameranya. Akhirnya kami saling tertawa dan duduk bersama menikmati getuk, Tiwul, rujak, dan kue lapis. Banyak yang kami bicarakan. Dari blogging, sosial media, sampai fotografi.
Rasanya jelajah kuliner di Batu Malang ini semakin seru. Lalu obrolan yang akhirnya jadi sebuah penutup yang manis di Pasar Apung Batu siang itu.