Cerita saya tentang makam bersejarah berlanjut. Kali ini makam Peninggalan Kesultanan Banjar di Banjarmasin yaitu kompleks makam Sultan Suriansyah. Raja Banjar pertama dan pembesar negeri pertama memeluk agama Islam di Kerajaan Banjar. Relik yang banyak menyimpan budaya, tradisi, dan cerita masa lalu dari kerajaan yang pernah jadi bandar perdagangan besar dengan komoditas utamanya terdiri dari lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang. Dalam komplek makam juga terdapat pusara Khatib Dayan, penghulu Islam pertama di Tanah Banjar.
Lokasi Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin atau Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya saat ini terletak memanjang di sepanjang provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Indonesia.
Kerajaan Banjar berdiri pada abad ke-16 hingga abad ke-20, lebih tepatnya dari tahun 1520 hingga 1905. Pada abad ke-19 , wiilayah Banjar sudah lebih luas, terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru dengan pusat di Martapura.
Namun pada tahun 1905 kekuasaan Kerajaan Banjar berakhir Sultan Muhammad Seman, Sultan Banjar terakhir dikalahkan oleh Belanda. Praktis sejak itu seluruh wilayah Kerajaan banjar jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar pun runtuh.
Sultan Suriansyah, Pendiri Banjar
Sultan Suriansyah (1520-1545 M) adalah pendiri Kerajaan Banjar, memerintah tahun 1500-1540. Dalam sejajarah ia juga tercatat sebagai raja pertama yang memeluk agama Islam.
Tahun naik tahta Sultan Suriansyah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Banjarmasin.
Sebelum masuk ke kompleks makamnya, Sultan Suriansyah di benak saya hanya bayang-bayang kelabu. Pernah membaca tapi tidak ingat detailnya. Malah pernah tertukar dengan Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Padahal tidak ada hubungannya dan jarak hidup mereka juga jauh berbeda. Tapi ya begitulah blogger alay yang mengaku penyuka wisata sejarah, kenyataan pengetahuan sejarahnya minim sekali.
Baca juga : Kompleks Makam Raja Gowa, Memberi Salam Kepada Sultan Hasanudin
Deskripsi Bangunan Kompleks Makam Sultan Suriansyah
Maka dengan kepala kosong saya memasuki lokasi makam keluarga kesultanan yang terletak di tepi Sungai Kuin itu. Untung lah dari luar pagar sudah terpikat akan bentuk bangunannya yang khas Banjar. Kalau tidak membaca papan nama di tepi jalan saya tidak akan tahu bahwa di bawah atap dengan ukiran itu adalah komplek pemakaman.
Di sebelah kanan pintu masuk mobil ada gerbang kayu yang diberi lis kuning. Para penjual bunga bergerombol di kiri-kanannya. Barisan payung berhias rangkaian bunga terkembang di depan mereka.
Baca juga Makam Keramat di Pulau Angso Duo
Entah, mungkin ini cara display mereka untuk menarik hati pengunjung yang jelas pemandangan jadi unik. Awalnya mereka memanggil-manggil agar kami membawa bunga sebelum masuk lokasi makam . Tapi begitu melihat teman-teman memeganga kamera mereka langsung tahu bahwa ini rombongan turis, sambutannya langsung adem.
Di belakang pintu gerbang, di bawah tajuk rimbun pepohonan berdiri Museum Makam Sultan Suriansyah.
Lokasi makam ini dipercaya juga sebagai bekas istana kerajaan Daha. Sempat menghilang selama dua setengah abad sampai ditemukan kembali oleh seorang ulama Makkah bernama Abu Bakar Al Musawwa yang hanya berupa gundukan tanah. Tahun 1957 dibangun kembali dengan biaya swadaya masyarakat. Mengingat peran pentingnya sebagai situs sejarah, tahun 1983 dipugar seperti sekarang dengan bantuan pemerintah.
Bentuk makam berupa teras terbuka yang memanjang, beratap genteng dan berlantai ubin merah. Paling ujung terletak Makam Sultan Suriansyah bersama permai surinya. Tepat di tengah terdapat sumur tua yang dulu pernah digunakan Sultan mengambil air wudhu.
Minta Izin Mengambil Foto-Foto Kompleks Makam Sultan Suriansyah
Seperti Komplek Makam Kesultanan Bima, Kompleks Makam Raja-Raja Gowa dan Sunan Muria, komplek makam Sultan Suriansyah juga sudah tertata.
Dua orang petugas duduk berbaris di atas tikar sesuai tugas masing-masing. Saya lihat ada beberapa orang yang sedang berkonsultasi. Tak lama tangan si Bapak menepuk-nepuk kepala mereka . Laku ini disebut di Tapung Tawar yakni memberi berkat kepada yang membutuhkan. Setelah selesai mereka meletakan uang ke atas dulang yang terletak di sebelah kanan yang besarannya tidak ditentukan. Serelanya.
Setelah bincang-bincang sejenak dan bersedekah sekdarnya, saya minta ijin kepada Bapak yang duduk dekat sumur keramat untuk mengambil foto-foto makam Sultan Suriansyah.Saya menunggu sejenak agar tidak mengganggu beberapa orang peziarah yang sedang khusuk berdoa. Dan bukan gaya saya untuk menarik perhatian karena di tempat sehening ini bunyi shutter camera sering memalukan.
Baca juga : Makam Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat
Makam Khatib Dayan
Setelah mengambil foto makam sultan, saya bergeser arah tempat masuk lagi, mengamati satu persatu makam para kerabat dan orang kepercayaan Sultan semasa hidupnya.
Dalam komplek ini terdapat juga makam guru Sultan Suriansyah yaitu Khatib Dayan, bernama asli Sayyid Abdurrahman. Guru agama yang berasal dari dari Demak ini lah yang mengislamkan Sultan dan jadi pembimbing spititualnya.
Tapi bukan hanya Kesultanan Banjar, Khatib Dayan, dibantu muridnya, Haji Batu ( Syekh Ambul Malik ) juga mengislamkan penduduk di lingkungan kerajaan dan jadi penyiar Islam terkenal di wilayah Kesultanan Banjar.
Ada pula makam Patih Kuin. Kepala kampung kuin, pernah memelihara Sultan Suriansyah masa kanak-kanak . Sementara Patih Masih atau Kyai Masih juga salah seorang bekas kepala kampung kuin yang dihormati. Beliau terkenal sebagai kiai yang sangat bijaksana. Kemudian berderat para hulubalang dan seseorang bernama Haji Sa’anah.
Yang istimewa memang makam Sultan Suriansyah. Disusul anak dan cucu beliau yakni Sultan Ramatullah dan Sultan Hidayatullah. Masing-masing diberi cungkup kayu berukir berwarna hijau daun dan kuning. Itu adalah simbol kebangsawanan melayu.
Baca juga : Komplek Pemakaman Kesultanan Bima Dana Traha
Sumur Keramat Peninggalan Kesultanan Banjar
Usai mengambil foto saya kembali ke tengah dan duduk di dekat sumur. Bapak penjaganya dengan senang hati memenuhi permintaan saya bercerita tentang legenda sumur yang terdapat di Kalimantan Selatan itu.
Bahwa sumur keramat itu setua kerajaan Banjar. Disebut sumur gaib karena banyak yang percaya jika meminum airnya beberapa kehendak Insya Allah terkabul.
Dan di sini lah tapak kaki paling jelas dari Sultan Suriansyah karena pernah digunakan untuk mengambil wudhu. Saya melongok ke dalam, melewati pandang dari lembar kayu penutupnya. Sepertinya dalam dan tidak terlihat permukaan karena tertutup bayang-bayang lembar papan.
Baca juga : Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Tertua di Pontianak
Menurut si bapak tutup itu berguna untuk mencegah kotoran sebab ada saja peziarah melemparkan benda-benda tertentu seperti bunga ke dalam. Padahal air sumur akan diminum oleh para peziarah lain .
Saya juga menemukan beberapa kuntum bunga di mulut sumur. Bapak tersebut menolak bunga itu saya sebut sebagai sesajian. Saya minta maaf dan tidak berani bertanya lebih lanjut kalau bukan sesajian lantas disebut apa?
Museum di Komplek Makam Sultan Suriansyah
Di halaman sebelah kanan berdiri bangunan sederhana dari kayu. Di pintu tertulis Museum Makam Sultan Suriansyah.
Museum sederhana. Berisi koleksi benda-benda yang berhubungan dengan peninggalan Kesultanan Banjar. Seperti keramik tua, foto-foto, baju adat, dan silsilah raja-raja Banjar.
Dan yah tempat ini tidak begitu terawat. Setidaknya selain debu, sarang laba-laba tebal bergayur di atas pafonnya.
Begitu lah sedikit cerita dari Kompleks Makam Sultan Suriansyah dengan benda-benda peninggalan kerajaan Banjar yang sudah tidak seberapa. Tapi itu sudah cukup membuat saya berterima kasih telah mampir ke tempat ini.