Teluk Kiluan Lampung – Cukup lama mememercik harap bahwa suatu hari sampai ke tempat itu. Herannya harap tinggal di niat. Tapi seperti kata orang bijak, buah akan matang pada waktunya. Semua akan indah pada momennya. Benar juga. Kesempatan itu datang juga. Akhirnya pagi-pagi bisa nonton Dolphin berenang di laut lepas, menyaksikan ombak terhempas di Batu Candi, dan menikmati pantai pasir putih di Pulau Kiluan.
Dalam Pos ini saya juga membahas penginapan di Teluk Kiluan berupa homestay.
Tawaran Liburan ke Teluk Kiluan Tanggamus – Lampung
Sebetulnya seminggu menjelang tutup tahun saya masih tidak punya tujuan akan berlibur ke mana. Orang rumah hatinya pun bolak-balik. Antara Bali atau Jawa Timur. Antara pergi dan tidak. Sementara saya yang baru pulang dari Myanmar, tidak banyak membangkit antusias. Sementara anak-anak jelas punya acara sendiri. Jadi pergi syukur tidak juga tak apa.
Nah di titik kebimbangan itu Fajrin Heris, travel blogger Lampung, mengatakan bahwa Lemas Traveler – grup traveling anak-anak muda hits Lampung- akan membuat acara di Teluk Kiluan. Saya pun banyak bertanya. “ Gabung saja, Tante” Katanya…
Tawaran itu langsung diterima. Gampang soalnya. Saya tak repot lagi cari penginapan atau mau ngapaian selama liburan. Mari bawa badan saja ke Teluk Kiluan Tanggamus dan bergabung dengan anak-anak muda Lemas Traveler. Tentunya libur kali ini akan lebih menyenangkan karena banyak teman.
Perjalanan ke Teluk Kilauan Dulu dan Kini
Teluk Kiluan Tanggamus Lampung dan lumba-lumba liarnya menjadikan tempat ini layak diimpikan. Tapi kaki pelancong tetap berat ke sana karena terkendala akses. Perjalanan ke Teluk Kiluan memang terkenal sulit. Sudah berliku badan jalan rusak parah.
Tapi itu pemikiran jaman kuda gigit besi. Yang benar adalah sekarang jalan ke Teluk Kiluan sudah bagus. Memang ada beberapa ruas yang masih belum diaspal dan memerlukan keahlian mengemudi. Tapi itu hanya sebagian kecil saja. So, jangan takut datang lah ke Kiluan.
Dari Bandar Lampung ke Teluk Kiluan berjarak sekitar 72 KM. Waktu tempuh sekitar tiga jam (kalau tidak macet). Agar tak bosan lengkapi kendaraan dengan musik-musik kesukaan. Lagi pula kita akan menyusuri tepian teluk berhiaskan Pantai Mutun, Ringgung, dan Klara. Pesisir berpasir putih, lembut, ekstra air jernih berkilau!
Takan bosan menurut saya yang menyempatkan mampir di pantai Klara, mengambil beberapa gambar untuk menambah stok. Selain kita pun berjumpa hamparan sawah, mengintip aktivitas perkampungan yang dilewati, atau menerka-nerka seberapa banyak Lampung menghasilkan buah cacao sebab hampir di tiap halaman terlihat pohon bahan baku permen kesayangan Hari Valentine itu.
Penginapan Atau Resort di Teluk Kilauan Tanggamus
Jika teman-teman bermaksud mencari resort mewah, sependek pengetahuan saya, di sepanjang tepi pantai Kiluan tak ada. Penginapan di Teluk Kiluan terutama di Pekon (desa) Kiluan Negeri kebanyakan adalah cottages sederhana. Atau rumah penduduk.
Penginapan di Teluk Kiluan Tanggamus Lampung kebanyakan dikelola penduduk. Yang kami tempati, terbuat dari kayu, berkamar dua, langsung menghadap laut. Jangan kuatir soal kebersihan. Para pengelola sudah dapat banyak pelatihan Dinas Pariwisata Tanggamus. Jadi mereka sudah mengenal standar operasi penginapan dalam kepariwisataan. Tempat mereka bersih.
Hal ini ini tentu akan mengakomodasi Sahabat Traveler yang akan datang bersama keluarga atau berlibur bareng teman-teman. Sambil menikmati makanan kecil, mendengarkan musik, duduk di dermaga, melihat penduduk, nelayan, atau pelancong melintas dengan perahu ketinting. Sunset di sini juga romantis. Heavenly!
Kami menginap di homestay Pondok Ekowisata Solihin. Pemiliknya ramah sekali. Karena mencari warung makan di Kiluan sedikit sulit, kita juga bisa minta dimasakan oleh keluarga beliau. Tidak mahal kok.
Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp. 150.000 hingga Rp. 500.000 per malamnya. Sedang untuk makan, saat kami berkunjung Rp.20.000/orang sekali makan. Menunya enak, ikan goreng, tempe goreng, tumis kangkung, sambal dan lalapan.
Kontak Pondok Ekowisata Solihin - Penginapan di Teluk Kilauan 0813 6999 7831
Baca juga :
Perahu Ketinting dan Tur Lumba-Lumba (Dolphin)
Salah satu highlight di Teluk Kiluan adalah melihat lumba-lumba liar berenang di habitatnya. Terdapat dua jenis lumba-lumba di sini yaitu lumba-lumba hidung botol (Tursiops Truncatus) yang berbadan lebih besar, berwarna abu-abu, tapi pemalu. Yang satunya lagi adalah lumba-lumba paruh panjang (Stenella Longirostris) dengan tubuh lebih kecil tapi suka melompat.
Maka berbekal pengetahuan ini, pagi-pagi kami sudah turun menuju perahu ketinting yang terparkir di depan penginapan. Perahu bercat hijau kombinasi merah, dilabuhkan di atas dermaga dari bambu. Menimbulkan pertanyaan saya: Mengapa harus diletakan di tempat seperti itu, bukan dibiarkan mengambang di pantai seperti kebanyakan perahu?
Menurut Pak Solihin, pemilik cottages, itu dilakukan mencegah perahu tak terlalu cepat berjamur. Selain parkir di air lebih banyak menghisap air yang membuat bobot perahu tambah berat.
Sebentar saja saya sudah berada di atas kendaraan air tradisional Lampung ini. Jukung adalah jenis perayu nelayan yang jadi bagian kekayaan warisan Nusantara ini.
Dengan kapasitas 4 penumpang, ia terlalu langsing. Tak heran langsung bergoyang-goyang saat berajalan di atasnya. Dengan panjang 11 meter, lebar 60 centimeter, perahu memang terasa ringan. Diberi dua bilah bambu di kiri-kanan sebagai penyeimbang.
Badan ketinting terbuat dari bongkahan kayu tabuh (tabo) utuh, di dilubangi dan diserut di bagian tengah sebagai lambung. Di tengah ditempel motor. Kayu tabuh sendiri tumbuh secara alami di Pulau Kiluan.
Nonton Kawanan Dolphin di Teluk Kiluan
Matahari masih malu-malu berlindung di balik langit kelabu. Perlahan tapi pasti ketinting menapaki gelombang satu persatu. Keluar dari teluk menuju Selat Sunda. Ketinting mantap meninggalkan air hijau toska bergradasi menuju laut biru pekat. Tanda bahwa kami sudah memakui perairan yang dalam.
Di kejauhan barisan ketinting lain menuju ke arah yang sama. Seperti di atas panggung wayang golek, siluet mereka bergerak perlahan berlatar belakang cahaya kekuningan dari sang fajar.
Mungkin terlalu banyak pengunjung atau sang lumba-lumba terlalu malas menampakan diri. Cukup lama perahu berputar-putar. Dengan kamera standy di tangan dan seperti pemburu semua mata nanap menatap air. Memandangi para pelancong di kejauhan saya membatin: “Ini lah kami yang ingin tahu sedikit rahasiamu ya Allah, rela bangun pagi-pagi, berdesakan di laut lepas, dan yang dicari lebih suka bersembunyi”.
Entah Yang Di Atas mendengar gejolak perasaan atau memang setiap kesabaran pantas diganjar, tak lama keluarga dolphin menampakan diri. Entah berasal dari keluarga berbeda atau satu kelompok, yang jelas tak kurang dari sepuluh kali menampakan diri.
Hanya saja gerakan mereka mengalahkan kecepatan tangan saya menekan shutter. Jadilah semua foto hanya bayang-bayang dari sirip dan punggung saja. Akhirnya saya pun menyerah, menikmati atraksi saja ketimbang membuang waktu sibuk memotret.
Gugusan Batu Candi
Yang menarik lainnya adalah pemandangan ke arah gugusan batu karang yang melingkup sepanjang pantai Teluk Kiluan. Penduduk menamainya Batu Candi. Bentuk batu besar dan pendek saling melekat itu sekilas memang seperti bangunan candi. Kadang ditumbuhi pepohonan dan sebagian besar telanjang. Tubuh mereka menampakan lukisan alam berasal guratan-guratan akibat dikikis ombak. Panorama semakin istimewa tatkala ombak pecah ditebing terjalnya. Seperti kelambu putih yang dinaikan secara cepat lalu diturunkan secara perlahan. Bagi para pecinta fotografi gugusan batu candi ini pasti sangat menarik.
Pantai Pasir Putih di Pulau Kelapa – Kiluan
Selain Batu Candi, Teluk Kiluan Tanggamus mempunyai sebuah pulau kecil bernapa Pulau Kelapa atau ada juga yang menyebutnya Pulau Kiluan.
Aksi dengan Fajrin – Lemas Traveler
Pulau Kelapa adalah pulau pribadi. Tapi wisatawan tak dilarang mampir dan menikmati pantainya yang berpasir putih, lembut dengan latar depan gugusan batu candi.
Tidak ada penginapan di Pulau Kelapa atau Pulau Kiluan ini. Jadi yang ingin bermalam di sana harus menyiapkan segalanya. Mulai dari tenda, penerangan, dan makanan. Tapi tentu harus minta izin terlebih dahulu pada sebuah keluarga yang bertugas menjaga pulau ini.
Selebihnya nikmati lah panorama memesona, pantai landai dengan sesekali ombak putih menjilati bibirnya. Kalau malam hanya berteman bintang, suara ombak dan kunang-kunang.
Libur akhir tahun seperti di Teluk Kiluan Tanggamus Lampung ini membuat saya belajar. Selain menghargai alam, menjaganya agar tetap lestari, bahwa berada di tempat seperti ini membuat saya kian bersyukur untuk banyak hal yang sudah diterima dalam hidup. Setelah ini mungkin saya akan pergi ke destinasi lain, ke tempat yang belum pernah dipijak sebelumnya, namun kenangan di sini tentu tetap tinggal bertahun-tahun kemudian.
Lokasi Teluk Kiluan Tanggamus di Google Maps
Ayuk main ke Teluk Kiluan Tanggamus.