Batu Hijau Boot Camp: Ke Jogjakarta Untuk Menginspirasi – Jogjakarta dan saya seperti dua sahabat lama. Sama-sama  tua namun seksi (ngakak sampai terjungkal). Layaknya hubungan sahabat kami saling mencintai. Menerima kekurangan dan kelebihan tanpa saling mencela. Terakhir mengunjungi sahabat ini sekitar 3 bulan yang lalu. Sayangnya kunjungannya singkat sehingga banyak yang belum saya sentuh dari kecantikannya. Makanya girang bukan kepalang saat kembali mendapat undangan dari Newmont Nusa Tenggara untuk mengikuti Batu Hijau Bootcamp dalam tema Perjalanan Dari Timur ke Barat. Mengusung misi pendidikan dan lingkungan hidup melalui aktivitas sosial. Dilakukan para alumni Newmont Bootcamp yang dimulai dari Sumbawa, lanjut ke Mataram  – Lombok, terus  ke Surabaya , merapat ke Jogjakarta dan berakhir di Jakarta. Saya mendapat bagian memulai perjalanan tersbut dari  Yogyakarta.
Batu Hijau Boot Camp: Ke Jogjakarta Untuk Menginspirasi- Mengunjungi Batik Sogan Rejodani
 Batu Hijau Boot Camp: Ke Jogjakarta Untuk Menginspirasi ini, sama seperti program yang sudah-sudah, sarat muatan edukasinya. Kegiatan dipusatkan untuk aksi sosial dalam bentuk kelas inspirasi: Intinya menyebarkan semangat  dan energi positif sebagai anggota masyarakat. Kami saling berbagi cerita profesi masing-masing. Tempatnya selain sekolah-sekolah juga tempat produksi usaha kecil. Nah dalam aksi sosial pertama di Jogjakarta kami dibawa  mengunjungi Batik Sogan Rejodani yang terletak di Jalan Tentara Pelajar. Untuk belajar, memahami, dan berbagi cerita masing-masing
Seperti teman-teman tahu bahwa Batik Sogan merupakan salah satu jenis batik klasik  yang didominasi warna gelap seperti hitam dan coklat. Disebut  batik sogan karena proses pewarnaan kain awalnya menggunakan pewarna dari pohon  Soga (Peltophorum pterocarpum).  Sementara Batik Sogan Rejodani yang kami kunjungi merupakan nama dari produsen batik tulis, batik cap, disamping memproduksi batik sogan juga batik-batik berwarna cerah. Rumah produksi  yang berlokasi di dusun Rejodani-Sleman ini sudah berdiri sejak tahun 2001,  saat ini mempunyai  50 tenaga kerja di bagian produksi.
Lantas ngapain sata Batu Hijau Boot Camp di sini?
Melihat-lihat tempat produksi. Melihat bagaimana karyawan mereka yang tiga puluh persen penyandang disabilitas menghasilkan karya busana. Di mulai dari pembuatan pola, pemotongan, penjahitan sampai menseterika produk  yang sudah jadi. Karena sebagian besar produk dijual secara online, di rak kami  juga  melihat susunan barang-barang yang siap dikirim ke pelanggan. Dari sana terlihat bahwa pelanggan Batik Sogan Rejodani ini ternyata banyak. Pantas memang selain menerima order batik regular, mereka juga menerima pesanan khusus.
- Baca juga di sini :Â Lansia, Limbah dan Kemanfaatannya dalam Kehidupan
Untuk pelanggan yang datang langsung ke workshop, Batik Sogan Rejodani juga menyediakan galeri. Sayang saat kami datang galeri sedang dalam masa renovasi. Tapi beberapa produk bisa dilihat di tempat penjahitan. Di sana saya bertemu Batik Berzikir. Batik Berzikir, apa pula itu? Ini adalah batik yang dikerjakan mulai dari desain motif, pewarnaan sampai finishing dilakukan dengan berzikir. Terbayangkan bagaimana batik tersebut diperlakukan? Jadi untuk pemakainya nanti, itu tidak sekedar sepotong batik dengan desain unik tapi penuh dengan energi relijius. Insya Allah vibrasi relijius yang melekat di kain tersebut melekat pula pada pemakainya.
Batu Hijau Boot Camp Membatik dan Melihat Tempat Produksi
Di Batik Sogan Rejodani kita juga bisa belajar membatik lho. Bagian ke dua dari bangunan  warkshop mereka yang terletak saling berhadapan memang menyediakan tempat seperti itu bagi pengunjungnya. Saya juga menboca mengoleskan malam ke kain yang sudah digambar. Yah butuh kesabaran tingkat dewa  serta motorik halus yang baik agar malam tidak meleber kemana-mana. Dan sepertinya motorik dan kesabaran saya tidak bisa didedikan untuk membatik. Sebentar saja sudah menyerah.
Membangkitkan Minat Baca anak di rumah Belajar Kreatif Kaki Gunung Merapi (Kagem) Yogyakarta.
Anak-anak adalah bibit bangsa. Bagaimana nasib bangsa ini kelak tergantung bagaimana pendidikan yang diterima sejak dini. Pendidikan lewat lembaga resmi seperti sekolah,  lembaga non formal, masyarakat, dan keluarga akan membentuk jati diri mereka. Maka alangkah baiknya jika segenap lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Tak harus semua jadi “guru” karena pendidikan tak harus  pula berlangsung dari atas ke bawah. Membantu membangkitkan imajinasi dan memperlihatkan  bahwa dunia ini dipenuhi oleh berbagai “kemungkinan” sangat perlu diketahui anak-anak.
Maka usai makan siang sampai lah Batu Hijau Boot Camp di  di Jalan Kaliurang km. 10, Jetis Baran, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sudah menyambut anggota Rumah Belajar Kreatif Kaki Gunung Merapi (KAGEM) yang  diinisiator oleh  seorang ibu rumah tangga bernama Susi Farid atau disapa Bu Ayik. Rupanya mereka masih asyik dengan peringatan tujuh belasan. Anak-anak bersama kakak-kakak pembina mereka sedang asyik dengan beberapa pertandingan. Bendera hias merah putih yang melintang di atas membuat area bermain kian semarak.
Rumah belajar kreatif kaki gunung Merapi Kagem Jogjakarta ini adalah lembaga non profit yang bergerak di kegiatan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
Rumah Belajar Kreatif Kagem yang saya jumpai ini tidak diwakili oleh sebuah gedung atau bangunan. Mereka beraktivitas di lahan terbuka dengan beberapa gazebo di tiap sudut. Di sana ada perpustakaan, bale kreativitas dan diskusi. Bahwa tempat ini sebegai rumah belajar kreatif makin terlihat dari hasil karya anak-anak yang dipajang di gazebo.
Teman-teman Batu Hijau Bootcamp langsung berbaur. Teman kami, Mas Aan Widhi dari Sumbawa langsung turun memimpin acara. Pengalamannya sebagai motivator di tanah Sumbawa membuat acara siang itu benar benar meriah. Kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Dan di tiap kelompok kami memperkenalkan diri dan saling berbagi cerita tentang profesi masing. Selain memperkenalkan profesi masing-masing kami juga menggali cerita-cerita dari mereka. Dan seperti anak-anak di manapun di dunia, seperti kertas putih yang siap ditulisi oleh lingkungan sekitarnya. Dan mereka tidak malu-malu. Berani mengungkapkan cita-cita, berani berpendapat, dan jika terus dikawal sepantasnya mereka adalah pembuat impian itu akan jadi kenyataan.
Belajar dan Tertawa Bersama
Belajar sambil bermain memang diterapkan di Rumbel Kreatif Kagem. Wajar saja jika langit Kagem langsung pecah oleh gelak tawa saat permainan bersama dimulai. Permainan yang aneh. Seperti menghitung mundur atau mengikuti perintah secara terbalik. Jika perintahnya maju maka kamu harus mundur dan ketika perintahnya ke kiri maka kamu harus ke kanan. Tentu saja otak yang terbiasa mengikuti perintah “benar” jadi kalang kabut. Dan makin banyak kesalahan makin meriah acaranya.
Batu Hijau Boot Camp yang datang ke Rumah Belajar Kreatif sebetulnya tak sekedar berbagi cerita dan bermain bersama. Kedatangan ini juga membawa misi mendorong minat baca anak. Siapapun mengerti, di tengah kemajuan zaman, sangat perlu membuka wawasan generasi muda seluas-luasnya. Jadi komunitas Batu Hijau Boot Camp dalam acara ini juga memberikan buku bacaan dan alat-alat belajar yang dibutuhkan oleh anak-anak Kagem.
Memang begitulah, sejak pertama diluncurkan pada tahun 2011 program Batu Hijau Boot Camp telah memberangkatkan peserta ke Tambang Batu Hijau dengan beragam usia, profesi, dan asal daerah. Mereka yang pernah tinggal beberapa hari di Town Site dan melihat aktivitas pertambangan yang dilakukan akan senang hati berbagi cerita. Selalu turut dalam berbagai aksi sosial, menginspirasi dan berbagi kisah dan pengalaman kepada lingkungan sekitar.
Demikian sedikit cerita Batu Hijau Boot Camp dari Yogyakarta. Program selanjutnya berlanjut di Jakarta. Namun sayang karena saya harus traveling ke tempat lain, aktivitas Batu Hijau Bootcamp hanya bisa diikut satu hari di Yogyakarta.