Mari Mari Cultural Village Sabah – Kamu hidup di abad ke-21 dan bisa mengakses semua kemudahan yang ditawarkan teknologi modern, bagaimana rasanya kembali ke abad sebelum itu. Ketika kehidupan berlangsung dalam hutan hujan pekat dan dan segala kebutuhan sepenuhnya ditopan kebaikan alam?
Pengalaman hidup dekat dengan alam ini lah yang tawarkan oleh Mari Mari Cultural Village Sabah. Jaraknya sekitar 45 menit perjalanan dari Kota Kinabalu. Kita dibawa memasuki pengalaman sosial 5 kelompok etnis penghuni Sabah – Borneo Utara: Dusun Kandazan, Lundayeh, Bajau (laut dan Darat), Rungus, dan Murut.
Pengenalan makanan, kehidupan sosial, arstitektur, dan teknologi yang gunakan yang jadi sorotan utama dalam tur budaya ini . Museum hidup yang dirancang untuk memberi wawasan tentang sejarah, budaya dan tradisi kehidupan Borneo. Pengunjung dibawa merasakan pengalaman yang dilakoni oleh kelompok etnis melalui makanan, menyigai pelosok rumah, membuat kain dari kulit kayu, sampai mengikuti permainan tradisional seperti Langsaran dari suku Murut.
Tur yang memperkaya jiwa
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=z0OHwh2hARY[/embedyt]
Video lengkap tour di Mari Mari Cultural Village Sabah
Kehadiran kami di Mari Mari Cultural Village berawal di sebuah saung dengan bangku kayu, dan sebuah konter penjualan souvenir dan tiket. Di belakangnya terhampar hutan hujan. Sudah senja ketika itu. Tak terdengar apa-apa kecuali rintik gerimis yang menyentuh dedaunan dan jerit cacing serta jangkrik siap menyambut malam. Samar terdengar arus sungai yang menggelegak. Saya kira kami hanya akan menonton pertunjukan di sana sampai dapat panggilan seorang tour guide agar kami berkumpul. Ia menunjuk ke gerbang, ada peta Mari Mari Cultural Village di sana .
Sebelum memasuki desa wisata, pemandu yang lancar berbahasa Melayu ini menerangkan lima rumah yang akan kami masuki, tata cara memasuki dusun, tata krama yang harus di hormati, dan sikap tubuh saat bertemu kepala suku. Karena hari sudah gelap kami diminta untuk tidak berpencar karena ada kemungkinan tersesat ke dalam hutan. Mendengar ini tentu saja semua sepakat mematuhi.
Jembatan gantung yang membawa kami ke Dusun Mari Mari melintas sungai berarus deras. Sedikit menyayangkan ke gelapan itu karena tidak dapat menyaksikan aliran air membentur batu. Melihat pemandangan seperti itu mendatangkan sensasi aneh. Itu seperti hidup, berapapun kita terbentur, hidup akan terus mengalir pada tujuan akhir.
Di perhentian pertama saya mulai memasuki roh dari etnis Sabah, Dusun Tribe. Seperti semua tempat tinggal masyarakat agraris, di depan rumah Suku Dusun juga terdapat lumbung padi bernama Tangkob. Sebelum masuknya Kristen dan sebagian kecil Islam, kepercayaan mistis pegangan bagi mereka. Karenanya Tangkob dilengkapi jampi-jampi. Siapapun bermaksud mencuri kakinya akan terpaku di tangga. Tak bisa turun atau masuk ke dalam sampai kemudian ditangkap dan diadili dengan memancung kepala. Di sebelah Tangkob terdapat bangunan kecil dari bambu tempat menyimpan kepala-kepala pencuri yang terpenggal. Cara ini mungkin juga sebagai peringatan bagi calon pencuri lain agar tidak mencoba-coba.
Pembuatan tuak dari beras adalah kepandaian berikutnya yang ditunjukan kepada kami. Tuak tidak diciptakan untuk mabuk namun bagian dari prosesi adat dan ritual sosial. Minum tuak bersama tamu menunjukan keramahan tuan rumah.
Rumah panjang Etnis Dusun terbagi dalam sekat-sekat seperti kamar yang dihuni oleh kepala keluarga. Kepala rumah panjang yang disebut Datuk penghuni kamar paling depan. Sementara kamar tidur anak gadis terletak di bagian atas rumah panjang, dilengkapi tangga kayu. Setiap kali mereka pergi tidur malam tangga diangkat guna mencegah “lelaki iseng” naik ke atas.
Mencicipi Makanan dan Minuman Mari Mari Cultural Village
Pengalaman memasuki culture suatu masyarakat bisa dilakukan lewat banyak hal. Makanan dan minuman salah satunya. Lagi pula makanan dan minuman digunakan hampir seluruh budaya-budaya di dunia dalam mengungkap keramah-tamahan. Maka kami pun berkesempatan mencicipi hasil oleh produk hutan atau pertanian North Borneo rain forest. Satu yang sangat menarik karena pertama saya cicipi: Lanapak!
Lanapak ini seperti lemang. Semua bahan dimasukan ke dalam bambu lalu dimasak sekitar 15 menit di atas bara. Isinya campuran beras. Jika tak ada beras dapat diganti dengan ubi kayu (singkong)Â atau kentang dan diberi aneka sayuran dan bumbu-bumbu.
Rasanya sungguh enak. Kami juga mencoba kue jala. Nama kue diambil dari bentuk jala ikan yang digunaka Suku Bajau Laut. Bentuk cetakannya dari tempurung kelapa itu memikat saya. Pernah menjumpai kue jala serupa di Indonesia tapi belum pernah melihat cetakannya.
Kamipun melihat pembuatan tuak terbuat dari beras (rice wine) di mari Mari Cultural Village Sabah. Ada yang rasanya ringan dan manis seperti air tapai ketan hitam, ada pula Montoku, hasil sulingan, dengan kandungan alkohol 40 persen. Di sajikan dalam sloki bambu kecil-kecil yang takan membuat kamu mabuk. Montoku sekalipun kurang manis rasanya pun mirip air tapai ketan hitam. Madu sebagai hasil hutan juga dikenalkan kepada pengunjung. Begitu Pandan Juice, bersama madu, selain sebagai minuman segar juga bermanfaat bagi kesehatan. Diperlihatkan juga beberapa jenis sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat seperti jantung pisang dan beberapa sayur lainnya.
Nonton Video Lengkapnya di sini
Pemberdayaan Masyarakat
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=SgHLd75o_z0[/embedyt]
Video pokrol Bambu di Mari Mari Cultural Village Sabah
Sabah memiliki 32 suku etnis. Sementara cara hidup yang diperlihatkan di Mari Mari Cultural VillageSabah merupakan gambaran umum lima kelompok (suku). Lalu apakah di masa sekarang mereka masih hidup seperti itu? Kecuali tradisi pemancungan kepala seperti yang dilakukan orang Murut, sebagian yang masih tinggal di hutan masih mempraktekan hal yang sama. Karena akses kepada mereka sungguh sulit dan memang dibatasi, Mari Mari Cultural Village adalah semacam show case untuk memahami mereka. Mereka yang terlibat di dalam program ini penduduk asli dan sebagian besar tinggal di dekat kawasan. Begitu pun setiap rumah dibangun oleh keturunan suku-suku yang mereka wakili dan di dukung penuh oleh Pemerintah Sabah. Tujuan akhir tentu saja pemberdayaan masyarakat.
Teknologi di Mari Mari Cultural Village
Teknologi yang digunakan sehari-hari di mari Mari Cultural Village Sabah ini sangat sederhana. Menangkap ikan menggunakan bubu terbuat dari rotan atau bambu, selain tangguk kain. Diperlihatkan juga cara membuat api menggunakan dua bilah bambu. Gesekan yang terjadi diantara bilah ternyata sanggup menghanguskan rabuk (serat lembut dari kulit kayu tertentu) di bawahnya. Senjata-senjata tradisional berperang juga terlihat di dinding rumah. Saya agak terkesima memandangi dua tengkorak manusia di Rumah Murut yang dipotong dengan keahlian anatomi. Sempat bertanya apakah itu asli? Untung lah ternyata itu buatan Cina bukan milik manusia.
Jadi, mengapa pengalaman di sini sangat menarik? Ini alasannya
- Sebuah kesempatan untuk membenamkan dirimu dalam ketenangan hutan hujan.
- Bersenang-senang namun diperkaya oleh pengetahuan cara hidup yang kemungkinan jauh dari kehidupanmu sehari-hari.
- Berjumpa 5 suku berbeda dalam satu desa sekaligus.
- Melihat pertunjukan tari-tarian Bambu dan Api yang memesona
- Ikut mendukung pelestarian budaya dan tradisi suku asli Pulau Borneo.
Cara Menuju dan Harga Tiket Masuk
Sependek pengetahuan saya tidak ada transportasi umum menuju Mari Mari Cultural Village Sabah. Silah kan kontak website atau alamat di bawah. Pastikan saja teman-teman sudah berada di Kota Kinabalu. Mereka akan mengatur transportasi dan segala syarat yang diperlukan agar bisa masuk ke dalam. Jadi teman-teman tinggal duduk, bersantai, dan menikmati tur. Mereka akan menjemput kalian dari hotel dan mengantar kan kembali setelah tur selesai.
Harga Tiket Masuk ( edit Maret 2021)
RM100 per orang dewasa
RM80 per anak (5 – 11 tahun)
4 tahun di bawah ini gratis
Saat ini mereka hanya buka pada akhir pekan (SABTU DAN MINGGU) + LIBURAN UMUM (MALAYSIA)
For any inquiry or booking do contact them by:
Email: [email protected]
Contact:Â +6016-821 1875
If you are an agent, please call this number
+6013-881 4921 (Call using whatsapp only)
+6088-260 502