Tehe-Tehe Makanan Asli Suku Bajau – Sumber makanan manusia tidak jauh dari tempat tinggalnya dan berhubungan erat dengan kondisi Geografis. Yang tinggal di pegunungan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tumbuh dari tanah. Sementara di pesisir menyesuaikan dengan lingkungan berupa hasil laut. Kemajuan peradaban yakni meningkatnya mobilitas, interaksi sosial,  dan penemuan pasar  menjadikan makanan kita  tidak lagi terdikotomi menurut geografis.Distribusi makanan laut sampai ke pegunungan sehingga bisa dinikmati di bersama pertanian darat. Sementara produksi kebun juga jadi kebutuhan pokok mereka yang tinggal di pesisir.
Beruntung lah kita bahwa perbedaan geografis ini memunculkan  keragaman makanan. Dari kenekaan timbul satu-satu yang unik. Terutama lewat sudut pandang seseorang pendatang baru di suatu daerah. Seperti saya yang berasal dari Sumatera Barat keheranan melihat Tehe-Tehe, makanan tradisional suku Bajau,  penduduk asli Pulau Derawan.
Keheranan itu bermula di malam pertama. Usai menikmati makan malam yang memuaskan –habis dengan lobster —, Mas Daniel dari Indonesia Paradise membawa sebuah baki  ke meja kami. Di dalamnya berisi semacam kerang bercangkang bulat dengan urat artistik mengelilinginya. Menurut Mas Daniel ia sudah berkali-kali datang ke Derawan dan berkali-kali pula memesan makanan –yang kemudian disebut Tehe-Tehe ini — tapi baru sekarang terkabulkan. Sontak dong kalimat pembuka itu itu  memecut rasa ingin tahu semua peserta Meet and Trip Derawan fisheries 05.
- Baca di sini : Permata Biru Maratua
Mencoba Tehe-Tehe Makanan Asli Suku Bajau
Nah saat baki tersebut diletakkan ke atas meja teman-teman mulai mengambil satu persatu termasuk saya. Dengan menggenggam dan merasakan permukaannya yang kesat pada telapak tangan, insting pertama saya bekerja  kemudian adalah menciumnya.  Eh ini seafood bukan ya? Kok baunya manis cenderung gurih seperti kue yang terbuat dari ketan, santan dan gula?
Dan benar ternyata Nasi Tehe-Tehe ini adalah semacam ketupat ketan. Bila cangkang ketupat umumnya berasal dari janur (daun kelapa muda), nah ketupat Derawan ini cangkangnya dari hewan moluska berduri yaitu bulu babi bersungut pendek. Mereka hidup di laut dangkal Derawan. Karena itu Tehe-Tehe dikenal juga sebagai landak laut yang hidup di sekitar batu karang. Dan lokasi pencarian biasanya tidak jauh dari pantai dan dicari  beramai-ramai kala hari petang. Harus hati-hati  sangat karena tidak menggunakan sandal sementara duri bulu babi sangat tajam.
Bagi Suku Bajau hidangan tehe-tehe biasanya disuguhkan untuk menyambut tamu istimewa.
Beruntungnya malam itu ada ibu Rosanah, warga Bajau asli, penduduk Derawan. Ibu inilah yang banyak memberi tahu saya mengenai kuliner Tehe-Tehe yang unik ini.
Baca juga:
- Â Kuliner Malang: Nasi Buk Madura
- Kuliner Unik Minangkabau: Samba Lado Pado
- Eksplorasi Kuliner Kandangan
Cara Membuat Nasi Tehe-Tehe Makanan Asli Suku Bajau
Ada beberapa cara dalam pengolahan Nasi Tehe- Tehe. Di beberapa tempat bulu babi yang baru diangkat dari laut perlu direbus terlebih dahulu agar mudah membuang durinya. Di tempat lain langsung dibuang dengan cara dikikis menggunakan sendok, menggesekkan kedua cangkang atau digosokkan ke atas permukaan batu kasar. Setelah terbebas duri baru lah isi tehe-tehe dibuang  melalui pencukilan dari mulutnya. Isinya berupa daging dan  ampas rumput laut di buang. Kalau mau daging yang melekat bisa dibiarkan untuk memberi rasa seafood pada ketan. Cuci bersih agar tidak tertinggal bau amis.
Rendam beras ketan, kukus kelapa tua untuk dibuat santan. Beberapa daun pandan dan sedikit garam.
Masak beras ketan setengah matang dan beri sedikit garam. Setelah dingin masukkan ke dalam cangkang tehe tehe. Jangan sampai penuh tapi cukup separuhnya saja. Setelah itu tutup lubang cangkang dengan daun pandan yang disilangkan atau seperti dianyam. Fungsi daun pandan ini selain mencegah beras tumpah saat dimasak juga untuk memberi aroma.
Didihkan santan secukupnya atau sampai seluruh tehe-tehe tenggelam. Rebus kurang lebih setengah jam atau sampai beras ketan di dalam tanak. Nah teteh yang sudah matang ini sekarang disebut doko-doko. Dan tehe-tehe makanan asli Suku Bajau sudah siap disantap. Malam itu kami menikmati tehe-tehe bersama kima-kima (kerang besar) masak kecap dan sate Kulabutan (cumi besar) serta masakan ikan lainnya.
Ada jejak seafood dalam ketan yang dimasak dalam cangkang bulu babi ini, beradu dengan rasa gurih dari santan. Rasanya jadi bijak. Suku Bajau di tempat lain bahkan memasukkan potongan cumi atau ikan lain ke dalam nasi tehe tehe ini. Setelah itu baru dinikmati dengan berbagai hidangan laut seperti ikan goreng.
Tehe-tehe makanan asli Suku Bajau, anyone?