Wisata Pulau Sebesi Krakatau – Penginapan di Pulau Sebesi
Pagi baru menyibak. Kami segerombolan aktivis sosial media sudah sampai di Dermaga Bom Kalianda. Yes! Kami akan main ke Pulau Sebesi Kalianda – Lampung. Semua semangat. Mengenang letusan dahsyat Krakatau. Menyaksikan keindahan Pulau Sebesi. Diawali sebentuk upacara oleh penyelenggara Festival Krakatau 2017, melepas kami ke dermaga untuk naik kapal.
- Baca juga Wisata Pelelangan Ikan Tanggamus
- Baca juga Pantai Tanjung Setia Lampung
Mengenang Tsunami Pulau Sebesi
26 Agustus 1883. Langit saat itu mungkin cerah. Atau mendung. Atau hujan. Penduduk Pulau Sebesi mungkin selesai panen atau hajatan. Ternak mungkin sedang mencari makan sendiri. Setidaknya begitu lah “kemungkinan” gambaran kehidupan pedesaan yang mengalir di pulau yang lokasinya sangat dekat ke Krakatau hari itu. Namun dalam rutinitas itu diam-diam perasaan meraka pasti diliput kegelisahan. Sebentar-sebentar menengok ke Gunung yang menjulang seperti menjamah langit.
Iya sejak Bulai Mei 1883 bunyi letusan-letusan kecil tak henti keluar dari sana. Kadang kecil. Kadang besar. Kadang siang. Kadang malam. Puncaknya selalu berasap.
Sejarah kemudian mencatat bahwa Gunung Krakatau yang menjulang megah dengan batuk-batuk kecilnya itu rupanya sedang memberi peringatan awal. Bahwa sesuatu terjadi di dalam tubuhnya. Lalu tanggal 27 Agustus 1883 terjadilah letusan liar yang sangat dahsyat. Kendalinya terlepas dan ia memuntahkan seluruh isi perutnya ke permukaan. Tenaganya meruntuhkan kalderanya sendiri. Dua pertiga bagian badan ambruk dalam letusan berantai.
- Baca juga Pesona Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
- Baca juga Mengenal Adat Lampung Lewat Pawai Budaya Festival Krakatau
Memang tak terbayang dahsyatnya karena letusan itu melenyapkan sebagian besar pulau sekitar. Menewaskan 36.417 jiwa . Baik akibat letusan maupun tsunami. Entah bagaimana nasib Pula Sebesi kala itu karena lokasinya paling dekat Krakatau. Pasti luluh lantak. Paska ledakan suhu dunia ikut terpengaruh.
Berlayar ke Pulau Sebesi Kalianda
Kapal-kapal kayu tersusun rapi. Ombak terlihat tenang. Air laut hampir hijau tosca. Tak terlihat camar terbang seperti gambaran novel-novel bila bercerita tentang pelabuhan. Suhu udara sempurna: Tak dingin tak juga panas. Sesekali ombak membuat kapal terangguk-angguk takzim. Kami memulai wisata Pulau Sebesi dari dermaga BOM Kalianda.
Kapal-kapal itu biasa mengangkut turis menuju Krakatau. Tapi tak terlihat tanda-tanda ada jembatan untuk memasukinya.
- Baca juga Kenangan Anak Gunung Krakatau
- Baca juga Pantai Marina Lampung Seksi atau Angker?
Kenyataan itu membuat saya berkeringat. Tanpa jembatan berarti tiap penumpang harus melompat dari tembok dermaga agar berlabuh di buritan.
“Duh bagaimana kalau terpeleset” Hantu cepat benar bermain di kepala. Membuat peluh mengalir walau tak panas. Sekalipun bisa berenang betapa malunya jika pagi-pagi harus tercebur ke laut. Tak hanya akan mengejutkan teman-teman tapi juga pasti merepotkan panitia.
Untung lah teman-teman sangat membantu.
Wisata Ke Pulau Sebesi Krakatau Harus Siap Dihempas Ombak
Untuk merasakan hempasan ombak sepertinya tidak melulu berdasarkan seberapa tinggi ombak itu. Kamu juga dapat merasakan terombang-ambing berdasarkan seberapa besar kapal yang ditumpangi. Sebagai anak kelahiran Sumatera yang menetap di Jawa, sudah berkali-kali jejak citra diri tertinggal di Selat Sunda. Sudah beberapa kali merasakan ombaknya. Namun selalu dengan kapal fery.
Nah melintas selat pemisah Jawa-Sumatera dengan kapal kayu kecil ternyata lain lagi ceritanya. Setidaknya kamu butuh kompromi seluruh anatomi. Ombak tinggi sering membuat kapal tergelinjang. Mendaki lalu melereng. Mengikuti lekuk air lalu kecebur ke lekuknya. Bagi yang tidak kuat, perjalanan melihat keindahan Pulau Sebesi harus dibayar. Karena ombak membuat syaraf keseimbangan di telinga terusik. Mual dan pening. Syukur lah hanya 3 jam.
- Baca juga Dua Mercusuar di Selat Sunda
Pulau Sebesi berpasir hitam menyambut kami dengan tangan terbuka. Rasa mual langsung hilang.
Dermaga Pulau Sebesi terbuat dari kayu keras bersusun. Masuk ke dalam tak terlihat jalan beraspal. Mungkin di pedalaman sudah beraspal tapi dekat dermaga hanya terlihat conblock
Dan rasa mual itu tak bersisa lagi . Aura gembira ditularkan anak-anak Sebesi dan marching band mereka menyambut kami.
Keindahan Pulau Sebesi
Dari jauh Pulau Sebesi hanya tampak sebagai gunung. Seperti saudara tua, dibelakangnya membayang gugusan pulau sisa Krakatau purba, berdiri di atas bekas kaldera raksasa. Mereka adalah Pulau Sertung, Kawasan Cagar Alam Krakatau, Krakatau Kecil dan Anak Krakatau.
Kawasan pulau secara administratif berada di wilayah Desa Tejang Pulau Sebesi. Terdiri dari 4 dusun dengan luas mencapai 2620 hektar. Luas sangat kalau kamu bermaksud menjelajahi seluruhnya dengan berjalan kaki.
Sementara Gunung Sebesi sendiri bentuknya memang seperti gunung berapi. Tinggi 844m dpl. Membulat di puncaknya. Jika keberuntungan jadi milikmu, cuaca bagus, dari dermaga akan terlihat matahari senja perlahan turun ke belakangnya.Indah. Romantis. Takan ada yang heran jika dari sana kamu melahirkan puisi.Dengan bayu yang di bawa sepoi dari laut, anak-anak Sebesi berjalan pelan menuju masjid dan beberapa remaja duduk merenung menghadap selat sunda, inspirasi mengalir seperti wahyu. Saya ikutan tercenung menatap bayang-bayang matahari di muka sebuah ceruk yang mirip telaga.
Mata Pencarian Penduduk
Berwisata lalu “kepoin’ penduduk lokal? Itu kerjaan saya 🙂
Sekeliling pulau hanya laut. Saya pikir mata pencaharian penduduk cuma jadi nelayan. Salah ternyata. Abu vulkanik dari Gunung Krakatau setelah dingin ternyata berubah jadi bermanfaat. Karena mengandung mineral seperti magnesium, seng, mangan, zat besi dan selenium. Ketika bercampur tanah komponen tersebut menaikan kesuburan tanah.
Iya letusan Krakatau telah menjadikan tanah Sebesi subur. Pisang beranak pinak bahagia. Buahnya berkapal-kapal diangkut ke Jawa. Beberapa teman yang masuk ke pedalaman melihat pembuatan gula merah. Sebesi dikelilingi pantai jadi mereka tak kekurangan pohon kelapa sebagai bahan gula merah.
Saya menyisir keindahan Pulau Sebesi sesanggup kaki menjangkau. Tak jauh dari penginapan menemukan kebun cacao, terhampar di sepanjang tepi pantai.
Penginapan Wisata Pulau Sebesi Krakatau
Memang tak semua Pantai Sebesi landai dan cocok untuk bermain. Di beberapa tempat langsung bertemu laut dengan dinding karang terjal. Tapi itu pun punya pesona. Ketika ombak bergulung lalu berderai membentur dinding, hanya kebesaran Allah yang mampu saya bisikan di dalam hati. Sementara bibir pantai yang melandai berpasir abu-abu kehitaman dengan air laut bergradasi biru. Di sini kamu bisa menyewa kano kepada warga lalu kayuh lah sampai ke Pulau Umang-umang yang terlihat mini dari jauh.
Untuk penginapan tak perlu kuatir. Ada resort milik Pemda yang disewakan. Lokasinya tak jauh dari dermaga. Berjalan sekitar seratus meter kemudian belok kanan sudah sampai di sana. Di sini tempat ideal meluruh penat. Sewa lah bilik yang menghadap laut. Rasakan usapan angin dari selat sunda sambil menikmati kelapa muda.
Jika pun resort penuh tak perlu juga lah cemas. Banyak penduduk menyediakan rumahnya sebagai homestay. Harga sewa Rp.250.000/malam. Eh itu harga perorang? Bukan! Rumah itu berkapasitas maksimal 10 orang.
Wisata di Pulau Sebesi Krakatau, harga penginapan sangat terjangkau.
Eh bagaimana dengan makanan? Kalau memelihi rumah penduduk sebagai penginapan Pulau Sebesi, bisa memesan makanan sekalian.
Ada warung-warung yang siap melayani. Atau kalau tak mau repot minta dimasakan saja oleh tuan rumah.
Yuk Nonton Video Wisata Pulau Sebesi
Kehidupan di atas Pulau Sebesi mungkin pernah punah akibat letusan Krakatau. Karena pulau adalah kehidupan, peribahabasa patah tumbuh hilang berganti juga berlaku di sini. Manusia hanya berhenti kala nyawa meninggalkan badan atau asa menghapus harap. Di luar itu kita dilengkapi seperangkat alat untuk bangkit dari reruntuhan. Seperti masyarakat yang kembali membentuk wajah Pulau Sebesi..Seperti sekarang.
Video di Pulau Sebesi