Cadi Gedong Songo Semarang – Para penikmat sejarah tidak akan pernah mati gaya bila jalan-jalan ke Jawa Tengah. Kebudayaan Hindu yang pernah mencapai zaman keemasan di sana meninggalkan banyak jejak  yang masih terawat sampai sekarang. Jateng bisa disebut sebagai negeri seribu candi. Salah satunya  terletak di Kabupaten Semarang ini. Kompleks peninggalan kerajaan Mataram Kuno, bekas tempat peribadatan agama Hindu dan Budha ini terletak di Desa Candi,  Kecamatan Bandungan. – Wisata -Sejarah – Legenda
Candi Gedong Songo Semarang berdiri dan tersebar  di lereng gunung Ungaran. Nama Gedong Songo sendiri berasal dari bahasa Jawa. Gedong artinya bangunan atau rumah dan Songo berarti sembilan. Jadi Gedong Songo berarti 9 buah gedung atau bangunan.
Agak sayang sedikit bahwa wujud kesembilan candi tersebut sudah tidak utuh. Yang utuh  hanya Candi Gedong 1 – 5. Sementara yang lain sudah tidak jelas bentuknya, hanya berupa tumpukan batu.Tapi tetap saja wisata candi di Semarang memesona.
- Baca juga di sini :Â Pantai Air Manis Padang dan Batu Malin Kundang
Sebetulnya jalan-jalan ke Semarang sudah merencanakan akan mengunjungi tempat bersejarah yang dibangun pada abad ke-9 masehi ini. Namun ada saja halangan untuk segera menjejakan kaki di peninggalan kerajaan Hindu-Budha ini. Padahal sudah bolak-balik ke Ambarawa dan bahkan sudah dua kali ke Rawa Pening.
Padahal lokasi tidak terlalu jauh jika pun harus sekalian singgah. Tapi relasi saya dan candi ini  seperti pertalian jodoh,  datang pada momentum yang tepat, dan indah pada waktunya. Nah momentum piknik ke Candi Gedong Songo Semarang akhirnya tiba juga usai libur lebaran kemarin.
Wisata Candi Gedong Songo Semarang
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=8bwMWoMoxZs[/embedyt]
Lihat video menikmati Candi Gedong Songo dari atas kuda
Cara terbaik wisata candi di lereng Gunung Ungaran ini adalah berjalan kaki. Namun anak saya yang sudah berwisata ke sana terlebih dahulu memperingatkan bahwa jalur trekking jalan kaki cukup menguras tenaga. Sekalipun tersedia beberapa Gazebo untuk beristirahat, ia tahu perangai mamanya.
Melihat bentangan luas seperti itu pasti tak terhindarkan untuk mengeluh. Jadi ketimbang merusak mood orang sepanjang perjalanan ia menyarankan naik kuda saja.
Memang agar dapat berkeliling komplek Candi Gedong Songo Semarang, menelisik candi satu persatu., lebih baik naik kuda. Jalur turun naik dan berkelok-kelok. Turis manja perlu bantuan transportasi.
Ingat ya kita sedang menyisir punggung Gunung Ungaran lho. Tak semua orang punya cadangan tenaga berlebih. Apa lagi yang sudah berumur :).
Alhamdulillah  itu pulalah yang terpikir oleh pengelola candi  yang pernah dilupakan selama beberapa abad ini. Keputusan menyediakan transportasi kuda sangat baik. Toh kuda-kuda tersebut juga dikawal pemiliknya. Takan nyasar yang bisa merusak kawasan candi.
Tarif  Masuk Candi Gedong Songo dan Angkutan Kuda
Tiket masuk untuk ke Candi Gedong Songo ini ternyata cukup terjangkau. Rp 6.000 saat week day dan 7500 weekend. Untuk turis mancanegara lebih mahal 3 kalinya. Parkir mobil pun sekitar 5 ribu dan bila hendak berendam air hangat tarifnya cukup. 5000.
Harga untuk naik kuda tergantung panjang trek yang akan kita ikuti. Â Terdiri Kalau hanya menyisir sekitar Desa Rp. 30.000. Merapat ke semua Candi tanpa ke air panas Rp60.000 per orang. Tapi karena sudah di sana kan sayang kalau tidak melihat semua dari dekat. Maka kami memutuskan mengambil paket lengkap biaya Rp80.000 per orang. Tapi itu untuk kuda kecil dengan berat penumpang di bawah 70 kg. Melewati 70 kg sampai 100 kg tersedia kuda lebih besar dengan biaya Rp100.000 per orang. Fair juga kan? Jangan sampai yang berat badan berlebih naik kuda kecil, akan membuat sengsara kudanya.
Sekalipun tidak merasa ahli naik kuda jangan kuatir. Kuda-kuda tersebut akan dituntun oleh petugas khusus. Yang perlu disingkirkan hanya rasa kuatir atau  takut jatuh. Sebab rasa seperti itu akan mempengaruhi mood perjalanan. Seperti suami saya yang pada awalnya merasa takut apalagi saat kudanya turun atau naik, saya yang berada dibelakang jadi ikutan ketar-ketir.
Tapi setelah beberapa saat, setelah tubuh membiasakan diri mengikuti irama langkah kudah, keseimbangan jadi milik kita. Nah dengan duduk anteng di atas punggung kuda saya pun akhirnya mengendalikan kuda sendirian. Tidak kuatir karena kudanya sudah terlatih ditambah lagi pamongnya tetap mengikuti dari belakang.
Menikmati panorama Komplek Candi Gedong Songo
Komplek Candi Gedong Songo sudah terkelola sangat baik. Yang kita dapat bukan hanya atmosfir sejarah tapi juga panoramanya. Sepanjang trek yang membawa  dari satu Candi ke Candi berikutnya kita akan melewati kebun-kebun bunga mawar dan sayur. Dikelompokan secara apik.
Dari bapak yang menuntun kuda saya dapat banyak cerita. Ia mengatakan bahwa kawasan candi  Gedong Songo merupakan daerah penghasil sayuran yang diedarkan ke kota Semarang dan sekitarnya. Begitupun bunga-bunga yang tertanam di sini memasok kebutuhan bunga Pasar Kembang Bandungan. Bermodalkan fakta ini bagi mereka yang senang foto-foto cantik atau menggunakannya untuk kebutuhan khusus seperti pre-wedding tempat ini cocok.
Sejarah Candi Gedong Songo
Sambil menyisir hutan pinus, saya membayangkan sejarah. Kehidupan abad lalu yang pernah berlangsung di sini.
Melihat lokasi candi yang tersebar dan dibayangi oleh pegunungan di kejauhan, mustinya  dulu juga berfungsi sebagai perkampungan kuno. Bahwa mereka memilih ketinggian dalam membangun tempat ibadah tentu berhubungan dengan kepercayaan Hindu. Semakin tinggi suatu tempat  semakin suci. Karena disanalah para Dewa dan Dewi bersemayam.
Tapi kalau pun memang ada kehidupan tersebut tidak banyak informasi yang tersedia. Paling-paling hanya mengenai fakta sejarahnya setelah Belanda masuk Nusantara. Bahwa Gedong Songo ini ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804. Peninggalan kerajaan Hindu zaman Wangsa Sailendra abad ke-9 atau  927 Masehi. Dibangun oleh Putra Sanjaya seorang raja Mataram kuno pada sekitar abad 7 masehi.
Klaim peninggalan kebudayaan Hindu berdasar pada beberapa patung dewa yang terdapat di dalam candi. Ada Dewa  Siwa Mahaguru, Siwa Maha Kala,  Siwa Mahadewa, Durga mahesasuramardhini dan Ganesha.
Lereng Gunung Ungararan memang cocok untuk mendukung kehidupan. Tempatnya subur sampai sekarang. Selain perkebunan sayur dan bunga banyak jenis tanaman liar hidup secara harmonis guna memperindah area. Saat saya berkuda,  di udara melintas bayang-bayang beberapa  ekor burung di latar belakang langit biru dan awan putih.
Menapak ke Candi Gedong 5
Destinasi pertama saya wisata candi gedong songo adalah Candi Gedong lima. Merupakan candi utama. Mirip candi Arjuna di Dieng. Dikelilingi  beberapa runtuhan candi di sekitarnya. Diperkirakan candi yang sudah berupa tumpukan batu tersebut sebagai Candi Perwara. Pada dinding terdapat relung yang berisi Arca Ganesha dengan posisi duduk bersila. Setelahnya baru Candi Gedong 4 dan 3. Bentuk bangunan candi hampir sama semua.
Candi Gedong V dan selfie…
Sumber Panas Bumi
Wisata sejarah Candi Gedong Songo bisa dilengkapi dengan wisata alam.
Di antara lokasi Candi Gedong 3 dan Candi Gedong 4 terdapat sebuah pemandian air panas. Tapi saya tidak datang ke sana karena hari sudah petang. Tapi mungkin juga saya mulai lelah karena sudah berangkat dari Serpong sejak subuh. Sementara  kepunden yang terdengar meraung-raung dari kejauhan memang tidak bisa diabaikan. Apa lagi lubangnya menyemburkan asap dan bau belerang berhamburan di udara. Jadi ingat perjalanan ke Ulu Belu Lampung, trekking ke sumber air panas juga.
Walau sejujurnya sedikit ragu mendekati lubang tempat keluarnya panas bumi tersebut. Terletak di ceruk perbukitan. Bunyinya mendengus-dengur seperti ada seekor naga yang sedang pilik di dalam.
Tapi rupanya di sini pula spot foto ciamik yang digunakan oleh wisatawan. Dengan bebatuan lebih kuno dari candinya sendiri dan diserta kabut pula sebagai latar belakang, siapa juga yang akan melewatkan ya?
 Maka saya pun beringsut mendekat. Dengusnya semakin keras menimbulkan perasaan ngeri. Sekalipun tidak ada peringatan tertulis teman-teman jangan pernah mencoba melongok ke permukaan nya ya. Karena tubuh akan langsung dihantam oleh uap yang sangat panas.
Saya prihatin melihat seorang bocah iseng yang mencoba mengintip ke dalam lubang uap di Candi Gedong Songo Semarang ini dan langsung terpekik. Untung ia tidak cidera.
Legenda Candi Gedong Songo
Sebagai bagian dari kebudayaan Jawa kuno, Candi Gedong Songo Semarang juga tidak terlepas dari cerita mistis, kisah misteri dan legenda.
Candi gedong songo tercatat dalam cerita rakyat setempat dalam menggambarkan kesakralan gunung Ungaran. Gunung ini dipercaya sebagai gundukan tanah yang digunakan Hanoman untuk mengubur Dasamuka hidup-hidup. Panglima Pasukan Kera membantu Rama melawan Dasamuka saat terjadi perang besar memperebutkan Dewi Sinta.
Cerita legenga Candi Gedong Songo terkait dengan epik Ramayana.
Yang tahu cerita pewayangan Ramayana tentu familiar tentang penculika Dewi Sinta dari Rama sang suaminya. Peristiwa yang memicu perang besar antara Dasamuka dengan tentara raksasanya melawan Pandawa. Nah pasukan Rama juga dibantu oleh pasukan kera pimpinan Hanoman.
Baca juga  Legenda Ikan Sakti Sungai Janiah
Dasamuka yang sakti mandraguna tidak bisa tewas begitu saja di tangan Rama. Walau sudah berkali-kali kena rajam senjata Rama. Hanoman datang membantu dengan mengangkat sebuah gunung dan menimbun Dasamuka hidup-hidup.
Sebagian orang masih percaya bahwa sampai saat ini pun Dasamuka masih hidup. Ia masih mengeluarkan rintihan bahkan teriakan dari bawah gunung Ungaran. Suara rintihan terdengar lewat sumber air panas yang mengandung belerang.
Oh ya menurut yang saya baca sumber panas bumi yang terdapat di Kompleks Candi Gedong Semarang ini akan dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi. Tapi rupanya ada beberapa kendala untuk mewujudkan proyek tersebut. Kalau teman-teman tertarik mengetahui permasalahanya silahkan di Googling dengan kata kunci sumber panas Candi Gedong Songo.