Wisata Malam Jakarta sebuah alternatif menyelami ibu kota. Dalam kesehariannya kota ini sudah mendapat brand sebagai kota macet, banjir, pusat demo, dan heboh seluruh ke Indonesia menjelang Pilkada. Kadang itu yang membuat malas eksplorasi wisatanya.
Jakarta memang kota yang kompleks. Dan di sisi lain kita juga perlu bersyukur, berkat kekomplekannya itu Jakarta punya daya tarik sendiri. Wisata macet mungkin “keterlaluan”. Tapi bagaimana jika sesekali melihat Jakarta di malam hari? Pasti unik.
Ini pula yang jadi latar belang mengapa Indonesia Corners membuat trip Wisata Malam Jakarta bersama teman-teman travel blogger 24 Oktober kemarin. Kami ingin menyelami Jakarta lebih dalam. Kami ingin memandang Jakarta dari mata wisatawan. Kami ingin melihat Jakarta malam hari dari Monas.
Harapannya adalah Jakarta semakin diminati sebagai destinasi wisata. Bukan sekadar tempat persinggahan bagi wisatawan yang ingin menjelajahi Indonesia tapi memang sebagai tempat wisata di Jakarta. Maka ide Wisata Malam atau Jakarta Night Journey pun meluncur. Dapat restu pula dari Dinas Pariwisata Jakarta dengan hastag #EnjoyJakNight di sosial media.
Balai Kota Destinasi Pertama Wisata Malam Jakarta Bersama Indonesia Corners
Pada hari dan jam yang telah ditentukan semua teman-teman travel blogger dari Indonesia Corners sudah berkumpul di Balai Kota. Iya perjalanan Jakarta Night Journey (JnJ) atau wisata malam Jakarta hari itu dimulai dari sana.
Usai mendapat briefing dari Tim Indonesia Corners seluruh peserta langsung dibawa melihat-lihat isi dari gedung yang juga berfungsi sebagai Kantor Gubernur DKI.
Duh Mbak Evi ini langsung saja senang karena seumur-umur baru pertama kali menginjak kaki di Balai kota. Sayang aja saat itu Sabtu, ruang kantor Gubernur tutup, jadi gak bisa melongok ke dalamnya deh.
Ruang pertama yang kami sambangi adalah Jakarta Smart City. Seperti teman-teman tahu Jakarta Smart City ini merupakan  konsep kota cerdas dengan bantuan teknologi. Tujuan untuk apa lagi kalau bukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Jakarta. Dengan Jakarta Smart City diharapkan meningkatkan peran masyarakat bersama dengan pemerintah dalam memanfaatkan data, maupun aplikasi yang tersedia agar kota lebih baik.
Di ruang ini  teman-teman sangat bersemangat mendengarkan Mas Danil, guide yang ditugaskan memberi penjelasan tentang konsep Jakarta Smart City. Disamping menjelaskan teman-teman juga aktif bertanya. Maklum ya blogger, beberapa pertanyaan ada juga yang bersifat kritis.
Dari sana kami jadi tahu 6 rancang smart yang akan membawa Jakarta sebagai kota masa depan. Seperti teman-teman bisa lihat di website Jakarta 6  Smart City itu: Mereka adalah Smart Governance (pemerintahan transparan, informatif dan responsif), Smart Economy (menumbukan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat inovasi), Smart People (peningkatan kualitas SDM dan fasilitas hidup layak), Smart Mobility (penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur), Smart Environment (manajemen sumber daya alam yang ramah lingkungan), dan Smart Living (mewujudkan kota sehat dan layak huni).
Meliput Sejarah di Balai Agung
Kompleks kantor Gubernur DKI memang dilingkupi gedung-gedung bertingkat. Namun ada satu bangunan bergaya kolonial di tengah yang menjadi ciri khasnya, Balai Agung namanya. Nah setelah dari Jakarta Smart City,  teman-teman beranjak memasuki ruangan yang juga merupakan peninggalan pemerintahan Belanda tersebut. Semasa mudanya gedung ini disebut Gemeente Batavia. Setua usianya , guratan nama yang berganti-ganti mengikuti peristiwa dalam lorong sejarah. Saat kolonial Jepang menjejakkan kakinya di Nusantara, pada era 1942-1945  namanya menjadi Djakarta Tokubetsu Shi. Begitu pun saat Indonesia merdeka, mengikuti pemilik, gedung ini berganti-ganti nama sampai sekarang kita kenal sebagai Balai Agung.
Ngapain teman-teman di Balai Agung?
Ruang yang kami kunjungi sebenarnya berfungsi sebagai balai pertemuan. Namun di tempat ini kita juga bisa melongok ke beberapa ruang yang sampai saat ini masih digunakan dalam menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Dan  kita juga belajar sedikit sejarah dari foto-foto Gubernur yang pernah memimpin Jakarta maupun diorama yang terdapat di dalamnya. Karena interiornya memang artistik tak dilewatkan juga oleh teman-teman membuat cantik binti keren di sini..
Naik Bus Trans Jakarta Kota Tua
Acara ini di dukung penuh oleh PT. Transportasi Jakarta dengan menyediakan sebuah bus pariwisata yang cantik dan bersih. Lengkap lho dengan guide segala. Mbak-mbak cantik itu bukan hanya menceritakan tempat-tempat yang dilewati lengkap dengan sejarahnya. Mereka mengantar kami ke Kota Tua.
Ada banyak tempat bersejarah di kawasan kota tua. Mulai dari Museum Bank Indonesia, Stasiun Kereta Api Kota, Museum Wayang, Museum Keramik dan banyak lagi.
Nah yang jadi salah satu spot wisata menarik yang yang kami kunjungi pada Wisata Malam Jakarta adalah Museum Fatahillah. Sepertinya ini lah jantung Kota Tua Jakarta. Salah satu tenggara bagi sejarah perjuangan masyarakat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Halaman museum Fatahillah ramai setiap hari. Warga kota yang datang tak sekadar melihat-lihat isi museum. Banyak juga yang hanya main di halamannya yang luas. Menikmati suasana sore kota, menikmati kuliner, atau berkeliling dengan sepeda.
Wisata Malam Jakarta – Naik ke Monas
Monas sudah menghantui saya sejak duduk di sekolah SD. Waktu itu sering ditanya singkatan dari Monas, mengapa dibangun, dan terletak di mana. Sebagai anak yang lebih sering memandang ke luar jendela, saya sering gagal menjawab apa maunya guru. Mengapa dibangun? Untuk kasih tahu bahwa Indonesia punya banyak cadangan emas, bukan?
Hantu lainnya,  sampai umur segini saya belum pernah ke Monas.  Saya garis bawahi, sebelum Wisata Malam Jakarta ini saya belum pernah ke Monas. Heboh lah ya  ditertawakan ramai-ramai oleh tim Indonesia Corners. Alhamdulillah akhirnya mereka membawa saya ke sana, dengan begitu mimpi buruk  tentang Monas officially berakhir. Besok-besok kalau ada teman atau saudara bertanya tentang bangunan setinggi 132 meter ini saya bisa menjawab.
Bahwa dari Puncak Monas itu kita bisa melihat Jakarta 360 derajat. Bahwa malam itu angin agak kencang namun pancar lampu dari Masjid Istiqlal membuat dada saya yang sedikit sesak menjadi lega. Pijar cahaya dari gedung-gedung tinggi di kejauhan terlihat tentram.
Itu lah mengapa tempat ini dicintai para fotografer. Monas salah tempat hunting di jakarta malam hari.
Wisata Malam Jakarta dari atas Monas, tak menghilangkan kenyataan di kepala saya betapa kota ini padat. Dengan jumlah penduduk mencapai 12,7 juta orang pada siang hari dan 9,9 juta orang pada malam hari ini. Untuk bisa disebut kota masa depan, Jakarta begitu sibuk berbenah diri dalam segala hal.
Terima kasih kepada Asus dengan Zenfone yang keren, Blue Bird Group, dan Zuri Express yang telah memungkinkan terselenggaranya Jakarta Night Journey oleh Indonesia Corners…Sampai bertemu di program berikutnya.